Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 6.3

Bab 6 - Pesta Pencarian Pertengahan Musim Panas Bagian 2




Keesokan paginya kami bangun lebih awal dari biasanya.   


Mungkin kami semua tidak bisa menekan perasaan gelisah kami, kami berkumpul di ruang keluarga satu jam sebelum sarapan, meskipun kami tidak mengatur untuk melakukannya. Aku terkejut ketika bahkan Izumi, yang secara default kesiangan, juga bangun.   


Nah, aku mengerti perasaannya. Bagaimanapun juga, akulah yang pertama kali bangun.   


Semuanya menantikan hari ini.   


Setelah sarapan pagi dan bersiap-siap seperti biasa, kami meninggalkan vila tepat pada waktunya untuk kantor manajemen dibuka, menyewa sepeda dan berangkat dari kantor manajemen.   


Butuh waktu empat puluh menit bersepeda, sambil menekan perasaan gelisah kami---


Pada awalnya kami melakukan percakapan yang menyenangkan sambil mengendarai sepeda, tapi ketika kami semakin dekat dengan tujuan, kami perlahan jadi semakin tidak banyak bicara.   


Fakta bahwa Izumi begitu tenang menunjukkan betapa gugupnya dia.   


Lalu, kami tiba di tempat yang damai ini, dikelilingi oleh lanskap pedesaan di kaki pegunungan.  


Di tengah-tengah pedesaan yang indah, yang terlihat seperti sesuatu yang keluar dari anime yang selalu disiarkan di TV setiap musim panas, ada orang-orang tua di sana-sini, bekerja di sawah dan ladang sejak pagi hari. 


"Hiyori, di sekitar mana kuil itu dulunya berada?"  


"Di kaki gunung. Dari sini, arahnya berlawanan dengan area pemukiman."  


Kami meninggalkan area pemukiman di belakang kami dan menuju ke lokasi kuil terlebih dahulu.   


Kami tiba di tempat tujuan dengan rasa tegang yang sulit untuk digambarkan.  


"......Disini, ya."


Ada tanah kosong yang cukup luas.   


Masih ada tanda-tanda bahwa kuil pernah berdiri di sini, karena dinding batu yang ditumpuk rapi masih tersisa di sekitar tanah kosong, dan pohon cedar besar masih berdiri di tengahnya.


Namun, semua bangunan telah dihancurkan. 


Baru saja setelah kupikir akan sulit untuk menentukan apakah ini adalah tempat yang sesuai ingatan Aoi-san.  


"---Aoi-san?"


Aoi-san meninggalkan lokasi kuil.   


Melihat sekeliling, dia berjalan di sepanjang jalan tak beraspal menuju area pemukiman. Saat aku mengikuti Aoi-san dan melihat papan nama rumah-rumah yang kami lewati, nama keluarga 'Sotome' masuk ke bidang pengelihatanku.


Seperti yang kuduga, disinilah tempatnya.


Tepat setelah aku berpikir begitu---  


"Pemandangan di sekitar sini terlihat familiar......."   


Aoi-san sedikit mengangguk-anggukkan kepalanya, dan kemudian berjalan dengan langkah cepat.   


Akhirnya. Akhirnya kami bisa mencapai rumah nenek Aoi-san yang selama ini kami cari. 


Saat aku mengikuti Aoi-san sambil menekan perasaan gelisahku, dia berhenti ketika kami berbelok di tikungan jalan beberapa kali dan memberiku tatapan sekilas seolah dia terkejut dan nostalgia.


Melihat di ujung pandangannya, sebuah rumah kayu dua lantai masuk ke bidang pandangku tidak jauh dari sana.   


Ketika Aoi-san mendekati rumah itu, dia berhenti berjalan dan memeluk lengannya seolah-olah ketakutan.  


"Rumah itu?"


"Ya......."


Itu juga mau bagaimana lagi.


Akhirnya dia menemukan rumah neneknya.   


Wajar jika dia merasa lebih gugup daripada senang melihatnya setelah sembilan tahun tidak bertemu.


Apakah dia akan mengingatku? 


Bahkan jika dia mengingatku, apakah dia akan menerimaku? 


Apakah dia akan senang melihatku lagi setelah bertahun-tahun? 


Tidak ada kepastian dalam semua itu.   


Jika aku berada di posisi Aoi-san, aku akan membeku jika neneknya tidak menerimaku.   


Hati Aoi-san pasti dipenuhi dengan perasaan yang lebih rumit daripada yang kupikirkan.  


"Mulai dari sini, aku dan Aoi-san saja yang pergi."


Aku berbalik dan mengatakan itu pada semuanya dengan agak bersalah.


