Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 4.2
Bab 4 - Obrolah Rahasia Antara Gadis Cantik Pindahan Dengan Gal
"Akihito, kau akan pergi ke pesta kedua, kan?"
"Yah......kesampingkan aku, tapi bagaimana dengan Charlotte-san? Dia mungkin ada urusan dengan adiknya."
Namun, Aoyagi-kun terlihat seolah-olah bohong kalau ia baru saja mengalami depresi.
Dan kemudian dia menunjukkan kepeduliannya padaku.
Sepertinya, aku masih belum mengerti Aoyagi-kun.......
Aku terkejut.
"Maafkan aku. Aku harus menjemput adikku, jadi aku tidak bisa ikut......."
"Begitu, itu tidak bisa dihindari. Yah, itu adalah pesta kedua dan itu tidak wajib, jadi kupikir tidak apa-apa. Aku juga tidak akan pergi."
"Aoyagi-kun......"
"Tidak, kau harus datang! Kenapa kau tidak datang!?"
Aku merasakan kebaikan dan tersentuh oleh kata-kata Aoyagi-kun---tapi sebaliknya, Saionji-kun jadi marah.
Menanggapi Saionji-kun, Aoyagi-kun membuka mulutnya dengan senyum bermasalah.
"Itu pesta kedua, jadi lebih baik pergi dengan orang-orang yang akrab denganmu saja, kan? Kehadiranku akan membuat suasana menjadi lebih buruk."
"Kau ini......"
Saionji-kun, yang mendengar jawaban Aoyagi-kun, menatap Aoyagi-kun dengan ekspresi heran.
Ia kemudian berulang kali membuka dan menutup mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dan akhirnya menghela napas dan mengalihkan pandangannya ke Shinonome-san.
Sepertinya ia sudah menyerah dengan Aoyagi-kun.
"Bagaimana dengan Shinonome-san?
"---!"
"K-Kenapa kamu sembunyi......?"
Apa yang sebenarnya menjadi masalah ya?
Saat dipanggil, Shinonome-san seolah-olah menjauhkan diri dari Saionji-kun, dan bersembunyi di belakang Aoyagi-kun.
......Aoyagi-kun, di jadi terlalu menempel padamu.......
"Aku, masih belum terbiasa."
"Padahal kita teman sekelas, belum terbiasa itu......"
"Jangan katakan itu. Kalian belum pernah terlibat dengan baik sampai sekarang, jadi mau bagaimana lagi."
Aoyagi-kun membantu Shinonome-san dengan senyuman lembut.
Ia baik hati seperti biasanya.
"Jadi, apa kamu mau pergi ke pesta kedua, Shinonome-san?"
Aku sudah tahu apa yang akan dilakukan Shinonome-san ketika aku melihatnya.
Namun, Aoyagi-kun sepertinya hanya membiarkan Shinonome-san sendiri yang memberikan jawabannya.
"Umm......karena Aoyagi-kun dan Charlotte-san tidak ada di sana......aku tidak ikut......"
Bagaimanapun juga, sepertinya Shinonome-san memilih untuk tidak pergi.
Itu tidak bisa dihindari.
Kalau tidak ada orang yang bisa diajak bicara, maka akan terasa canggung dan tidak nyaman.
"Oh, begitu ya, baiklah, aku akan memberi tahu semua orang tentang hal itu. Dan selain itu......Akihito, bisakah kita bicara sebentar?"
Ada apa ya?
Saionji-kun tersenyum sedikit pahit dan memberi isyarat dengan tangannya agar Aoyagi-kun berpindah tempat.
"Oke. Maaf, Charlotte-san, Shinonome-san. Aku akan pergi dan berbicara dengan sebentar, jadi bisakah kalian berdua kembali ke lebih dulu?"
"Ah, ya."
Kalau mereka repot-repot harus pindah tempat itu berarti kehadiran kami mungkin akan menjadi gangguan.
Aku penasaran, tapi aku memutuskan untuk tidak melangkah lebih jauh.
Kalau ada sesuatu yang tidak beres, aku bisa bertanya pada Aoyagi-kun di rumah.
Selain itu---
"......"
Shimizu-san juga menatapku dengan saksama.
Sepertinya dia ingin berbicara denganku.
"Shinonome-san, aku akan pergi dan berbicara dengan orang lain, jadi......"
"Ah, ya......."
Aah!?
Jangan membuat ekspresi kesepian seperti itu......!
Di depan Shinonome-san, yang telah tampak sedih, aku merasa tidak bisa berbuat apa-apa dan hatiku terasa sakit dalam situasi ini.
"Shinonome-san, kalau kamu butuh sesuatu, kirimkan saja aku pesan."
Aoyagi-kun pasti menyadari bahwa ekspresi Shinonome-san telah berubah.
Aoyagi-kun melambaikan ponselnya ke arah Shinonome-san, memberi isyarat kalau Shinonome-san bisa menghubunginya.
Hal ini membuat ekspresi Shinonome-san berbinar-binar.
"Terima kasih.......Kalau begitu, aku akan pulang......."
"Ya, sampai jumpa, Shinonome-san."
"Sampai jumpa, ayo kita mengobrol lagi."
"Mmm, sampai jumpa."
Ketika kami melambaikan tangan, Shinonome-san melambaikan tangan dengan gembira dan pergi.
Aku merasa bersalah karena mengganggu pembicaraannya dengan Aoyagi-kun, tapi aku senang bisa berbicara dengannya.......
Dia adalah seorang gadis yang baik dan aku ingin berbicara dengannya dalam hubungan yang baik di sekolah.
Jika aku mengesampingkan Aoyagi-kun...
"Kalau begitu, kami akan pergi juga."
Ketika aku merasa tidak berdaya, Aoyagi-kun memanggilku dengan senyum di wajahnya.
Aku juga tidak bisa terus membuat Shimizu-san menunggu.
"Ya, kalau begitu aku permisi dulu."
Aku membungkuk pada Aoyagi-kun dan Saionji-kun dan menghampiri teman sekelas yang sedang melihatku.
"Itu adalah kombinasi yang tidak biasa, bukan? Apa yang kalian bicarakan?"
Aku mendatangi mereka dan mereka mengelilingiku dengan penuh ketertarikan dan menanyakan hal itu.
"Itu hanya obrolan biasa, kok?"
"Obrolan biasa......? Shinonome-san yang itu, sama Aoyagi-kun......?"
"Ya......"
"Kesampingkan Aoyagi-kun, apa Shinonome-san bisa berbicara dengan baik?"
"Aku belum pernah melihatnya berbicara dengan baik sebelumnya, bukan? Bahkan ketika aku mencoba untuk berbicara dengannya, dia bersikap mencurigakan."
Sepertinya, aku tidak sendirian dalam persepsiku bahwa Shinonome-san jarang berbicara.
"Dia memang lambat bicara, tapi ketika aku berbicara dengannya, dia tampak menyenangkan. Mungkin dia hanya pemalu, tapi kupikir dia bisa berbicara setelah dia terbiasa."
"Hee, begitu ya......Mungkin aku harus berbicara dengannya lagi lain kali?"
Itu hal yang bagus.
Shinonome-san sepertinya menginginkan seorang teman, dan jika mereka semua mulai berbicara dengannya, aku yakin dia akan senang.
Jika itu terjadi, itu adalah permintaan maaf karena telah mengganggu dia sebelumnya.
