Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J7 Bab 6.3

Bab 6 - Bertemu Sang Ayah

Kemudian hari itu, sedikit lewat pukul 4 sore—

Kami berdiri di luar kafe untuk mengucapkan selamat tinggal pada ayah Aoi-san.

“Baiklah, kalian berdua jaga diri.”

“Ya. Terima kasih untuk hari ini.”

“Terima kasih, Ayah. Aku akan telepon nanti.”

Kami melihatnya pergi, lalu berbalik dan berjalan menuju stasiun.

“Aku senang ayahmu memberi restu pada kita.”

“Ya......aku juga.”

Setelah semuanya selesai, rasa lelah langsung menyeruak sekaligus.

“Aku pikir aku akan dimarahin lebih parah......”

“Aku tidak terlalu khawatir. Kupikir akan baik-baik saja.”

“Serius?”

“Ayahku memang benar-benar percaya padamu, Akira-kun.”

“Senang dengarnya......”

“Setiap kali aku ngobrol dengannya, ia selalu menanyakan tentangmu dulu sebelum aku sempat bicara. Ia benar-benar peduli sama kita.”

“Begitu......itu berarti banyak buatku.”

Kalau begitu, aku harus berusaha sebaik mungkin untuk membalas kepercayaan itu.

Baca novel ini hanya di Musubi Novel

Termasuk semua tentang masa depan kita—aku harus jadi seseorang yang bisa bertanggung jawab penuh.

“Sekarang kita hanya tinggal ngomong sama orang tuaku......”

Sejujurnya, aku tidak yakin ayahku akan semudah ayahnya Aoi-san.

Dulu ia cukup menerima ketika aku memperkenalkan Aoi-san, tapi soal tinggal bareng itu levelnya beda. Bisa saja ia tidak setuju sama sekali.

“Aku akan bantu bicara sama mereka juga.”

Aoi-san pasti menangkap kegelisahanku, karena dia menatapku dengan wajah cemas.

“Tidak apa-apa. Aku akan membicarakannya ketika waktunya tepat, jadi jangan khawatir.”

Aku memaksakan senyum, mencoba membuatnya tidak terlalu khawatir.

“Kalau memang perlu aku ikut juga, bilang saja.”

“Ya. Terima kasih.”

Sambil mengobrol, kami sampai di stasiun.

Setelah mengecek jadwal kereta, ternyata kereta kami berdua hampir berangkat.

Jadi kami memutuskan untuk berpisah di pintu tiket kali ini, tanpa ada acara mengantar.

“Kupikir kita akan bertemu lagi setelah ujian.”

“Ya. Mari kita berusaha sebaik mungkin sampai saat itu.”

“Benar. Ayo kerja keras.”

Kali ini, tak ada ekspresi sedih yang biasanya muncul saat berpisah.

Dan begitu, aku mengucapkan selamat tinggal pada Aoi-san dan pulang ke rumah.

＊ 

Setelah itu, sisa tahun itu berlalu begitu cepat.

Kami berdua tenggelam dalam persiapan ujian masuk. Musim panas berganti musim gugur, dan sebelum sempat menyadarinya—Natal pun tiba.

Karena kami sedang fokus pada ujian, kami memutuskan untuk tidak bertemu pada ulang tahunku atau Natal dan tetap fokus belajar. Aoi-san mengirimkan hadiah ulang tahun untukku, dan untuk Natal, kami bertukar hadiah lewat pos.

Kami tetap terpisah, menahan perasaan demi menepati janji yang kami buat.

Aku mengerti itu.

Tapi......hampir delapan bulan telah berlalu sejak terakhir kali kami bertemu.

Sejujurnya, aku mulai mencapai batas kesabaranku.

Akhir Bab 6