Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 3.4

Bab 3 - Bicara Soal Musim Panas, Pasti Tentang Resor Musim Panas




Matahari sudah terbenam ketika Eiji dan Izumi selesai membersihkan taman.   


Berkat istirahat dan minum air sambil dengan tenang menikmati pangkuan paha, aku memulihkan kondisi fisikku dengan aman.   


Kami telah selesai membersihkan bagian dalam vila untuk saat ini, tapi masih ada hal-hal lain yang harus dilakukan, seperti membersihkan dinding luar, membersihkan daun-daun yang berguguran dari selokan dan memangkas pohon-pohon di taman, tapi kami akan melakukannya besok dan seterusnya.   


Menjelang waktu makan malam, kami memutuskan untuk mulai menyiapkan barbekyu.


"Bagaimana pembagian tugasnya?" 


Aku bertanya pada Izumi sambil mengeluarkan bahan makanan dari kulkas di dapur.  


"Akan lebih baik jika Eiji-kun menyiapkan kursi dan meja, kan. Soalnya kami tidak tahu di mana semuanya disimpan."


"Baiklah. Aku akan mengurus persiapan di luar, termasuk menyiapkan meja dan kursi."


Eiji segera keluar dari jendela ruang keluarga ke dek kayu dan mulai bersiap-siap.


"Hiyori-chan akan membuat salad dan saus untuk barbekyu bersamaku. Karena ini adalah hidangan sederhanya, hanya memanggang daging dan sayuran, aku ingin membuat beberapa saus yang berbeda jadi kita tidak bosan."


"Mengerti. Aku akan membantu Izumi."


Hiyori menjawab dengan ekspresi kering sama seperi biasanya, tapi sepertinya dia sedang penuh motivasi saat dia membuat gerakan kecil di depan dadanya. Dia juga entah kenapa terlihat mengayunkan badannya.


Suasana hati Hiyori sebenarnya bisa dideteksi dari gerakannya, karena dia tidak menunjukkannya di wajahnya.  


"Izumi, jika memungkinkan, aku ingin membuat saus Jepang juga."


"Benar juga! Diterima!"


Pilihan saus gaya Jepang adalah khas mereka berdua.   


Izumi dan Hiyori sama-sama menyukai makanan Jepang, teh, dan hal-hal lain dengan cita rasa Jepang. Mereka lebih suka manisan Jepang daripada manisan Barat, dan mereka lebih tertarik pada kimono daripada gaun.   


Keduanya sangat bertolak belakang dalam kepribadian, tapi selera mereka yang mirip mungkin menjadi salah satu alasan mengapa mereka bisa bergaul dengan baik.  


"Kalau begitu, aku dan Aoi-san yang memotong-motong bahan-bahannya?"


"Ya. Aku tahu itu pekerjaan yang cukup banyak karena harus menyiapkan untuk lima orang, tapi lakukan yang terbaik dengan Aoi-san♪"


"Aku baik-baik saja dengan itu, tapi Aoi-san tidak pandai memasak......."


Sejujurnya, terkadang aku khawatir membiarkannya memegang pisau. 


Aoi-san juga sepertinya sama, dia terlihat sedikit bermasalah.


"Karena itulah."


"Karena itulah?"


Tanpa sadar aku mengembalikan kata-kata itu persis seperti apa adanya dan memiringkan kepalaku.


"Aoi-san dan Hiyori-chan tidak pandai memasak, jadi aku dan Akira-kun tidak bisa bekerja bersama, bukan? Aku akan mengajari Hiyori-chan, dan kamu akan mengajari Aoi-san dengan penuh perhatian, atau jika kamu mau, kamu bisa memegang bahu, pinggul, dan pantatnya♪"


Tln : jadi gini, Izumi itu bilang mengajari Aoi-san dengan 'tetoriashitori' yang artinya dengan penuh perhatian, tapi secara harfiah itu artinya memegang tangan dan memegang kaki, nah sama Izumi dilanjutin ke katatori/memegang pundak, koshitori/memegang pinggul, oshiritori/memegang pantat, permainan kata-kata


Kalau sampai bahu dan pinggul, itu adalah pelecehan seksual, dan kalau memegang pantat, itu pencabu*an.


