Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J5 Bab 7.1
Bab 7 - Pantai, Baju Renang Dan Glamping. Hari Ketiga
Pagi di hari terakhir, kami selesai sarapan dan segera bersiap-siap untuk pulang.
Hari ini adalah hari terakhir Hiyori tinggal di sini, dan bersamaan dengan berakhirnya perjalanan ini, kami akan kembali ke rumah. Mengingat waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan pulang, kami harus berangkat sebelum siang hari, sehingga rencana kami hari ini hanya berlangsung di pagi hari.
Oleh karena itu, kami ingin meninggalkan fasilitas glamping ini secepat mungkin.
Ngomong-ngomong, tujuan kami berikutnya adalah akuarium terdekat.
Akuarium tersebut berjarak sekitar empat puluh menit berjalan kaki dari fasilitas glamping---berada di tengah-tengah antara pantai dan pasar hasil laut. Akuarium ini adalah salah satu yang terbesar di wilayah Kanto, dan menjadi destinasi populer yang ramai dikunjungi wisatawan dari dalam dan luar prefektur pada akhir pekan.
Daya tarik utamanya adalah tangki besar tempat lebih dari sepuluh ribu ubur-ubur berenang bebas.
Di internet tertulis bahwa akuarium ini juga populer di kalangan wanita muda karena mereka bisa mengambil foto yang bagus.
"Bagaimana kalau kita minta resepsionis memanggil taksi?"
"Sepertinya itu ide bagus, mengingat waktu kita terbatas."
Saat mengurus proses check-out, kami juga meminta bantuan untuk memanggil taksi, dan tak lama kemudian taksi pun tiba.
Kami langsung masuk ke taksi, dan perjalanan yang memakan waktu empat puluh menit dengan berjalan kaki hanya membutuhkan beberapa menit saja dengan mobil.
"Oh! Ini nggak kelihatan seperti akuarium ya!"
Begitu keluar dari taksi, Izumi langsung mengutarakan kesan pertamanya tanpa basa-basi.
Namun, Izumi tidak sedang bercanda. Sebagai kesan pertama, ucapannya memang masuk akal.
Soalnya, tampilan luar akuarium ini lebih mirip pusat perbelanjaan kecil yang stylish daripada sebuah akuarium. Desainnya modern, dengan area parkir yang luas. Kalau tidak tahu, siapa pun pasti mengira ini adalah fasilitas komersial di daerah pinggiran.
Kalau bukan karena logo hiu besar yang tergambar di dinding luar, bahkan orang yang tahu pun mungkin akan ragu, "Ini benar-benar akuarium, kan?"
"Ayo, waktu kita terbatas, ayo masuk cepat♪"
Izumi menarik Eiji menuju meja resepsionis, kami pun mengikuti mereka dari belakang.
Setelah menyelesaikan proses di resepsionis, kami menerima tiket masuk dan brosur, lalu berjalan menuju gerbang masuk.
"Hiyori---"
Aku memanggil Hiyori yang hendak mengikuti Izumi.
"Ada apa?"
"Bagaimana kalau hari ini kita bertiga---aku, kamu, dan Aoi-san---berkeliling bersama?"
Mendengar itu, Hiyori menunjukkan ekspresi terkejut meski wajahnya tetap datar seperti biasa.
Biasanya, di situasi seperti ini, Eiji dan Izumi selalu memperhatikan kami dan sengaja memberi aku dan Aoi-san waktu berdua.
Tidak hanya sekali atau dua kali, mereka juga sering menemani Hiyori demi memberi kami ruang. Karena itu, sesekali aku ingin mereka menikmati waktu berdua seperti pasangan lainnya tanpa perlu memikirkan kami.
Lebih dari itu, aku ingin Hiyori juga punya kesempatan menghabiskan waktu bersama Aoi-san.
Kalau dipikir-pikir, selama perjalanan ini, hampir tidak pernah ada momen di mana Hiyori dan Aoi-san berdua saja.
Sebagai seseorang yang terlihat sangat dekat dengan Aoi-san, Hiyori mungkin sebenarnya ingin lebih banyak bermain dengannya. Namun, dia menahan keinginannya itu dan seperti Eiji serta Izumi, berusaha memberikan waktu untukku dan Aoi-san.
Karena itu, setidaknya di hari terakhir ini, aku ingin Hiyori juga bisa menciptakan kenangan bersama Aoi-san.
Tentu saja, aku sudah membicarakan ini dengan Aoi-san sebelumnya, kemarin.
"......Boleh?"
Hiyori menatapku lekat-lekat, seolah bertanya melalui matanya, "Aku tidak akan mengganggu, kan?"
Sebagai saudara yang telah lama menghabiskan waktu bersama, kami bisa berkomunikasi hanya dengan kontak mata.
"Ya, tentu saja."
Aku meyakinkan Hiyori melalui tatapan bahwa "Kau tidak perlu khawatir."