"Sebentar sebentar. Hei, itu karena lawan bicaranya itu Charlotte-san, bukan? Dia sangat baik, jadi Shinonome-san bisa saja berbicara dengannya, tapi kalau kita berbicara dengannya, dia akan mulai bersikap mencurigakan lagi."
Namun, kelihatannya beberapa orang masih menolak, mungkin karena apa yang telah terjadi sebelumnya.
"Tapi sepertinya dia juga bisa berbicara dengan normal dengan Aoyagi-kun?"
"Aoyagi-kun......ya? Akhir-akhir ini, ia punya sisi lembut kadang-kadang, jadi mungkin yang itu?"
"Kalau Aoyagi-kun saja bisa, kita juga bisa melakukannya, bukan?"
"Mungkin. Kalau begitu, aku akan berbicara dengannya lain kali."
Sepertinya pembicaraan itu telah sampai pada kesimpulan ke arah yang baik.
Hanya saja, pembicaraan tentang kalau Aoyagi-kun saja bisa---kupikir ia mungkin lebih baik daripada orang lain di sini.
Aku masih sedih karena mereka tidak tahu akan hal itu.
......Tapi, Aku juga merasa senang karena hanya aku yang mengenal Aoyagi-kun yang seperti itu.......
Apa aku menjadi posesif......?
"---Charlotte-san, boleh bicara sebentar?"
Ketika aku sedang berbicara dengan teman-teman, Shimizu-san memanggilku.
"Maaf, Shimizu-san, karena membuatmu menunggu."
"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Maaf ya, semuanya. Aku akan meminjam Charlotte-san."
"Eh~, tidak adil kalau kamu memonopilinya sendiri lho, Arisa-chan?"
"Ya ya, kalian tadi berada di meja yang sama kan, Arisa-chan! Kami masih ingin berbicara dengan Charlotte-san!"
"Maaf ya, ini adalah sesuatu yang hanya bisa dibicarakan berdua."
Shimizu-san sangat menyesal dan meminta maaf pada yang lainnya dengan mengangkat kedua tangannya.
Aku jarang melihat dia mendapat keluhan dari orang lain seperti ini......
"Semuanya, aku minta maaf......aku yang meminta untuk berkonsultasi dengannya."
"Oh, begitukah?"
"Kalau begitu, mau bagaimana lagi."
Ketika menundukkan kepala, semua orang dengan mudah melepaskanku.
Lagipula, dalam kasus seperti ini, lebih baik aku sendiri yang mengatakannya, sebagai target, supaya mereka mau mendengarkan dengan patuh.
Aku senang aku mencoba meniru Aoyagi-kun.
Shimizu-san dan aku menjauh dari semua orang dan pindah ke tempat di mana kami tidak akan terganggu.
"Terima kasih sebelumnya, Charlotte-san. Aku tidak menyangka kamu mau membantuku."
"Tidak, tidak, aku senang semuanya berjalan lancar."
Aku tidak tahu apa yang ingin dibicarakan oleh Shimizu-san, tapi menyedihkan rasanya disalahkan oleh orang-orang di sekitarnya karena ingin berbicara.
Kalau hanya seperti ini aku tidak masalah.
Namun---
"Apa itu juga karena pengaruh Aoyagi-kun?"
Aku merasa jantungku berdebar ketika Shimizu-san tiba-tiba mengucapkan kata-kata itu.
"K-Kenapa nama Aoyagi-kun muncul di sini?"
Aku tersenyum dan memiringkan kepala, merasakan keringat dingin mengalir di punggungku.
Kemudian dia membuka mulutnya dengan senyum yang sama.
"Yah, itu adalah sesuatu yang sering dilakukan Aoyagi-kun, jadi kupikir mungkin kamu terpengaruh olehnya. Charlotte-san---kamu sepertinya sangat menyukai Aoyagi-kun."
"---!? Ap!? Eh!? Itu......!?"
"Fufu, kamu terlalu panik. Charlotte-san, kamu sangat imut."
Saat aku mencari kata-kata sambil melambaikan tangan di depan wajahku, Shimizu-san menatapku sambil terkikik menikmatinya.
Entah kenapa, tapi aku merasa dia berbeda dengan Shimizu-san yang biasa aku ajak bicara.
"Tidak apa-apa kok, kamu tidak perlu menyembunyikannya. Charlotte-san, itu terlalu jelas."
"U-Um......k-kenapa, kamu berpikir begitu......?"
"Eeh, kamu tidak keberatan kalau aku memberitahumu?"
Mungkin ini adalah konfirmasi bahwa aku mungkin akan merasa malu.
Tapi sekarang sudah terlambat, karena aku sudah merasa malu sampai-sampai wajahku menjadi sangat panas.
"Y-Ya......"
"Awalnya, sejak kamu mulai membantu Aoyagi-kun, aku penasaran denganmu. Charlotte-san, kamu sering mengikuti Aoyagi-kun dengan matamu di kelas."
"Eh, b-begitukah?"
"Seperti yang kuduga, kamu bahkan tidak menyadarinya. Dan karena itulah kamu berbicara dengan Aoyagi-kun hari ini, bukan? Kamu terlihat sangat bahagia saat berbicara dengannya, sepertinya kamu sangat ingin dia memperhatikanmu dan tidak tahan lagi. Bahkan pipimu terlihat mengembang."
"......"
Oh, tidak.
Aku sangat jelas, sampai-sampai aku tidak bisa mengelaknya.
"Dan kemudian---"
"U-Um, itu, sudah cukup.......Aku mengakuinya, tolong ampuni aku......."
Sambil memegang wajahku yang panas di tangan, aku memohon ampun pada Shimizu-san.
"Ahaha, aku tidak bermaksud menggodamu, jadi jangan minta maaf. Sebaliknya, aku merasa sangat diuntungkan dengan melihat sisi imut Charlotte-san."
"Ugh......"
"Ah!? M-Maaf, jangan terlihat akan menangis seperti itu......!"
Ketika aku menatap Shimizu-san sambil merasakan penglihatanku kabur, Shimizu-san menggenggam tanganku dengan panik.
"Umm, alasan aku memulai percakapan ini bukan karena aku ingin mempermalukan Charlotte-san, tapi karena aku ingin bekerja sama denganmu.......!"
"Bekerja sama......?"
"Ya, itu benar. Charlotte, kamu menyukai Aoyagi-kun, kan? Itu sebabnya aku ingin membantu kalian berdua bersama."
Aku tidak menyangka dia akan mengatakan ini.
"K-Kenapa kamu melakukan hal seperti itu......?"
Aku senang dia mau membantuku, tapi aku tidak memiliki gambaran bahwa Shimizu-san melakukan hal seperti itu, jadi aku bertanya.
"Kurasa karena aku ingin lebih dekat denganmu, Charlotte-san?"
"Eh......?"
"Charlotte-san, kamu sangat imut dan baik hati, jadi aku ingin menjadi sahabatmu. Untuk itu, kupikir aku akan membantumu untuk bersama dengan Aoyagi-kun."
"B-Begitu ya......"
"Fufu, banyak gadis sepertiku yang ingin berteman dengan Charlotte-san, kamu tahu? Hanya saja mereka tidak bisa membayangkan Charlotte-san jatuh cinta pada seorang laki-laki, jadi mereka sepertinya tidak menyadari hal ini."
"Kalau mereka semua tahu, aku tidak akan bisa datang ke sekolah......"
"Ahaha......maaf, kurasa ini hanya masalah waktu."
"Eh......?"
Shimizu-san tertawa bermasalah sambil mengusap-usap pipinya dengan jari.