Tln : di raw-nya pake kata ç—´æ¼¢/chikan, bener ngga kalo kuartiin pencab*lan?


Apa-apaan ini......seperti yang dikatakan Izumi, tapi aku tidak bisa menahan perasaan bahwa kombinasi ini disengaja.


Mereka mencoba menempatkan aku dan Aoi-san di kamar yang sama, mereka mencoba membuatku dan Aoi-san berduaan saat aku pingsan, dan sekarang Izumi dan Hiyori berpasangan terlebih dahulu untuk membuatku dan Aoi-san bekerja bersama.   


......Dua anak ini, bukankah rencana mereka terlalu jelas?


"Bagaimana, Aoi-san? Jika kamu tidak nyaman dengan itu, aku akan memintamu untuk melakukan tugas lain."


"Tidak. Aku juga ingin melakukannya."


Aoi-san tampak sedikit bimbang, lalu menunjukkan matanya yang penuh motivasi.


Kalau yang bersangkutan mengatakan seperti itu, aku akan berdiri di sampingnya di dapur dan mulai memasak.


Setelah mengenakan celemek, mencuci tangan, kami menyusun bahan-bahan, talenan dan pisau di dapur. 


"Nah, kita hanya memotong bahan makanannya, jadi tidak sesulit itu."


"Y-Ya."


Aku memutuskan untuk memotong bawang bombai terlebih dahulu dan menyerahkan satu pada Aoi-san.


Kemudian Aoi-san mengayunkan pisau dengan mata serius yang menakutkan.


"T-Tunggu sebentar!"


"Hm? Ada apa?"


Apanya yang ada apa, itu tadi hampir menjadi sesuatu, kamu tahu......


Ketika kami mengadakan kamp belajar sebelumnya, Aoi-san memasak dengan Izumi tanpa menggunakan pisau, jadi aku tidak tahu tentang hal ini......tapi aku tidak berpikir dia akan memegang pisau dengan terbalik dan mengayunkannya hanya untuk memotong bawang.


Tln : dia megang pisaunya kek megang kunai


Satu saja gerakan salah dan itu bisa saja menjadi insiden di vila, sama seperti di teater thriller.   


Musik latar belakang mulai berputar di dalam otakku, kau tahu.


"Bagus kalau kamu termotivasi, tapi mungkin kamu terlalu banyak memberikan kekuatan di bahumu."


"Terlalu banyak kekuatan?"


"Ya. Sedikit lebih santai saja."


Aoi-san meletakkan pisau di atas talenan dan memutar bahunya.


"Ya. Kupikir aku sudah lebih santai sekarang."


"OK, jangan mengayunkan pisaunya, cukup pegang dekat dengan bawangnya......."


Aoi-san menarik napas dalam-dalam untuk mengatur napasnya dan dengan lembut meletakkan pisau di atas bawang.


"Ya ya. Seperti itu. Tidak perlu memberikan banyak kekuatan."


"Ya. Lalu apa yang harus kulakukan selanjutnya?"


"Selanjutnya, tangan kirimu menggenggam seperti kucing."


"Kucing?"   


Aoi-san memiringkan kepalanya dengan manis seperti biasa, seolah itu tidak tersampaikan dengan baik padanya.


Setelah tanda tanya muncul di kepalanya, dia tampak seperti ada sesuatu yang melintas di benaknya dan dia mengangkat tangan kirinya yang tergenggam ke sisi wajahnya dan menekuk pergelangan tangannya.


"Seperti ini?"


"Ha---!?"   


I-Ini, jangan-jangan, apa kau sedang meniru kucing!?


Memang benar aku menyuruhmu untuk membentuk tanganmu menjadi seperti kucing, tapi aku tidak menyuruhmu untuk meniru kucing. Maksudku, kenapa kau berpikir aku akan menyuruhmu meniru seekor kucing padahal aku sedang mengajarimu cara menggunakan pisau.


Apa yang harus kulakukan......gerakannya terlalu imut, aku tidak bisa mengatakan kalau itu salah.