"Kalau Aoi-san juga tidak keberatan?”
"Tidak apa-apa. Ayo kita berkeliling bersama."
Mendengar itu, Hiyori langsung berlari kecil mendekati Aoi-san dan menggandeng tangannya.
Aoi-san balas menggenggam tangan Hiyori dengan lembut, sementara aku melirik ke arah Eiji dan memberikan isyarat melalui mataku.
Eiji mengangguk ringan, lalu bersama Izumi, mereka berjalan masuk ke akuarium.
Setelah itu, kami bertiga mulai berkeliling akuarium secara berurutan.
Menurut brosur, akuarium ini terbagi menjadi tujuh area berbeda, termasuk area yang menampilkan ikan-ikan dari laut lokal, area khusus yang mengoleksi berbagai jenis hiu dari seluruh dunia, serta area interaktif di mana pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan makhluk laut. Ada juga area pertunjukan seperti pertunjukan lumba-lumba dan anjing laut, menawarkan pengalaman yang sangat beragam.
Dengan penuh semangat, kami mengikuti petunjuk arah di papan informasi dan melanjutkan perjalanan kami.
Area pertama yang kami datangi adalah zona yang menampilkan ikan-ikan dari laut lokal.
Karena semua ikan di sini adalah spesies yang tinggal di perairan dekat Jepang, banyak yang tampak familiar. Hiyori dan Aoi-san, dengan mata berbinar, saling menyebut nama-nama ikan seperti sedang bermain tebak-tebakan.
Melihat mereka yang terlihat begitu menikmati momen itu, aku tersenyum kecil sambil ikut mendekat untuk melihat ke dalam akuarium. Namun......
"Ah......"
"Akira-kun, kenapa?"
"Wajahmu terlihat agak rumit."
Aku memang merasa sedikit aneh saat melihat salah satu makhluk di dalam akuarium itu.
Menyadari keanehanku, mereka berdua menatapku dengan penasaran.
"Yah, meskipun aku merasa ini tidak sopan untuk dipikirkan di akuarium, tapi......"
Sambil bicara, aku menunjuk ke arah pandanganku.
"Ah......"
Begitu melihat ke arah yang kutunjukkan, Aoi-san langsung memahami maksudku dan mengeluarkan suara kecil.
Wajar kalau dia bereaksi begitu, yang ada di depan kami adalah seekor lobster Ise yang sangat besar dan mengesankan.
Tentu saja, karena ini adalah habitat ikan setempat, akan aneh kalau mereka tidak ada di sana, tapi kami baru memakannya dua hari lalu, jadi aku akan mencoba untuk tidak jelas tentang hal itu, tapi aku tidak bisa menahan perasaan rumit ini.
Terlebih lagi, ukurannya dua kali lebih besar dari lobster yang kami makan.
"......Terlihat lezat"
Lalu Aoi menggumamkan sesuatu yang sudah pasti.
Aoi-san tampak terkejut, seolah dia sendiri terkejut dengan perkataannya.
"B-Bukan begitu! Kelihatannya lezat, tapi bukan berarti aku ingin memakannya!"
"Tidak apa-apa. Aku mengerti, jadi tenang saja."
Aoi-san tersiksa dengan rasa bersalah karena nafsu makannya lebih kuat daripada misteri makhluk yang hidup di laut.
Di sampingnya, Hiyori bergumam, "Dipanggang dengan mentega......" dan melampiaskan hasrat duniawinya tanpa ragu.
"Soalnya, itu seriusan lezat......"
"......"
Sambil tampak murung, dia berkata, "Ya..." Itu terlalu imut......!
Sejak aku menyadari bahwa aku menyukai Aoi-san, aku jadi mudah terpesona dengan setiap gerak-geriknya. Mungkin ini pengaruh perasaanku, tapi tetap saja, dia terlalu imut, jadi aku tidak tahu harus bagaimana.
Aku merasa bersalah pada Aoi-san, tapi aku hanya bisa meronta-ronta di dalam hati agar dia tidak menyadarinya.
"Karena tidak ada yang bisa dilakukan di sini, bagaimana kalau kita melihat ke akuarium berikutnya?"
"I-Iya, benar juga."
Lebih baik segera melupakan soal lobster tadi.
Untuk mengalihkan perhatian, aku mengajukan saran itu, tapi......
"""......"""
Kami hanya bisa terdiam di depan akuarium berikutnya setelah berpindah.
Yang ada di dalamnya adalah sekelompok kerang turban yang tenggelam di dasar.
"Kerang turban panggang......Ahh!"
Aoi-san hampir mengatakan itu sambil memegangi kepalanya.
Tidak ada harapan lagi, sekarang isi kepala Aoi-san sudah penuh dengan makanan.
Aku sebenarnya ingin melihat-lihat lebih lama, tapi sebaiknya kami segera pindah ke area berikutnya.
