Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J4 Bab 8.4

Bab 8 - Sampai Kita Bertemu Suatu Hari Nanti

Keesokan harinya di pagi hari---

Setelah perusahaan pindahan memindahkan barang-barangku, aku pun tiba di stasiun.

Kereta Shinkansen yang akan kutumpangi akan tiba dalam 20 menit.

Kereta Aoi-san ke rumah neneknya lebih cepat, tapi aku menerima permintaan Aoi-san untuk mengantarku, jadi aku membelikan tiket untuknya dan menunggu di peron hingga Shinkansen tiba.

Duduk berdampingan di bangku, kami berpegangan tangan erat-erat, seakan menyesali perpisahan kami.

Alasan kami tidak banyak bicara mungkin karena rasa sakit yang menyesakkan dada kami.

Kami telah berdamai dengan perasaan kami satu sama lain.

Aku juga yakin bahwa perpisahan ini akan mengarah ke masa depan yang positif.

---Hanya saja, ini bukan alasan untuk tidak bersedih saat ini.

Waktu berlalu, dan musik dan pengumuman mengumumkan kedatangan kereta Shinkansen.

Aku berdiri, masih bergandengan tangan dengan Aoi-san, dan berbaris di belakang orang-orang yang mengantri untuk naik.

Kereta perlahan memasuki peron, pintu-pintu terbuka dan orang-orang yang mengantre masuk ke dalam.

"Kalau begitu, aku akan pergi."

"Ya."

Aku melepaskan tangan yang tergenggam dengan rasa enggan, dan menaiki Shinkansen.

Baca novel ini hanya di Musubi Novel

Bel tanda keberangkatan kereta berbunyi ketika aku menghadap Aoi-san dari dalam gerbong.

"Akira-kun......kita pasti akan bertemu lagi, kan?"

Aoi-san berujar, sambil memegangi kalung bunga hortensia yang bersinar di dadanya.

Saat aku melihat Aoi-san tersenyum dan meneteskan air mata, emosi yang sudah lama kutahan meledak.

Aku bisa menahan diri ketika Aoi-san dipertemukan kembali dengan neneknya dan ketika dia bisa melanjutkan hubungan sebagai orang tua dan anak dengan ayahnya.

Aku mampu mengendalikan emosinya saat semua orang di kelas bekerja keras untuk Aoi-san di festival sekolah, saat aku diberi pesta perpisahan yang mengejutkan, dan bahkan saat aku mengucapkan selamat tinggal pada Izumi.

Tapi aku tidak bisa menahannya saat melihat air mata Aoi-san.

Sensasi yang mengalir di pipiku---sambil merasakan kesedihan yang membuatku tidak bisa bernapas, aku juga mencengkeram kalung hortensia di leherku, dan sambil tersenyum aku memutar kata-kata seperti sumpah.

"Ya......tentu!"

Pada saat yang sama ketika pintu ditutup, kereta perlahan-lahan mulai bergerak.

Tidak lama kemudian, Aoi-san sudah tidak terlihat lagi dan tanpa sadar, aku langsung ambruk berlutut.

Ini bukan sekadar perpisahan yang menyedihkan---aku memahami hal itu di kepalaku.

Meskipun begitu, aku tidak bisa tidak merasakan rasa kehilangan, seakan-akan ada lubang yang menganga di dadaku.

Sembilan bulan telah berlalu sejak aku membawa pulang seorang gal di kelasku dan mengubahnya menjadi seorang gadis yang cantik dan anggun.

Dengan begini, kehidupanku dan Aoi-san bersama berakhir, dan kami berpisah untuk kedua kalinya.

Akhir Bab 8