Terlebih lagi, celemek yang dikenakan Aoi-san bermotif kucing, yang menurutku merupakan keajaiban.  


"Kukukku......."   


Kemudian suara Izumi, yang berusaha mati-matian menahan tawanya, terdengar dari ruang keluarga.   


Saat aku berpikir, 'Jangan menikmatinya, lakukan sesuatu tentang hal itu', Izumi memberikan senyuman.  


"Ya, ya. Aoi-san seperti itu. Jika kamu mengatakan nyaa dalam pose itu, kamu bisa memotongnya dengan baik!"


Lagi-lagi kau, jangan katakan hal yang tidak jelas seperti---


"Nyaa---?"  


"Buhaha---!?"   


Sementara aku berusaha keras untuk menahan diri, Izumi meledak lebih dulu.   


Kupikir dia tidak akan menganggapnya serius, tapi akhirnya dia mengatakannya!


Dia mengatakannya, tapi dia sangat imut, jadi apa pun itu tidak masalah, kan!


"Eh......?"   


Melihat reaksi mencurigakan kami, Aoi-san mungkin menyadari bahwa dia telah ditipu.   


Ketika wajahnya berubah jadi merah padam seperti ketel yang terbakar, dia berjongkok di tempat, menyembunyikan wajahnya dengan tangannya seperti biasa dan merengut dengan suara lirih.


"""............"""


Oi Izumi, apa yang harus kita lakukan dengan ini?   


Aku bertanya dengan mataku, tapi Izumi juga tersenyum pahit, sepertinya reaksi Aoi-san diluar dugaannya.


Seperti yang diduga, bahkan Aoi-san yang lembut bisa rusak suasana hatinya karena itu, dan dia menyusut di sudut dapur sambil mengembungkan pipinya dan cemberut.


Meskipun tidak sampai membuatnya marah, itu adalah pertama kalinya bagiku dan Izumi melihat Aoi-san merajuk.


Kami merasa bahwa kami berada dalam bahaya, jadi kami meminta maaf dengan tulus padanya dan mencoba mengembalikan suasana hatinya. Setelah beberapa saat, dia tampaknya mendapatkan kembali ketenangannya dan melanjutkan memasak tanpa ada insiden.   


Kali ini, kami mengajarinya maksud dari kaki kucing, dan pemotongan bahan makanan pun selesai dengan aman.   


Aku merasa bersalah pada Aoi-san, tapi aku bisa melihat sesuatu yang baik, jadi tidak apa-apa.


Setelah menyelesaikan persiapan bahan makanan, aku menuju dek kayu.


Tln : perasaanku aja atau emang penempatan ilustrasi di bab ini agak ngga pas ya? 


Pekerjaanku dan Aoi-san selesai lebih awal dari yang kupikirkan, tapi Izumi dan Hiyori anehnya terpaku untuk membuat saus dan itu masih akan memakan waktu.   


Aku menyerahkannya pada Aoi-san untuk membantu mereka, dan aku memutuskan untuk memeriksa Eiji.  


"Eiji, bagaimana persiapannya?"


Di atas dek kayu, Eiji tengah menyiapkan meja dan kursi.   


Cahaya dari lentera yang menggantung di atap dan warna dek kayu saling berpadu satu sama lain, menciptakan suasana, dan suara serangga yang datang dari taman terasa sangat musim panas dan khas pedesaan.   


Aroma obat nyamuk di tepi dek kayu juga membuatku merasakan musim panas.  


"Tidak ada masalah."


"Begitu. Apa kau memerlukan bantuan?"


"Panggangan barbekyu-nya ada di gudang penyimpanan tempat mesin pemotong rumput berada, bisa kau membawanya kesini? Sekalian jika bisa bawakan beberapa ikat kayu bakar dari gudang kayu di sebelah gudang."


"Oke."   


Aku pergi ke gudang seperti katanya dan menyalakan lampu.   


Ketika aku mencari-cari di dalam lagi, aku menemukan gudangnya dipenuhi dengan berbagai macam barang.