"Jika kita tiba-tiba datang dengan banyak orang, kupikir kita akan mengagetkan neneknya."  


"Mengerti. Kalau begitu, kami akan kembali ke lokasi kuil lama dan menunggumu."  


"Ya. Tolong lakukan itu."


Eiji memahami situasinya dan meninggalkan tempat ini bersama Izumi dan Hiyori.   


Setelah melihat mereka pergi, aku menghadap Aoi-san lagi.  


"Kamu baik-baik saja?"   


Tanpa sadar aku mengulurkan tanganku ke Aoi-san.  


"Ya.......terima kasih."   


Aoi-san dengan lembut menggenggam tanganku.


Normalnya, aku akan merasa malu jika kami bergandengan tangan, tapi kali ini berbeda.   


Kecemasan dan kegugupan Aoi-san, yang bisa kurasakan dari telapak tangannya membuatku tetap tenang. Aku tidak perlu malu-malu saat ini. Aku memegang tangan Aoi-san dengan lembut untuk meredakan kecemasannya meski hanya sedikit.   


Tapi, ketika kami hanya berjarak beberapa meter dari rumah neneknya.


Perlahan kami mulai merasakan ketidaknyamanan.   


"Ini......."   


Ketika kami sampai di depan rumah, perasaan tidak nyaman itu berubah menjadi keyakinan.  


"Aoi-san, apa kamu yakin ini rumahnya?"


"Ya. Tapi......."


Di pelat pintunya tertulis 'Sotome'.


Tidak salah lagi kalau ini sesuai dengan ingatan Aoi-san.   


Tidak diragukan lagi kalau nenek Aoi-san pernah tinggal di rumah ini. Namun, seperti kataku, 'pernah tinggal' dalam bentuk lampau, rumah itu sangat rusak, jadi sulit dipercaya bahwa ada orang yang tinggal di sana.   


Gulma memenuhi kebun dan kotak surat dipenuhi dengan selebaran.   


Beberapa jendela pecah, mungkin karena terpapar angin dan hujan terus menerus, dan genteng atapnya telah rontok dan berserakan di sana-sini, menunjukkan bahwa rumah itu telah kosong setidaknya selama beberapa tahun.   


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Terlebih lagi, sebuah tanda 'Dijual' ditempelkan pada dinding luar.


"......Untuk sekarang, ayo kita pastikan."  


Tidak mungkin ada orang yang tinggal di sana, tapi aku tetap tidak bisa tidak memeriksanya.   


Aku melangkah ke depan pintu masuk bersama Aoi-san dan menekan tombol interkom.  


""......""


Aku menekan tombol beberapa kali, tapi tidak ada suara yang dihasilkan, mungkin karena listriknya sudah terputus.


Meskipun itu adalah hasil yang alami, namun tetap saja sangat sulit untuk diterima.  


"Seperinya memang tidak ada yang tinggal di sini."


"Kamu benar......."


Tidak ada yang mengharapkan hasil seperti ini.


Akhirnya kami menemukan petunjuk, yang cocok dengan ingatan Aoi-san, dan aku pikir kami bisa bertemu dengan neneknya---tapi tidak ada yang tersisa selain rumah yang sepi dan tidak ada tanda-tanda dia.


Ke mana sebenarnya dia pergi.


Jadi, kami kembali ke titik awal, ya.......ketika aku berpikir demikian.  


"Apa kalian kenalan Sotome-san?"   


Kami berbalik ketika tiba-tiba kami dipanggil.


Lalu, ada seorang wanita tua di sana.


"Umm......"


Ketika didekati oleh orang yang tidak dikenal, sulit untuk memutuskan seberapa banyak yang harus diceritakan pada mereka tentang situasinya.  


Tapi kupikir lebih baik mengatakan yang sebenarnya daripada mengatakan sesuatu yang acak.  


"Ya. Sebenarnya---"




Kami kemudian menjelaskan bahwa Aoi-san adalah cucu dari orang yang tinggal di rumah ini.   


Kami juga memberi tahukan tentang situasi Aoi-san dan bahwa dia datang mengunjungi neneknya karena situasi itu. Kami memberi tahu bahwa kami akhirnya mengetahui di mana rumah itu berada, tapi neneknya tidak ditemukan di mana pun dan kami kebingungan.   


Kau mungkin berpikir aku berbicara terlalu jujur pada seseorang yang belum pernah kutemui sebelumnya.   


Tapi aku berpikir bahwa jika orang ini tahu tentang neneknya, dia akan memberitahukan tentangnya jika aku menceritakannya dengan jujur. Bahkan jika orang ini tidak tahu, aku memiliki harapan bahwa orang ini mungkin bisa melacaknya kembali ke seseorang yang tahu karena rumor menyebar dengan mudah di pedesaan.    