Apa maksudmu, ini hanya masalah waktu.......
"Sudah kubilang sebelumnya, Charlotte-san, kamu terlalu jelas. Jika kamu terus melakukan itu, hanya masalah waktu sampai ketahuan."
M-Memang benar, kalau mereka semua melihat apa yang baru saja dia tunjukkan, perasaanku pada Aoyagi-kun akan ketahuan.
Kalau itu terjadi, aku akan terlalu malu untuk datang ke sekolah.
Aku bahkan tidak akan bisa bertatap wajah dengan Aoyagi-kun.
"B-Bagaimana ini......?"
Aku mencengkeram Shimizu-san dan bertanya apa yang harus kulakukan.
Namun, dia membuka mulutnya dengan terkejut di wajahnya.
"Kenapa kamu tidak langsung menempel ke Aoyagi-kun saja?"
Dan kemudian dia mengatakan sesuatu yang sangat sembrono.
"I-Itu tidak mungkin.......Aoyagi-kun, ia tidak menyukaiku, jadi......!"
"Hah, kamu mulai dari sana!? Kamu serius mengatakan itu!?"
"Y-Ya......"
Saat aku mengangguk, Shimizu-san bergumam, "Ughh......" dan menutupi dahinya dengan tangannya.
Dia terlihat seperti sakit kepala.
"Aku kadang-kadang memikirkan hal ini, tapi gadis ini memang seorang yang bebal......Tapi rasanya tidak tepat bagiku untuk mengatakan padanya......"
"U-Um, Shimizu-san......?"
"Mari kita lihat......Kalau begitu, kamu harus mulai dengan membuat ia menyukaimu."
"Eh, bukankah topiknya sudah berubah......?"
"Ya, aku tahu. Aku mengerti, tapi---jika kita terus seperti ini, rasanya akan menjadi jalan memutar yang panjang, jadi jangan cerewet."
"A-Aku minta maaf......"
Entah kenapa, Shimizu-san memegang pundakku dengan tegas, dan aku tanpa sadar meminta maaf.
"Benar, mari kita mulai dengan pengakuan."
"'Permulaannya langsung berada di titik akhir!?"
"Ooh, tsukkomi yang tajam."
Dia tampak terkesan.
Tapi aku tidak senang sama sekali.
"Kamu tahu bagaimana pria, kan? Ketika mereka mendapat pengakuan, mereka menjadi sadar akan orang itu."
"I-Itu, aku pernah mendengar hal itu sebelumnya......"
"Eh, kamu pernah mendengarnya?"
"K-Kenapa kamu terkejut? Kamu adalah orang yang mengatakannya......"
"A-Ahaha, maaf. Itu sedikit tak terduga. Tapi itu membuatnya lebih mudah, kan? Mari kita lakukan."
Shimizu-san tersenyum dan mendorongku untuk mengaku.
Memang, aku mengerti apa yang dikatakannya karena hal itu sering disebutkan dalam komik dan anime.
Namun, Aoyagi-kun bukanlah orang yang sederhana.
Lebih dari segalanya---
"A-Aku ingin ia menyukaiku apa adanya......aku tidak ingin menggunakan taktik seperti itu hanya demi situasi......"
"Begitu ya. Yah, perasaan bisa mendingin dengan mudah dengan hal-hal semacam itu."
"A-Aku minta maaf......"
"Tidak, Charlotte-san, menurutku cara berpikirmu bagus."
Meskipun aku menolak sarannya, Shimizu-san memujiku dengan senyuman lembut.
Entah bagaimana, sosoknya tumpang tindih dengan Aoyagi-kun dalam pikiranku.
"Jadi......kamu harus lebih banyak berinteraksi dengan Aoyagi-kun, kan? Maksudku, kita kan teman sekelas. Akan sangat disayangkan jika tidak menggunakan kesempatan itu."
Memang, berbicara adalah hal yang penting ketika mencoba untuk lebih dekat dengan seseorang.
Dan wajar saja jika Shimizu-san, yang tidak mengetahui hubungan antara Aoyagi-kun dan aku, memberikan saran ini.
"I-Itu agak......sulit untuk dilakukan......"
"Kenapa?"
"Yah......"
Karena Aoyagi-kun melarangnya.
Tidak dapat memberikan jawaban itu, aku menemukan diriku kehilangan kata-kata.
Lalu---
"Sudah kuduga, Aoyagi-kun menghentikanmu, kan?"
Sekali lagi, dia berhasil mengungkap kebenaran yang kusembunyikan.
"B-bagaimana......?"
Bagaimana kamu bisa tahu...?
Aku sangat terkejut dan menatap wajahnya.
"Aku hanya menebak-nebak, tapi sepertinya aku benar. Kalian berdua tidak pernah berbicara di sekolah, namun melakukan percakapan yang sangat lancar di kafe.Ditambah lagi, salah satu dari kalian adalah pria yang berperan sebagai penjahat di kelas, dan yang satunya adalah gadis yang memperlakukan semua orang dengan sama rata dan tidak berteman dekat dengan siapa pun secara khusus. Sulit dipercaya, bahwa kalian berdua, yang tidak memiliki hubungan yang jelas, bisa begitu dekat. Jadi, kupikir pasti ada sesuatu, tapi kamu berusaha menyembunyikannya. Sepertinya sesuatu yang akan dikatakan Aoyagi-kun, mengingat situasimu, Charlotte-san."
Kata-katanya membuatku terdiam.
Shimizu-san biasanya ceria dan memberikan kesan menikmati kehidupan sekolah.
Tapi sekarang, dia tampak seperti orang yang sama sekali berbeda.
Sepertinya aku telah salah memahami persepsinya.
"Maaf ya? Aku tidak akan menyalahkanmu atau mencampuri hubunganmu dengan Aoyagi-kun, jadi tolong jangan khawatirkan hal itu."
"B-Begitukah?"
"Ya, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, aku hanya ingin berteman denganmu, Charlotte-san."
Dengan itu, dia tersenyum lembut lagi.
Bisakah aku mempercayai senyuman ini...?
"S-Shimizu-san, kamu sepertinya mengenal Aoyagi-kun dengan baik, tapi kamu tidak berbicara dengannya di sekolah, kan? M-Mungkinkah, seperti aku, apa kamu punya hubungan dengan Aoyagi-kun yang kamu sembunyikan......?"
Entah bagaimana aku berhasil mengeluarkan kata-kata itu dari tenggorokanku yang kering.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Aku tidak tahu kenapa aku menanyakan hal seperti itu.
Aku hanya tidak bisa tidak menanyakan hal itu padanya.
Kemudian, dia mengangkat bahunya dengan ekspresi lucu.
"Bukan begitu. Lagipula, aku tidak cukup populer baginya untuk menyembunyikan hubungan kami. Dan selain itu---"
Shimizu-san berhenti sejenak dan menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, dengan ekspresi dingin yang mengerikan, dia berkata,
"Aku benci Aoyagi-kun."
Aku tidak bisa mempercayai apa yang baru saja kudengar dan lihat.
Aku tahu bahwa Aoyagi-kun tidak disukai.
Itu karena ia ingin tidak disukai dan bertindak seperti itu.
Namun, kupikir dia mengerti orang seperti apa Aoyagi-kun itu.
Aku tidak mengerti kenapa dia mengungkapkan bahwa dia membencinya, terutama di depanku yang menyukainya.
"K-Kenapa kamu......mengatakan hal seperti itu?"