Ada mesin pemotong rumput yang digunakan pada siang hari, tentu saja, tapi ada juga selang penyiraman, kolam renang plastik dan payung untuk berteduh. Barang-barang rekreasi yang kulihat di sini pasti sudah banyak digunakan di masa lalu.   


Aku segera menemukan pemanggang barbekyu dan membawa dua ikat kayu bakar.  


"Ini dia."


"Terima kasih."


Panggangan barbekyu ditata di dekat meja.


Aku membuka ikat kayu bakar dan menyusunnya di dalam panggangan, dan menyalakannya dengan korek api di atas selembar koran yang diberikan Eiji. Ketika api di atas kayu mulai stabil, aku memasukkan beberapa arang yang telah dibeli dan terus mengawasinya.   


Dalam keheningan malam musim panas, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara serangga dan letupan kayu yang terbakar.  


"......Rasanya, waktu seperti ini sangat mewah, bukan?"


"Ya, benar. Kupikir kita tidak bisa mengalami yang seperti ini di kota kita."


"Sungguh, entah apa yang akan dikatakan orang jika kita barbekyu-an di area perumahan."


Aku tidak mengatakan bahwa kota tempat kami tinggal itu buruk.


Terdapat fasilitas transportasi dan fasilitas umum yang baik. Ada dua pusat perbelanjaan, jadi tidak ada kekurangan tempat untuk berbelanja, dan untuk kota pinggiran, kota kami cukup berkembang dengan baik dan mudah untuk ditinggali.   


Namun, juga benar bahwa karena hal ini, kami selalu dikelilingi oleh hiruk-pikuk dan kesibukan dan tidak merasa tenang.


Jika kau bertanya padaku apakah aku ingin tinggal di area vila ini sepanjang waktu, aku akan merasa tidak nyaman untuk mengatakannya.......Aku tahu kalau aku meminta sesuatu terlalu banyak, itulah sebabnya aku merasa bahwa waktu yang kuhabiskan sesekali seperti ini adalah sebuah kemewahan.  


"Terima kasih ya.......karena mengizinkan kami menggunakan vila yang sebagus ini."


Aku berterima kasih lagi sambil membalikkan bara api, yang mulai memanas.  


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


"Tidak perlu berterima kasih. Aku juga bersenang-senang."


"Bagiku, ini adalah liburan musim panas terakhirku di sini, jadi aku hanya bisa berterima kasih karena telah membiarkanku membuat kenangan seperti ini. Tapi---ini adalah hari terakhir aku bisa bersantai seperti ini."


Kami tidak datang ke sini hanya untuk membuat kenangan selama satu musim panas.   


Membuat kenangan itu juga penting, tapi itu adalah yang kedua bagi kami.  


"Apa pun yang terjadi, kita akan menemukan rumah nenek Aoi-san selama liburan musim panas ini."


"Kau benar. Karena itu kita setidaknya harus bersenang-senang hari ini."


Sambil menatap bara api yang terbakar, aku memperbaharui tekadku di dalam hatiku sendiri.   


Ya---selama kita menemukan rumah neneknya, Aoi-san tidak perlu pergi ke rumah ayahnya.


"Maaf membuatmu menunggu♪"


Kemudian Izumi dan yang lainnya, yang telah menyelesaikan persiapan mereka, datang ke dek kayu dengan piring-piring makanan di tangan mereka.   


Tidak apa-apa mereka membawa makanan dan minuman satu demi satu dari dapur, tapi.......  


"Bukankah, rasanya bahan makanannya bertambah.....?"


Jelas lebih banyak daripada jumlah yang kupotong dengan Aoi-san.   


Terutama dagingnya. Sayurannya tetap sama, tapi hanya dagingnya yang bertambah.  


"Kupikir itu tidak cukup untuk lima orang, jadi aku meminta Aoi-san memotong lebih banyak lagi."


"Ya. Itu tidak cukup."


Hiyori mengangguk, ya ya, di samping Izumi.


"Tidak cukup......?"


Kau serius?


Tidak, bukan hanya lima porsi, tapi ini dua kali lebih banyak.   


Ketika aku ragu-ragu di bawah tekanan jumlah makanan yang sangat banyak, ingatan tentang kamp belajar sebelumnya di rumahku kembali muncul dalam pikiran.