Bersama Hiyori, aku mendorong punggung Aoi-san dengan lembut, dan kami cepat-cepat beranjak ke area selanjutnya.
Begitu melewati lorong, suasana langsung berubah. Kami melangkah ke dalam ruang yang remang-remang.
"Ini area apa?"
Tidak ada pencahayaan di langit-langit, hanya lampu kecil yang menerangi lantai di bawah kaki kami.
Namun, akuarium yang tersebar di berbagai sudut diberi penerangan dari dalam, membuat suasana tetap cukup terang.
Dari kejauhan, sulit melihat apa yang dipamerkan di dalamnya, tapi dengan cahaya lampu berwarna biru, ungu, kuning kehijauan, dan warna-warna cerah lainnya, akuarium yang melayang di kegelapan terlihat begitu indah dan memukau. Ditambah dengan BGM yang mengalun lembut di dalam gedung, tempat ini terasa sangat magis.
Kami bertiga mendekati salah satu akuarium terdekat, dan segera tahu apa isinya.
"......Ubur-ubur?"
Ya, yang melayang di dalam air adalah ubur-ubur yang tak terhitung banyaknya.
Di dalam akuarium yang diterangi cahaya, ubur-ubur itu melayang perlahan, seolah-olah slow motion, naik dan turun. Rasanya seperti waktu di tempat ini mengalir lebih pelan dibandingkan dunia di luar.
Kemudian, Aoi-san berlari kecil menuju akuarium dengan mata berbinar seperti anak kecil.
"Indahnya......"
"Ya."
"Aku suka ubur-ubur."
"Benarkah?"
Fakta bahwa Aoi-san menyukai ubur-ubur sedikit mengejutkanku.
"Saat melihat mereka, rasanya menenangkan......seperti mendapat ketenangan hati. Aku bisa menonton mereka sambil melamun tanpa merasa tegang, dan entah kenapa itu membuatku merasa damai. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya melihat seperti ini."
Makhluk hidup dengan gerakan santai seperti ini memang terasa memiliki efek menenangkan.
"Aku juga suka ubur-ubur."
"Kau juga, Hiyori?"
Ah, tapi aku bisa membayangkan kenapa Hiyori menyukainya.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
"Seperti yang Aoi-san bilang, ubur-ubur punya efek menenangkan yang bisa membantu meredakan ketegangan, mengurangi stres, dan membuat orang merasa rileks. Mungkin tidak banyak yang tahu, tapi ini sudah terbukti secara ilmiah."
Seriusan......? Ubur-ubur ini seperti penyelamat di tengah masyarakat modern yang dipenuhi stres.
Tapi memang benar, setelah diberi tahu hal itu dan kembali memperhatikan akuarium, aku mulai bisa memahaminya.
Ruang remang-remang yang minim pencahayaan, warna lampu yang digunakan untuk menerangi akuarium, hingga BGM lembut yang mengalun---semua ini tampaknya dirancang untuk meningkatkan efek menenangkan tersebut.
Faktanya, hanya dengan melihat pemandangan ini, perasaanku sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya.
"Sepertinya masih banyak jenis ubur-ubur lainnya. Ayo kita lihat ke sana."
"Ya."
Kami terus berjalan sambil mengamati ubur-ubur, sesekali mengambil foto mereka.
Namun, di detik berikutnya, ruang di depan kami tiba-tiba terbuka lebar.
"Luar biasa......"
"Banyak sekali ubur-uburnya."
Aoi-san dan Hiyori terpana. Aku sendiri juga tak bisa menyembunyikan rasa takjubku.
Di hadapan kami terbentang sebuah akuarium raksasa yang diisi dengan begitu banyak ubur-ubur.
Sepertinya ini adalah akuarium berisi lebih dari sepuluh ribu ubur-ubur bulan yang pernah kulihat di internet.
Tln: kalo nama latinnya Aurelia coerulea
Akuarium di depan kami memiliki tinggi lebih dari dua meter dan lebar lebih dari lima meter. Ukurannya begitu besar hingga sulit melihat keseluruhan tanpa sedikit mendongak. Di dalamnya, tak terhitung banyaknya ubur-ubur bulan melayang-layang.
"Benar-benar pemandangan yang luar biasa......"
Aoi-san dan Hiyori mendekat hingga ke tepi akuarium, memandangi pemandangan itu dengan senyuman penuh kekaguman.
Senyum mereka terlihat begitu indah dan rapuh di tengah suasana magis ini, hingga tanpa sadar aku mengeluarkan ponsel dan memotret mereka.
Meskipun rasanya seperti diam-diam mengambil foto, aku berjanji akan membagikannya pada Aoi-san nanti, jadi semoga dia memaafkanku.
Di tengah pemandangan yang fantastis ini, mereka berdua tampak menikmati waktu mereka, menatap ubur-ubur dengan penuh kebahagiaan.
min kira kira bakal lanjut sampai vol 7 terkahir gak?
ReplyDelete