"Aku merasa kamu mungkin bertanya-tanya apakah kamu bisa mempercayaiku atau tidak di dalam hatimu. Jadi, aku hanya berpikir aku akan jujur dan berbagi perasaanku."
Tampaknya, dia juga menyadari kecurigaanku padanya.
Apakah dia sedang mencoba membangun hubungan kepercayaan......?
Tapi kenapa dia mengambil risiko seperti itu hanya untuk dekat denganku......?
"A-Aku tidak bisa berteman dengan seseorang yang berbicara buruk tentang Aoyagi-kun..."
Ingin tahu apa yang dia pikirkan, aku dengan jujur menyampaikan pikiranku.
"Ahaha, aku mengerti. Jangan khawatir. Aku tidak membenci Aoyagi-kun itu sendiri."
"Eh? A-Apa maksudmu......?"
"Sederhana saja. Yang tidak aku sukai adalah cara Aoyagi-kun dalam melakukan sesuatu. Meskipun itu untuk membimbing semua orang ke arah yang benar, ia menjadi orang jahat dan merusak suasana kelas. Itu......yang tidak kusukai."
Shimizu-san mengungkapkan rasa jijiknya dan menghela napas.
Dari emosi dalam kata-katanya, sepertinya itu adalah perasaannya yang sebenarnya.
Jika dia akan berbohong sejauh itu, dia tidak akan mengatakan dia membenci Aoyagi-kun dari awal.
"Kalau begitu, bukankah itu berarti kamu tidak menyukai Aoyagi-kun......? Biasanya, jika seseorang melakukan sesuatu yang tidak kamu sukai, kamu akan membenci orang itu, kan......?"
"Begitukah? Yah, aku tidak benar-benar merasakan hal yang sama. Ini seperti......Aku bisa melihat karakter mereka, jadi meskipun aku tidak menyukai apa yang mereka lakukan, aku tidak bisa benar-benar membenci orang itu secara keseluruhan, kurasa."
Shimizu-san memiringkan kepalanya dan tersenyum canggung.
Sampai sekarang, tampaknya teman-temannya mengalami kesulitan untuk memahami cara berpikirnya.
Namun, entah bagaimana, aku berhasil memahami apa yang ingin dia sampaikan.
Dan yang lebih penting lagi, keinginannya yang sebenarnya.
"Shimizu-san, kamu ingin aku menghentikan Aoyagi-kun, kan? Itu sebabnya kamu ingin aku berkencan dengannya----bukankah begitu?"
"Aha, ketahuan ya!"
Dengan komentar yang lucu, Shimizu-san mengedipkan mata dan menjulurkan lidahnya.
Gerakan itu, disertai dengan suara "tee-hee" yang nakal, mengaduk-aduk emosi dalam diriku.
"Fufu, memang benar aku ingin berteman denganmu, Charlotte-san, tapi alasannya seperti yang kamu katakan. Aoyagi-kun telah berubah sejak kamu datang. Jadi, aku berharap kamu bisa membuatnya berhenti melakukan hal-hal bodoh seperti itu."
"Aoyagi-kun......berubah?"
"Kamu tidak menyadarinya? Yah, kurasa itu tidak bisa dihindari jika kamu tidak mengenalnya sebelumnya. Ia dulu sepenuhnya berkomitmen untuk tidak disukai oleh kelas."
"Kurasa ia masih seperti itu sekarang......"
"Tidak, bukan begitu. Perubahan itu terlihat jelas hari ini. Seperti, ia berbicara pada Shinonome-san, yang sedang sendirian, kan? Dan dengan ekspresi dan suara yang sangat lembut."
Diingatkan oleh Shimizu-san, aku teringat percakapan di kafe.
Seperti yang dia katakan, Aoyagi-kun dengan ramah berbicara dengan Shinonome-san.
Namun, aku berpikir bahwa orang yang baik hati seperti ia akan secara alami berbicara dengan Shinonome-san, yang kesepian dan sendirian, bukan...?
"Ekspresimu itu mengatakan semuanya. Aoyagi-kun di masa lalu tidak akan berbicara dengannya dalam situasi seperti itu. Atau jika dia berbicara dengannya, itu akan menjadi sikap yang tidak ramah, hampir mengesankan."
"K-Kenapa kamu berpikir seperti itu?"
"Karena jika tidak, dia akan memberikan kesan yang baik kepada teman-teman sekelasnya. Kesan yang baik tidak lain adalah penghalang bagi seseorang yang mencoba untuk tidak disukai. Jadi, ia memastikan untuk tidak melakukan sesuatu yang akan dianggap seperti itu."
"Jadi, ia melakukannya hari ini, ya......?"
"Yah, kamu tahu, cara Aoyagi-kun bertindak sepertinya ia bahkan tidak menyadari perubahan itu. Jadi, agak tidak jelas apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku benar-benar berpikir itu karena kamu, Charlotte-san. Mungkin ia tidak ingin menunjukkan sisi buruknya padamu, bahkan jika ia harus bersikap berbeda."
Tidak ada bukti yang mendukung apa yang dikatakannya.
Tapi sejauh yang bisa kulihat dari matanya, dia sepertinya mempercayainya.
"Pokoknya, kembali ke intinya, aku pikir jika ia berubah karena kamu, Charlotte-san, ia mungkin akan berhenti mengorbankan dirinya sendiri untuk membimbing orang lain. Kamu ingin ia berhenti melakukan itu juga, kan?"
"Ya, itu benar......Aku tidak ingin Aoyagi-kun terluka......"
"Kalau begitu kepentingan kita sejalan. Apa kamu mengerti kenapa aku ingin membantu sekarang?"
Aku......tidak mungkin mengerti.
Aku percaya bahwa apa yang dikatakannya adalah benar.
Namun, aku juga berpikir bahwa dia tidak menceritakan semuanya.
Karena ada sesuatu tentang ceritanya yang tidak masuk akal.
"Aku mengerti bahwa kamu memiliki wawasan yang luar biasa."
"Charlotte-san?"
Mendengar kata-kataku, Shimizu menatapku dengan ekspresi bingung.
Mungkin jawabanku berbeda dengan apa yang dia harapkan.
Aku menatap langsung ke matanya.
"Tapi mengingat tindakan Aoyagi-kun di kelas, kurasa alasanmu untuk bertindak sejauh ini lemah. Shimizu-san, kamu mempercayai Aoyagi-kun, kan? Dari mana kepercayaan itu berasal?"
Bahkan jika ia memerankan dirinya sebagai penjahat untuk membimbing semua orang ke arah yang benar, dia tidak membenci Aoyagi-kun itu sendiri.
Kata-kata ini berasal dari mengetahui kepribadiannya dan percaya bahwa ia tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan niatnya yang sebenarnya.
Jika Aoyagi-kun memainkan peran sebagai penjahat di sekolah, tidak peduli seberapa berwawasannya dia, dia seharusnya tidak bisa melihat sifat aslinya.
Jadi, kupikir dia pasti memiliki semacam hubungan dengan Aoyagi-kun dan memiliki kesempatan untuk mengetahui karakter aslinya.
Dan aku menyadari bahwa dia sengaja menyembunyikannya dariku.
"......Sepertinya aku meremehkanmu, Charlotte-san,"
Melihat tidak ada cara untuk melarikan diri, Shimizu-san menghela nafas sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Kemudian dia tersenyum padaku.
"Ngomong-ngomong, kamu harus menjemput adikmu, kan? Kita sudah mengobrol cukup lama, apa tidak apa-apa?"