Waktu itu juga, Izumi bersikeras bahwa dia bisa makan semua makanan dan memasak terlalu banyak hidangan, dan akibatnya, dia roboh karena terlalu banyak makan.


Namun, dia bersikeras bahwa untuk manisan memiliki perut yang terpisah, jadi Eiji dan aku pergi ke toserba untuk membelinya. Dan ketika kami kembali, kami terkejut menemukan bahwa dia sudah memakan semua sakura mochi.


Itu adalah malam dimana aku pertama kalinya mengerti apa yang dimaksud para gadis ketika mereka mengatakan 'manisan memiliki perut yang terpisah'.  


"Jangan khawatir. Jika kita berlima, kita bisa memakan semuanya♪"


Baru sekitar satu bulan sejak saat itu.   


Aku hanya khawatir ketika dia mengatakan kalimat serupa padaku.


"Yah, tidak apa-apa, tapi pastikan jangan terlalu berlebihan."


Setidaknya aku memberinya peringatan, lalu semua orang mengambil tempat duduk mereka dan barbekyu pun dimulai.   


Awalnya semuanya merasa terhibur dan berkumpul di sekitar panggangan untuk menyaksikan pemanggangan, tapi setelah beberapa saat mereka bosan dan mulai duduk dan mengobrol, dan tanpa sadar hanya aku yang memegang penjepit ditangan.


Aku terus memanggang makanan sementara yang lainnya mengobrol dengan gembira.   


Sama halnya dengan nabe dan yakiniku, biasanya salah satu orang yang bertanggung jawab memasak dalam situasi ini.   


......Yah, aku sudah memprediksi kalau akulah yang bertanggung jawab atas hal itu.


"Saus ini lezat......!"   


Aoi-san mengangkat suaranya dengan binar di matanya saat dia menyuap daging. 


Izumi kemudian mulai menjelaskan tentang sausnya pada Aoi-san dengan ekspresi sombong di wajahnya.  


"Itu adalah saus Jepang yang dibuat dengan wasabi. Daging yang enak rasanya enak meski dengan wasabi saja, tapi bagi mereka yang tidak menyukainya, bisa jadi terlalu kuat, jadi kami telah mengaturnya dengan berbagai cara dan memasukkan bumbu untuk mengeluarkan rasanya."


"Aku belum pernah mencicipinya sebelumnya, tapi sangat menyegarkan dan mudah dimakan."


"Kan~♪? Saus yang lainnya juga enak, jadi makanlah lebih banyak. Akira-kun, apa daging berikutnya sudah siap?"


"Aku akan segera memanggangnya, tunggu saja sebentar."


Aku terus memanggang daging dan sayuran satu demi satu, lalu mengambil makanan yang sudah matang ke piring.


Namun, panggangannya terlalu kecil untuk memanggang untuk lima orang dan ada batasan jumlah daging yang bisa dimasak dalam satu waktu. Akibatnya, kecepatan makan lebih cepat daripada kecepatan memanggang, dan daging berulang kali menghilang ke dalam perut segera setelah dimasak.


Rasanya, aku seperti seorang pelayan di restoran wanko soba.


"Akira, daging."


Saat aku mati-matian memanggang daging, Hiyori juga menyerahkan piringnya padaku.


Dagingnya belum dimasak, jadi aku memberinya jamur tiram sebagai gantinya, tapi dia menatapku dengan tatapan tidak puas.  


"Kita semua makan terlalu cepat katanya. Makanlah sedikit lebih pelan."


"Soalnya ini enak. Kan, Aoi-san♪"


"Ya. Sangat lezat, sangat menyenangkan."


"Kan? Inilah yang disebut barbekyu♪"


Jangan terlalu sombong dalam hal itu, bantu aku memanggang sedikit.


Pikirku, tapi bagaimanapun juga, sejujurnya aku senang bahwa Aoi-san menikmatinya.


Ketika aku mendengar Aoi-san belum pernah barbekyu-an sebelumnya, perasaanku campur aduk.   