"Ya. Aku pernah mendengar kalau dia memiliki cucu, ternyata itu kamu ya......"


Ketika kami menyelesaikan penjelasannya, wanita itu menatap Aoi-san dengan tatapan yang rumit.


"Apa anda tahu bagaimana kabarnya?"  


Tapi berlawanan dengan harapan kami, wanita itu menggelengkan kepalanya.  


"Sudah lebih dari tujuh tahun sejak Sotome-san tinggal di sini."


"Lebih dari tujuh tahun yang lalu?"   


Wanita itu kemudian berbicara dengan mata nostalgia.  


"Sotome-san kehilangan suaminya lebih awal dan tinggal di sini sendirian untuk waktu yang lama. Tapi tujuh tahun yang lalu, orang tuanya jatuh sakit dan membutuhkan perawatan. Saat itulah dia meninggalkan tempat ini yang penuh kenangan tentang suaminya dan kembali ke rumah orang tuanya."   


Karena itu ya.......  


"Apakah ada yang tahu di mana orang tuanya tinggal atau bagaimana cara menghubunginya?" 


Wanita itu menggelengkan kepalanya seperti sebelumnya.  


"Tidak, karena dia berasal dari tempat yang jauh."


"Begitu ya......."


Wanita itu kemudian dengan baiknya meminta para tetangga untuk memeriksa apakah ada yang tahu rincian kontak nenek Aoi-san, tapi tidak ada yang tahu.   


Sayangnya, tidak ada gunanya melanjutkan pencarian.   


Kami berterima kasih kepada para tetangga dan meninggalkan area pemukiman.       




Ketika aku kembali ke lokasi kuil bersama Aoi-san, mereka bertiga sedang menunggu kami di pintu masuk.


Dari kejauhan, aku bisa melihat ekspresi penuh harap di wajah mereka, tapi mereka pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi dari atmosfer antara aku dan Aoi-san. Ketika kami tiba di tempat mereka berada, tidak ada senyum di wajah mereka bertiga.   


Dengan atmosfer yang berat di udara, aku masih harus mengatakan kebenarannya pada mereka, jadi aku membuka mulutku.


"Nenek Aoi-san sudah tidak tinggal di rumah itu lagi." 


"Begitu ya......bisa kau menjelaskan situasinya?" 


Menanggapi pertanyaan Eiji, aku mulai menjelaskan situasinya menggantikan Aoi-san.  


"Singkatnya, rumah itu memang rumah nenek Aoi-san. Tapi, tempat itu sudah rusak jadi aku tidak berpikir kalau ada orang yang tinggal di sana. Ketika kami kebingungan, seorang tetangga memanggil kami dan mengatakan kalau dia telah kembali ke rumah orang tuanya sekitar tujuh tahun yang lalu."   


Meskipun itu benar, hanya dengan menjelaskannya saja sudah membuatku merasa berat.   


Perlahan-lahan, aku bisa merasakan udara di sekeliling kami semakin berat.  


"Kami bertanya pada para tetangga apakah ada yang tahu di mana orang tua nenek Aoi-san tinggal, tapi mereka mengatakan bahwa neneknya bukan berasal dari daerah ini, jadi tidak ada yang tahu."


Aku tidak pernah menyangka kita berada di jalan buntu setelah sampai sini.


Padahal satu jam yang lalu, ketika kami sedang dalam perjalanan ke sini, kami penuh dengan harapan, tapi sekarang kami merasa seolah-olah kami telah terjerumus ke dalam keputusasaan. Untuk pertama kalinya, aku merasa seakan-akan aku memahami makna kata putus asa.   


Semuanya sangat menyadari bahwa tidak ada cara untuk mencari lagi.   


Hasil terburuk membuat semuanya bungkam dan hanya waktu yang bergerak.


Kicauan jangkrik, yang tidak kupedulikan sampai sekarang, terdengar anehnya sangat keras.


Keesokan harinya kami memutuskan untuk kembali ke kota kami, dua hari lebih awal dari yang direncanakan.   


Karena keberadaan nenek Aoi-san telah benar-benar terputus, tidak ada gunanya untuk tetap tinggal di vila.   


Walaupun kami memutuskan setelah diskusi bahwa kami tidak akan menyerah dan akan memulai lagi dari awal, namun tidak ada satu pun dari kami yang bisa menyembunyikan fakta bahwa kami benar-benar shock.


Langkah kaki kami dalam perjalanan pulang terasa berat.


Akhir Bab 6

3 comments for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 6.3"