"Maaf, tapi aku tidak bisa pergi begitu saja."
"Aku mengerti."
Memahami bahwa aku tidak akan mundur, Shimizu-san menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, dengan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya, dia menatapku.
"Yah, ini bukan benar-benar kepercayaan, tapi aku percaya pada Aoyagi-kun."
Tln: ini agak ribet, Shimizu pake kata shinrai/ä¿¡é ¼ untuk yang pertama, dan kata shinyou/信用 untuk yang kedua, dan keduanya punya arti "Percaya"
"Kenapa kamu menyembunyikannya?"
"Karena ada terlalu banyak hal yang tidak bisa kukatakan mengenai hal itu."
Hal-hal yang tidak bisa dia bicarakan...?
Ngomong-ngomong, di kafe---
"Apa perintah yang diberikan oleh Hanazawa-sensei tentang masalah Aoyagi-kun?"
Ketika aku mengungkit hal itu, mata Shimizu membelalak kaget.
Dia menggaruk pipinya dengan jari dan tersenyum canggung.
"Kamu dengar itu? Charlotte-san, kamu memiliki telinga yang sangat tajam."
"Aku minta maaf karena menguping, tapi aku akan senang jika kamu bisa memberitahuku, terutama karena kamu bersedia bekerja sama dalam mengembangkan hubunganku dengan Aoyagi-kun."
Meskipun aku tahu itu tidak adil, aku mencoba untuk menarik bagian yang dia khawatirkan dan bertanya kepadanya.
Namun, dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa. Jika aku memberitahumu, aku akan mendapat masalah besar dengan Miyu-sensei, dan itu sama saja dengan mengkhianatinya."
"Jadi kamu tidak bisa membantuku?"
"Charlotte-san, kamu ternyata sangat licik, ya? Apa itu karena pengaruh Aoyagi-kun?"
"Aoyagi-kun tidak ada hubungannya dengan itu. Aku selalu seperti ini."
"Oh, begitu---kamu adalah tipe orang yang bisa serius pada orang yang kamu sukai. Aku tidak bisa mengatakannya secara langsung, tapi aku bisa menunjukkan padamu cara untuk mengetahuinya. Aoyagi Akihito---jika kamu melakukan pencarian untuk hal ini, kamu akan mengerti."
Setelah sedikit menggoda, Shimizu-san menunjukkan ponsel pintarnya dengan ekspresi serius.
"Maksudmu aku harus mencari di internet......?"
"Ya, ia cukup terkenal di beberapa kalangan. Jadi jika kamu mencarinya, kamu akan segera mengetahuinya. Apa yang terjadi di masa lalunya."
Aku mengeluarkan ponselku dan menatapnya.
Dengan ini, aku bisa mengetahui masa lalu Aoyagi-kun.
Jika aku tahu apa yang ia alami, aku mungkin bisa menolongnya.
Tapi jika aku melakukan ini...
"Ada apa? Apa kau tidak akan mencarinya?"
Shimizu-san memiringkan kepalanya dengan ekspresi menantang saat dia menatapku.
"Kalau aku mencari di sini......bukankah aku akan mengkhianati Aoyagi-kun......?"
Aoyagi-kun tidak tahu kalau aku sedang mencari tahu tentang masa lalunya.
Ia bahkan mungkin tidak mengira aku mengkhawatirkannya.
Dalam situasi seperti itu, rasanya seperti mencari tahu masa lalunya seperti ini adalah semacam pengkhianatan kepadanya.
Paling tidak, Hanazawa-sensei ingin aku mendengar tentang masa lalunya dari Aoyagi-kun sendiri.
Tapi aku......
"Bukankah bertanya padaku juga mengkhianatinya?"
"I-Itu......memang benar. Pada akhirnya, aku pikir itu tetaplah sebuah pengkhianatan."
Entah aku mencari di internet atau mencoba mendengarnya dari Shimizu-san, tetap saja aku belajar sesuatu di belakang Aoyagi-kun.
Tidak peduli bagaimana aku mencoba untuk membenarkannya, itu tidak akan mengubah fakta bahwa aku mengkhianatinya.
".......Ya, aku agak mengerti. Aoyagi-kun pasti juga tertarik pada sisi dirimu yang satu ini......"
Sambil merenung, Shimizu-san bergumam dengan ekspresi tak berdaya dan lembut.
"Eh, Aoyagi-kun tertarik pada ini......?"
"Hei, serius, kamu punya telinga yang luar biasa, ya?! Kamu tidak bisa mendengarkan hal-hal seperti ini, kamu tahu!"
"Hah......?"
Saat aku memiringkan kepalaku, Shimizu menjadi bingung dan marah.
Memang benar bahwa mendengarkan gumamannya bukanlah hal yang baik dan biasanya aku akan membiarkannya, tapi karena ini tentang Aoyagi-kun, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bereaksi.
"O-Omong-omong, ada sesuatu yang bisa kukatakan padamu. Mari kita bicarakan itu sekarang, oke?"
Tampaknya dia ingin mengalihkan pembicaraan ke tempat lain.
Namun demikian, aku yakin bahwa konten yang dia bicarakan, adalah sesuatu yang juga tidak kuketahui.
Dan, mungkin itu adalah sesuatu yang tidak akan menjadi masalah, meskipun aku mengetahuinya.
"Bisa tolong beritahuku?"
"Ya, biar kujelaskan......Aku punya sepupu di Hiroshima yang aku banggakan."
"Oh benarkah---Eh, sepupu......?"
"Ya. Ia setampan idol, tinggi, dan bahkan pernah muncul di TV. Ia sangat menakjubkan."
"H-hah......?"
Tunggu, apa maksudnya?
Kupikir dia akan bercerita tentang masa lalunya dan Aoyagi-kun, tapi sekarang dia malah membual tentang sepupunya?
Umm, apa yang terjadi......?
"Hahaha, Charlotte-san, pikiranmu tertulis di seluruh wajahmu. Salahku, itu agak samar-samar. Tapi kamu tahu, sepupuku itu---ia bermain sepak bola."
"Ah......"
Begitu aku mendengar kata "sepak bola," aku mengerti sebagian dari apa yang dia coba katakan.
Tentunya, pasti ada hubungan antara sepupunya dan Aoyagi-kun.
Sepertinya lebih baik tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu.
Shimizu-san sepertinya menyadari bahwa aku telah terbebas dari kebingunganku dan membuka mulutnya lagi dengan senyuman lembut.
"Ia seumuran dengan kita dan tergabung dalam tim klub pemuda di Hiroshima. Ia mendapat perhatian dari pencari bakat profesional, dan sejak masuk sekolah menengah, ia bahkan telah dipanggil ke tim nasional untuk kelompok usianya. Ia benar-benar luar biasa. Dan tahukah kamu? Sepupuku terobsesi dengan Aoyagi-kun sejak SMP."
Seperti yang kuduga, ada hubungan antara sepupunya dan Aoyagi-kun.
Hiroshima adalah prefektur di sebelah Okayama, tempat kami tinggal.
Tidaklah mengherankan jika mereka pernah bertemu di turnamen sepak bola.
Namun......obsesi? Orang lain itu adalah seorang pria, bukan?
Tidak mungkin seorang wanita, bukan?
Lagipula, dia dikatakan tampan......
"Apa kamu tidak penasaran kenapa sepupuku yang luar biasa, yang sedang dibina oleh para pemain profesional, terobsesi dengan Aoyagi-kun?"