Mengingat lingkungan keluarga Aoi-san, dia mungkin tidak pernah berkesempatan untuk menikmati barbekyu bersama keluarganya. Bukan hanya barbekyu, tapi dia tidak tahu tentang kesenangan yang dirasakan keluarga normal sebagai hal yang biasa.   


Itulah sebabnya aku ingin dia merasakan berbagai hal sebelum aku pindah sekolah. 


Selain menyiapkan fondasi kehidupan Aoi-san, aku baru-baru ini mulai memikirkan hal-hal seperti itu.  


"Dagingnya memang enak, tapi makanlah sayurannya juga. Dan juga, sisakan beberapa untukku juga."


Aku bahkan belum makan sepotong pun.


"Kalau begitu, Aoi-san, suapi Akira-kun."


""Eh!"" 


Tanpa sadar, suaraku tumpang tindih dengan suara Aoi-san.


"Akira-kun sibuk memanggang dan sepertinya tidak punya waktu untuk makan, jadi seseorang harus menyuapinya makan ~ ♪"


Ketika Izumi lagi-lagi dengan sengaja mengatakannya, Aoi-san mengalihkan ekspresinya yang penuh tekad ke arahku.   


Kemudian dia mengambil daging di piringnya dengan sumpitnya dan mengulurkannya di depan wajahku. 


"S-Silahkan......"


Tidak, tidak, itu sangat memalukan untuk disuapi di depan orang lain!


Maksudku, Aoi-san juga bukan orang yang akan melakukan apa yang Izumi katakan.


"Kalau kamu tidak cecpat memakannya, nanti sausnya menetes."


"Y-Ya......kalau begitu, aku akan memakannya."


Karena diburu-buru akhirnya aku memakannya.


Memang enak. Rasa wasabinya sangat terasa.


Hanya saja......sumpit yang baru saja digunakan itu, yang digunakan Aoi-san, kan?


Mau bagaimana lagi kalau aku lebih tertarik pada hal itu daripada rasa dagingnya.  


"Bagaimana?"


"Ya. Ini enak."


"Kan? Baguslah."


Melihat Aoi-san dengan senyuman tulus di wajahnya, aku merasa malu pada diriku sendiri karena memikirkan sesuatu yang aneh. Kesan ciuman tidak langsung yang tidak disengaja dengan lembut tersimpan di dalam hatiku---


"Mereka melakukan ciuman tidak langsung, ya."


"Mereka melakukannya. Itu adalah ciuman tidak langsung yang sempurna."


"Misi kedua selesai."


"Aku bisa mendengar kalian meski kalian berbisik!"

 



Kalian merusak kegembiraannya.


Maksudku, dari tadi, apa yang kalian maksud dengan misi.


Sambil penasaran dengan percakapan mereka, aku menikmati dagingnya.


Setelah itu, aku melanjutkan memanggang makanan tanpa sempat makan sendiri.   


Setelah beberapa saat, Eiji mengambil alih dan akhirnya aku bisa makan.   


Setelah satu jam, kami kehabisan makanan dan mengobrol ringan di tengah angin malam.......seperti yang kupikirkan, Izumi menggosok-gosok perutnya dan terlihat menderita karena dia sudah makan begitu banyak.  


"Izumi-san, kamu baik-baik saja?"


"Aku baik-baik saja......kalau aku makan sesuatu yang manis, aku akan baikan."


Dia melontarkan kata-kata yang tidak diharapkan untuk didengar pada Aoi-san, yang menatapnya dengan cemas.


Kau berbohong, kan......?


"Hiyori-chan......ada beberapa ohagi yang kubeli di supermarket di dalam kulkas."


"Oke. Aku akan segera membawanya."


Hiyori menyuapi Izumi ohagi yang dia dapatkan dari supermarket seolah-olah dia sedang merawat orang sakit.   


Izumi kemudian perlahan membaik dan pada saat dia makan yang kedua, dia sudah pulih sepenuhnya. 


Aku pernah melihat adegan ini sebelumnya, tapi serius, struktur tubuh seperti apa yang kau miliki?  


"Nah, kurasa saatnya untuk membicarakan apa yang akan kita lakukan besok."


Ketika Izumi sudah lebih baik, Eiji mulai berbicara seolah-olah ia telah menunggunya. 


Tentang besok dan seterusnya---dengan kata lain, tentang pencarian rumah nenek Aoi-san.


"Kau benar. Hiyori tidak ada saat terakhir kali kita membicarakannya, dan kita harus memilah-milah informasi lagi."


Aku mulai berbicara tentang apa yang dikatakan Aoi-san di kolam renang.   


Menurut ingatan Aoi-san, rumah neneknya berjarak sekitar satu jam perjalanan dari kota tempat kami tinggal.   


Dia mengatakan bahwa karena dikelilingi oleh pegunungan dan sawah, kemungkinan besar itu berada di bagian utara atau barat prefektur, di mana ada banyak daerah pegunungan, dan bahwa ada kuil di dekat rumah dan dia masih ingat sebuah festival yang diadakan di musim panas.   


Ketika aku menyebutkannya lagi, aku merasa informasinya terlalu sedikit.  


"Kita hanya perlu mencarinya dengan mantap, tapi akan sulit memang......." 


Tanpa sadar pendapatku yang sebenarnya bocor.


Yang lainnya juga lain tutup mulut, seolah mereka juga memiliki kesan yang sama.


Kemudian hanya Hiyori yang menunjukkan isyarat sedang berpikir dan kemudian menggumamkan beberapa kata.


"Kupikir itu akan baik-baik saja jika kita tahu sebanyak itu."


"Benarkah?"


"Ya. Tunggu sebentar."


Hiyori meninggalkan dek kayu dan segera kembali dengan sesuatu di tangannya.   


Kami membersihkan alat makan yang tersisa di atas meja dan membentangkan di atas meja apa yang ada di tangan Hiyori. Itu adalah peta, diperbesar dan dicetak seukuran poster.  


"Kau membawa peta?"


"Ya. Aku bisa saja menggunakan aplikasi di ponselku, tapi kupikir peta yang lebih besar akan lebih baik untuk dilihat semua orang, jadi aku mencetak peta yang kutemukan diinternet sebelum aku pulang. Kupikir akan lebih mudah untuk menemukan tempat-tempat yang kita lihat di peta ini dan menandainya di aplikasi peta kita masing-masing."  


Saat aku terkesan, Hiyori mulai menulis di peta dengan pena hitam di ponselnya di satu tangan.


Dia memberi tanda bintang di area vila kami berada, dan kemudian dia membuat lingkaran di sekitar area tertentu pada peta, dan juga memberi tanda △ yang tak terhitung jumlahnya di dalam lingkaran itu.


Setelah beberapa saat, Hiyori meletakkan pena dan mendongak.  


"Lihatlah."


Kami melihat peta sambil mencondongkan tubuh ke depan.  


"Tempat-tempat yang dilingkari kira-kira satu jam perjalanan dari kota tempat tinggal kita. Kita tidak bisa benar-benar mengandalkan waktu yang dialami saat kecil, jadi aku melingkari dengan memberikan margin kesalahan. Dan tempat-tempat yang ditandai dengan tanda △ adalah lokasi kuil. Ada lebih banyak kuil daripada yang kukira, lebih dari delapan puluh."  


"Lebih dari delapan puluh......"


Banyaknya kuil membuatku mengulangi kata-katanya.


Seperti yang diharapkan dari pedesaan, jumlah kuil tidak terkira.


Aku pernah melihat di suatu tempat bahwa ada sekitar 80.000 kuil di seluruh negeri, lebih banyak dari toko serba ada. Dan dengan kata lain, dulunya ada berkali-kali lipat dari jumlah itu, dan bahkan jumlah ini tampaknya telah menurun drastis.   


Kesampingkan masalah terlalu banyak kuil di Jepang.  


"Jika kita mempersempit daftar dengan mengecualikan daerah yang jauh dari pegunungan dan tanpa sawah, kita mendapatkan......"


Hiyori menggunakan pena merah untuk mengisi area yang tidak memenuhi kriteria. 