Ah......
A-Aku terlalu fokus pada bagian lain dan tidak menyadarinya......
Itu benar, kalau dipikir-pikir, itu bukan sesuatu yang biasanya terjadi.
"Menurutmu kenapa bisa begitu?"
Aku bertanya pada Shimizu-san, mencoba menutupi kebingunganku dengan senyuman.
Dia tampak ingin sekali berbicara, gelisah dan membuka mulutnya.
Bayanganku tentang dia sedikit berubah sejak dia mulai berbicara tentang sepupunya.
"Sebenarnya, sepupuku bermain melawan tim Aoyagi-kun di semifinal Turnamen Chugoku ketika ia masih di tahun pertama SMP."
Turnamen Chugoku, yang kuketahui dari membaca komik olahraga, adalah kompetisi yang diikuti oleh perwakilan sekolah menengah atas dari Okayama, Hiroshima, dan prefektur wilayah Chugoku lainnya.
Aoyagi-kun pasti merasa luar biasa bisa berpartisipasi dalam turnamen semacam itu di tahun pertamanya di sekolah menengah pertama. "Tim sepupuku memenangkan kejuaraan nasional SMP tahun itu, tapi dia mengatakan bahwa pertandingan melawan tim Aoyagi-kun di Turnamen Chugoku meninggalkan kesan terbesar baginya."
"Mereka memenangkan kejuaraan nasional......lalu apakah tim Aoyagi-kun kalah di semifinal Turnamen Chugoku?"
"Ya, itu sebabnya tim sepupuku yang maju ke kejuaraan nasional, bukan tim Aoyagi-kun. Aku tidak melihat pertandingannya, jadi aku tidak tahu detailnya, tapi sepertinya itu bukan pertandingan yang sengit."
"Lalu......kenapahal itu meninggalkan kesan yang begitu besar baginya......?"
Kesanku adalah bahwa pertandingan yang sengit cenderung lebih berkesan, sementara pertandingan satu sisi kurang berkesan.
Jadi, pasti ada alasan yang bagus untuk itu.
"Aoyagi-kun bermain di posisi playmaker yang disebut 'gelandang serang tengah', dan ia memiliki gaya bermain yang unik. Mereka tidak kalah karena perbedaan yang signifikan dalam kekuatan tim secara keseluruhan. Namun, sepupuku percaya bahwa, jika bukan karena perbedaan itu, mereka mungkin akan kalah."
Sepak bola adalah olahraga tim.
Meskipun kemampuan satu orang luar biasa, tim tidak bisa menang jika level tim tidak setara.
Jadi, meskipun mereka memenangkan pertandingan secara normal, kemampuan Aoyagi-kun begitu hebat sehingga meninggalkan kesan yang membekas......?
Tetapi, apa yang dimaksud dengan 'gaya bermain yang unik'?
"Yah, sulit untuk memahami hanya dari itu. Aku juga tidak benar-benar mengerti ketika mendengar cerita ini saat itu."
Sepertinya Shimizu-san merasakan keraguanku dari tingkah lakuku.
Tidak, dengan situasi ini, dia mungkin juga berpikiran yang sama dari pengalamannya sendiri.
"Tapi sekitar waktu itu, sepupuku mulai memperhatikan Aoyagi-kun. Bahkan, sekolahnya adalah sebuah SMP swasta, dan mereka mencoba mencari Aoyagi-kun untuk bergabung dengan mereka."
"H-Hah? Mereka akan sejauh itu......? Tapi, itu adalah sekolah yang memenangkan kejuaraan nasional, kan......?"
"Mungkin sepupuku tahu. Bahwa itu akan buruk jika Aoyagi-kun tidak berada di timnya. Faktanya, tim Aoyagi-kun mengalahkan tim sepupuku di final Turnamen Chugoku pada tahun kedua mereka di SMP."
Meskipun anggotanya mungkin telah berganti, tim Aoyagi-kun menang melawan tim yang memenangkan kejuaraan nasional tahun sebelumnya. Meskipun aku tidak bermain sepak bola, aku bisa memahami betapa menakjubkannya hal itu.
"Apakah mereka menang berkat kemampuan Aoyagi-kun?"
Aku bertanya, mengira itu yang terjadi dari alur pembicaraan.
Namun, Shimizu-san membuka mulutnya dengan ekspresi bermasalah.
"Yah~, sulit untuk mengatakannya. Aku tidak berpikir itu hanya kemampuan Aoyagi-kun."
Itu benar, itu adalah olahraga tim.
Jika memungkinkan bagi Aoyagi-kun untuk menang sendirian, mereka setidaknya akan mampu mengakhiri pertandingan di tahun pertama mereka, jadi itu mungkin tidak mungkin.
"Namun, tidak diragukan lagi bahwa kemampuannya sangat signifikan. Setelah beberapa penelitian, aku menemukan bahwa tim Aoyagi-kun awalnya adalah tim yang akan tersingkir di babak pertama turnamen distrik."
"Eh!? Benarkah!?"
Aku terkejut dengan informasi yang tiba-tiba mengejutkan itu.
Tapi bukankah tidak ada yang tidak akan terkejut dengan hal ini?
Lagipula, sekolah yang telah tersingkir di putaran pertama turnamen distrik tiba-tiba mulai berpartisipasi dan maju di Turnamen Chugoku.
"Aku tidak tahu detailnya, tapi ketika generasi Aoyagi-kun masuk, banyak pemain luar biasa dari Okayama, yang telah aktif sejak sekolah dasar, berkumpul. Aku tidak tahu apakah mereka memang sudah ada di sana atau mereka datang karena pindah atau semacamnya......tapi level mereka meningkat secara dramatis ketika Aoyagi-kun dan yang lainnya bergabung."
"Dan kemudian, di tahun pertama mereka, mereka pergi ke Turnamen Chugoku......"
"Yah, itu tidak normal. Tidak peduli berapa banyak pemain yang menjanjikan berkumpul, itu tidak seperti tim yang terdiri dari siswa tahun pertama yang biasanya bisa sampai ke Turnamen Chugoku. Itulah kenapa tim sepupuku, yang sebagian besar terdiri dari siswa tahun ketiga, bisa menang melawan tim Aoyagi-kun saat sepupuku masih di tahun pertama."
Tentu saja, ini juga merupakan pengetahuan dari komik, tapi tampaknya hanya perbedaan satu tahun dalam kelas sekolah dapat menciptakan hambatan yang signifikan bagi para siswa.
Namun, alasan Aoyagi-kun dan teman-temannya bisa berhasil pasti karena mereka memiliki semacam keuntungan.
Yang mungkin adalah---
"Aoyagi-kun-lah yang membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Sepupuku tahu itu dari pertarungan secara langsung, jadi ia benar-benar ingin merekrutnya. Ia bisa meningkatkan level tim beberapa tingkat."
Shimizu-san tertawa tanpa daya, mengangkat bahunya, dan memberi tahuku jawaban yang sudah kupikirkan.
Meskipun aku tidak benar-benar bermain sepak bola, mendengarkan penjelasan ini membantuku memahami betapa hebatnya Aoyagi-kun.
"Dan ketika mereka menjadi siswa kelas dua, Aoyagi-kun dan rekan-rekan setimnya semakin berkembang, dan sepupuku tidak bisa mengalahkan mereka. Itulah kenapai ia menjadi lebih terobsesi dengan Aoyagi-kun dan ingin membalas dendam di turnamen nasional---oh, maaf, bukan apa-apa."