Jumlah kuil yang dipersempit dengan cara ini adalah---


"Sekitar tujuh puluh. Kupikir salah satu dari ini adalah yang paling mungkin." 


"Ooh......"   


Sebuah suara yang tidak jelas keluar.   


Pada awalnya kupikir ini akan menjadi tugas yang berat, tapi ketika dia menggambarnya pada peta seperti ini, lebih mudah untuk dipahami.


Meski tujuh puluh tempat pun sudah sangat banyak, tapi sepertinya kami bisa menyelesaikannya dalam dua minggu ini.


Jadi yang harus kita lakukan adalah mencari dari satu tempat ke tempat yang lain dan kita bisa menemukan rumah nenek Aoi-san.   


Seperti yang diharapkan dari Hiyori, sangat bisa diandalkan.


"Hanya saja, kupikir bahwa transportasi yang menjadi masalah. Bahkan jika kita menggunakan bus atau kereta api, itu tidak efisien."


Memang benar.......   


Sama halnya ketika kami datang ke sini, hanya ada satu bus setiap 30 menit di sekitar sini.  


"Kalau itu, tidak perlu khawatir. Kantor manajemen yang sebelumnya juga merupakan pusat informasi wisata untuk daerah sini, dan mereka menyewakan sepeda. Kupikir ini lebih efisien daripada naik bus atau kereta api."


"Itu sangat membantu."


Ini terlihat jauh lebih penuh harapan, bukan?


Kalau seperti ini, rasanya kami benar-benar bisa menemukannya selama liburan musim panas.


"Itu juga tidak efisien bagi kita semua untuk pergi bersama-sama, jadi mari kita bagi menjadi dua tim dan mencarinya."


"Kalau begitu, Hiyori-chan, mari kita cari bersama-sama!"


"Ya. Baiklah. Aku akan mencarinya dengan Izumi."


"Aku khawatir membiarkan dua gadis sendirian, jadi aku akan pergi dengan kalian."


"Terima kasih, Eiji-kun! Aku mencintaimu!"


"Ya. Aku juga mencintaimu."


Eiji dengan sukarela menjaga mereka berdua sambil menyampaikan cintanya seperti biasanya.


"Kalau begitu, aku dan Aoi-san akan mencarinya berdua."


"Ya."  


Dengan demikian, pembagian tim sudah selesai.  


"Kalian bertiga, ambilah foto kuil dan jalan-jalan di dekatnya, setelah itu kita minta Aoi-san melihatnya di malam hari. Karena kalian tidak bergeliling dengan Aoi-san, jika kalian melihat seseorang yang tinggal di sekitar kuil, tanyakan kepada mereka apakah ada seseorang bernama Sotome yang tinggal di sekitar, atau periksa papan nama rumah."


"Oke♪"   


Semuanya, dipimpin oleh Izumi, menganggukkan kepala mereka.


"Kalau begitu, mari kita masing-masing menandai tempat-tempat yang telah di beri tanda oleh Hiyori pada aplikasi peta di ponsel kita masing-masing. Jumlah mereka banyak, jadi tidak mudah, tapi itu akan lebih mudah jika kita semua melakukannya bersama-sama."


Semuanya segera mengeluarkan ponsel masing-masing dan dengan diam memasukkan tempat-tempat yang telah di beri tanda.   


Di tengah-tengah semua ini---


"Terima kasih, semuanya."   


Melihat Aoi-san mengucapkan kata-kata terima kasih sambil tersenyum, aku berpikir lagi.


Ketika aku berpikir bahwa jika itu adalah Aoi-san yang sebelumnya, dia pasti akan mengatakan 'Maafkan aku' dengan raut wajah yang bermasalah, aku senang bahwa dia secara alami mulai mengucapkan terima kasih seperti ini.


Seperti yang dikatakan Eiji sebelumnya, Aoi-san mungkin berubah sedikit demi sedikit.   


Aku yakin itu adalah perubahan yang baik.


Akhir Bab 3

3 comments for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 3.4"

  1. Detail kecil aoi kan pernah bertemu Ayahnya kenapa gak coba taya aja alamatnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya, kenapa gk nanya alamatnya ke ayahnya

      Delete