Shimizu-san, yang sepertinya sedang mengenang masa lalu, tiba-tiba berhenti berbicara dengan ekspresi canggung.
Hal ini membuatku penasaran.
Namun, melihat keraguannya, aku menyadari bahwa dia mungkin tidak ingin berbagi informasi itu denganku.
Jadi, aku berpikir untuk menahan diri untuk tidak bertanya, tapi tiba-tiba aku merasa bahwa mungkin ada beberapa informasi yang bisa kudapatkan dan memutuskan untuk melontarkan sebuah pertanyaan untuk memverifikasi.
"Sebelumnya di kafe, Aoyagi-kun mengatakan bahwa ia tidak berpartisipasi dalam turnamen nasional. Dari apa yang kulihat, kurasa ia tidak berbohong. Namun, jika mereka memenangkan turnamen Chugoku, mereka akan memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam turnamen nasional, bukan? Lebih dari segalanya, aku ingin tahu kenapa Aoyagi-kun, yang diakui oleh sepupumu yang luar biasa, berhenti bermain sepak bola. Apakah ini terkait dengan perintah untuk diam?"
Aku bertanya sambil tersenyum, menjelaskan bahwa aku tidak mencoba menginterogasinya, dan dia mengangguk sebagai jawaban.
"Seperti yang kamu pikirkan, Charlotte-san. Jadi aku tidak bisa mengatakan lebih banyak tentang itu......tapi aku bisa memberitahumu kenapa aku mempercayainya."
Yang dia bicarakan tadi adalah masa lalu Aoyagi-kun, bukan alasan kenapa dia mempercayainya.
Dia tidak bisa berbicara tentang kenapa ia tidak berpartisipasi dalam turnamen nasional atau kenapa ia berhenti bermain sepak bola, tapi dia tampaknya bersedia menjawab pertanyaan awalku.
"Pada musim panas tahun kedua kami di sekolah menengah pertama, sepupuku menginap di rumahku untuk menonton pertandingan Aoyagi-kun. Ia sangat memuji Aoyagi-kun sampai-sampai aku pergi bersamanya untuk menonton turnamen prefektur mereka."
Shimizu-san menatap ke langit seolah-olah mengingat kembali kenangan indah.
Itu pasti kenangan yang indah baginya.
"Saat itu adalah pertandingan final, dan lawan mereka adalah sekolah kuat yang telah memenangkan turnamen prefektur beberapa kali. Tim Aoyagi-kun pernah kalah dari mereka di final ketika mereka masih siswa tahun pertama. Namun, hasilnya adalah---"
"Tim Aoyagi-kun menang, kan?"
"Benar. Meskipun begitu, itu aneh. Mereka tampak seimbang, tapi skornya 3-0. Aoyagi-kun membuat banyak kesalahan dan tidak terlalu menonjol, jadi aku tidak bisa mengerti kenapa sepupuku sangat memujinya. Lagipula, Saionji-kun dan para pemain lainnya jauh lebih mengesankan."
"........"
"Hahah, jangan membuat wajah yang menakutkan. Sepupuku memberi tahuku apa yang terjadi ketika aku sampai di rumah. Aoyagi-kun merencanakan permainan secara strategis sepanjang pertandingan, dan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya adalah bagian dari strateginya. Para pemain lain terlihat bermain dengan baik karena ia mampu mengeluarkan kekuatan mereka dan menciptakan peluang untuk mereka."
Melihat tatapanku ketika dia berbicara buruk tentang Aoyagi-kun, Shimizu-san melambaikan tangannya di depan wajahnya dan menjelaskan.
Namun, aku masih memiliki keraguan.
"Apakah itu......benar-benar mungkin......?"
"Yah, itu biasanya tidak mungkin bagi kebanyakan orang. Tapi Aoyagi-kun memiliki wawasan yang sangat baik, dan mungkin mengamati semua orang dengan seksama? Itu sebabnya ia bisa mengeluarkan kekuatan mereka dan membuat strategi untuk melawan lawan mereka."
Mungkin benar kalau Aoyagi-kun mengamati orang-orang di sekelilingnya. Ia selalu memperhatikan tindakan teman-teman sekelasnya.
"Selain itu, Aoyagi-kun juga sangat baik dalam menjaga kondisi mental rekan-rekan setimnya. Ia begitu tenang dan dewasa untuk ukuran seorang siswa SMP, dan ia dengan cepat mendukung rekan setimnya ketika mereka melakukan kesalahan. Sepupuku mengatakan bahwa dengan adanya ia di tim, para pemain lain merasa nyaman."
Oh, begitu......Tidak heran ia begitu baik dalam menangani Emma.
Ia tidak pernah mencoba memaksanya, namun mencoba untuk mengeluarkan kekuatannya.
Ia selalu memastikan bahwa Emma puas dengan apa yang dilakukannya.
Jika ia telah menjaga kondisi mental rekan-rekan setimnya dan mengeluarkan kekuatan mereka sebagai pemain di masa lalu, akan mudah baginya untuk menangani seseorang seperti Emma.
"Sebenarnya, ketika aku melihat bagaimana rekan-rekan setimnya di tim SMP memperlakukannya, aku tahu bahwa mereka mengaguminya. Itulah kenapa aku mempercayainya. Karena aku tahu masa lalunya, aku tahu bahwa apa yang ia lakukan sekarang bukanlah dirinya yang sebenarnya."
Shimizu-san tersenyum tanpa daya saat dia berbicara.
Dia pasti frustasi melihat Aoyagi-kun dalam keadaan seperti sekarang.
Aku tahu dari nada bicaranya bahwa dia tidak membencinya karena telah merusak suasana kelas, tapi dia benci melihat Aoyagi melukai dirinya sendiri.
Tapi sekarang sudah sampai seperti ini......
"Hmm? Kamu terlihat sedikit gelisah. Ada apa?"
Shimizu-san menyadari ekspresiku yang gelisah dan menanyaiku dengan rasa ingin tahu.
Aku ragu-ragu untuk berbicara, tapi aku memalingkan wajahku dan berbicara,
"Um......Shimizu-san, aku mengerti kenapa kamu mempercayai Aoyagi-kun sekarang, tapi kau tidak.......memiliki perasaan padanya, kan?"
Mendengar pertanyaanku, mata Shimizu-san membelalak kaget.
Dan kemudian---
"Pfft, ahahaha......!"
Dia tertawa terbahak-bahak.
"K-Kenapa kamu tertawa......!"
"Karena, Charlotte-san, kamu bertanya dengan ekspresi khawatir di wajahmu!"
"T-Tapi......!"
"Jangan khawatir, aku hanya memiliki mata untuk sepupuku. Jika aku menyukai Aoyagi-kun, aku akan mencoba melakukan sesuatu sendiri daripada memintanya padamu."
Sepertinya aku terlalu banyak berpikir.
Namun, aku masih belum bisa memahami keterlibatannya yang mendalam dengan Aoyagi-kun......
"Hahaha, kamu masih belum terlihat yakin. Tapi kamu tahu, aku benar-benar tidak menyukainya seperti itu. Hanya saja......Aku tidak suka dengan apa yang ia lakukan sekarang, dan meskipun aku tidak punya perasaan padanya. Aku menghormatinya. Itu sebabnya aku tidak ingin ia terus melakukan hal ini."
"H-Hormat......!"
"Maaf, tapi aku telah mendengar banyak tentang masa lalu Aoyagi-kun dari sepupuku dan Saionji-kun, jadi aku tahu hampir semua hal tentang ia. Meskipun mengalami hal-hal yang akan membuat kebanyakan orang kehilangan kepercayaan pada orang lain, ia masih bertindak tanpa pamrih untuk orang lain. Itulah kenapa aku menghormatinya."
Shimizu-san menyeka air matanya dengan jarinya sambil tertawa, dan senyum pasrah tersungging di wajahnya.
Hal-hal yang membuatmu kehilangan kepercayaan pada orang lain---itu benar-benar menggangguku.
"J-Jadi, apa itu tentang perintah untuk diam......?"
"Itu bagian dari itu, tapi bukan hanya itu. Masa lalunya jauh lebih berat dari yang kamu pikirkan, Charlotte-san. Sungguh mengherankan ia masih bisa tersenyum sekarang. Jadi kupikir, ya, mungkin sudah waktunya ia pantas untuk bahagia."
"Shimizu-san......"
Ekspresinya, yang menunjukkan keinginannya untuk kebahagiaan Aoyagi-kun, hangat dan lembut.
Aku yakin Shimizu-san sama baiknya dengan Aoyagi-kun.
"Tapi kamu tahu, aku merasa lega saat bertemu denganmu hari ini. Aku rasa kamu bisa membuatnya bahagia, Charlotte-san. Jadi tolong lakukan yang terbaik. Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, kamu mendapat dukunganku dan aku akan membantumu juga."
Dengan itu, Shimizu-san memberiku senyuman yang sangat indah.
Melihat senyumannya, aku mengerti.
Meskipun dia tidak setuju dengan apa yang dilakukan Aoyagi-kun, dia tetap menyukainya.
Hanya saja, perasaannya lebih dekat dengan persahabatan daripada cinta romantis.
Namun, aku tidak bisa tidak bertanya-tanya.
Kenapa dia tidak mencoba untuk bergaul dengan Aoyagi-kun?
Itu aneh.
Sepertinya dia bisa mengaturnya sendiri tanpa bergantung padaku.
......Mungkin lebih baik untuk tidak mengorek lebih jauh.
Jadi sebagai gantinya, aku memutuskan untuk bertanya tentang hal lain yang telah menggangguku.
Aku merasa bahwa dia akan jujur padaku sekarang.
"Shimizu-san, aku mengerti perasaanmu sekarang......Terima kasih sudah jujur padaku."
Pertama, aku berterima kasih kepadanya karena telah berbicara padaku sampai saat ini.
Kemudian, sambil menangkupkan kedua tanganku di depan dada, aku bertanya tentang hal yang membuatku cemas.
"J-Jadi, umm......? Ini sedikit keluar dari topik, tapi......Apa Aoyagi-kun cukup populer di kalangan gadis-gadis saat masih SMP......?"
Ya, itulah yang ingin aku tanyakan.
Dari apa yang kudengar, sepertinya tidak mungkin kalau ia tidak populer saat SMP.
Itu sebabnya aku bertanya padanya.
"Oh, Charlotte-san, kamu tipe orang yang sedikit negatif kalau menyangkut orang yang kamu sukai, ya?"
Shimizu-san tertawa sedikit tidak percaya dengan pertanyaanku.
"Y-Yah, meskipun kamu mengatakan itu, mengingat apa yang aku dengar sebelumnya......"
"Hmm~, aku mencoba untuk mengabaikannya tanpa mengatakannya, tapi......Yah, kurasa menyembunyikannya akan membuatmu lebih cemas. Ya, sejujurnya, ada beberapa gadis yang mengejarnya."
"A-Aku tahu itu......!"
"Yah, Aoyagi-kun cukup tampan, tidak seperti seorang idola, tapi tetap saja. Dan ia juga pandai bermain sepak bola, jadi tidak mungkin ia tidak akan populer, kan?"
"Y-Ya, kurasa......haaah."
Intuisiku benar, dan aku menjadi sedih.
Membayangkan Aoyagi-kun dikelilingi oleh para gadis membuat dadaku terasa sangat sesak.
"Tapi apa kamu benar-benar perlu mengkhawatirkan hal itu? Lagipula, itu hanya cerita lama, dan tidak ada satu pun gadis yang mendekatinya sekarang, kan?"
Mungkin karena desahan yang aku keluarkan, Shimizu-san menatapku dengan serius.
Memang benar bahwa sampai sekarang, belum ada gadis-gadis di sekitar Aoyagi-kun yang terlihat memiliki perasaan padanya.
Bahkan, baru hari ini Shinonome-san menempel padanya.
Namun, meskipun begitu......ada kemungkinan bahwa Aoyagi-kun sudah memiliki seseorang yang ia sukai.
"Um, maaf, tapi kupikir lebih baik kamu tidak memikirkan hal-hal aneh dan hanya fokus untuk bergaul dengan Aoyagi-kun. Aku yakin itu pasti akan berjalan lebih baik."
"K-Kenapa kamu berpikir begitu......?"
"Karena kamu adalah gadis yang menarik, Charlotte-san. Aku rasa pria manapun tidak akan bisa menghentikan jantungnya yang berdebar-debar hanya dengan berada di dekatmu. Tidak mungkin mereka tidak akan sadar kalau kamu berteman dengan mereka."
"A-Apa itu benar......?"
"Benar sekali! Baiklah, percakapan ini sudah selesai! Charlotte-san, kamu hanya akan terus mengatakan hal-hal negatif kalau begini terus!"
Shimizu-san bertepuk tangan sambil tersenyum, mengakhiri percakapan saat aku memiringkan kepalaku dengan bingung.
"Charlotte-san, kau harus menjemput adikmu, kan? Kalau begitu, kita tidak perlu mengobrol terus. Baiklah, aku akan mengejar semua orang dan pergi ke pesta kedua!"
Dengan itu, Shimizu-san dengan cepat menjauh dariku, seolah-olah dia melarikan diri.
Sepertinya itu pertanda bahwa dia tidak ingin berbicara lagi.
Tapi tetap saja, aku-
"T-Tunggu, kumohon! Katakan padaku satu hal terakhir ini! Shimizu-san, apa kamu ingin Aoyagi-kun bermain sepak bola lagi!?"
Dia bilang dia sangat menyayangi sepupunya.
Dan sepupunya itu mungkin ingin Aoyagi-kun kembali bermain.
Jika itu yang terjadi, aku khawatir Shimizu-san akan memprioritaskan perasaan sepupunya.
Tapi---
"......Aoyagi-kun terlihat sangat bahagia di kafe."
Shimizu-san berhenti di jalurnya, dan menatapku dengan ekspresi lembut dan bergumam.
"Hah?"
"Aku yakin hari-harinya sekarang menyenangkan. Aku rasa sepupuku dan aku tidak berhak merampas kebahagiaannya."
Dengan itu, dia melambaikan tangan padaku sambil tersenyum dan berlari ke arah yang dituju semua orang.
Kata-kata perpisahannya---
Jika Aoyagi-kun bermain sepak bola lagi, hari-harinya pasti akan menjadi sibuk.
Dan ia tidak akan punya waktu untuk menghabiskan waktu denganku atau Emma.
Itulah kenapa ia menggunakan kata "merampas" untuk menggambarkannya.
"Aoyagi-kun......apakah aku membuatmu bahagia......?"
Meskipun aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat jawaban dari lawan bicaraku, namun aku mau tidak mau, mengajukan pertanyaan itu sambil menatap ke langit.
Lanjuuutttt
ReplyDelete