Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J7 Bab 5.1
Bab 5 - Hari Kedua Perjalanan Ulang Tahun
“Aku benar-benar minta maaf!”
Keesokan paginya, suara Aoi-san yang penuh penyesalan menggema di seluruh kamar.
“Aku sungguh, sungguh minta maaf......Aku hanya mau rebahan sebentar, tapi malah langsung ketiduran......”
Saat baru bangun, dia masih terlalu mengantuk untuk memahami situasinya. Dia hanya memiringkan kepala, bingung.
Tapi beberapa detik kemudian, kesadarannya bangkit—dan dia langsung duduk tegak, berlutut di atas kasur sambil menundukkan kepala. Dia terus meminta maaf dengan suara yang penuh rasa bersalah, sedih, dan kecewa pada dirinya sendiri—bahkan terlihat seperti dia akan menangis kapan saja.
“Kamu tidak perlu minta maaf sampai segitunya.”
“Tapi tetap saja......”
“Kamu lelah. Bukan salahmu.”
“Uuugh......”
Meski aku sudah mencoba meyakinkannya berulang kali, alis Aoi-san tetap tertekuk dalam-dalam.
Bukan hanya seperti akan menangis—air mata sudah menggenang di sudut matanya.
“Lagipula, aku juga tidak bilang lebih dulu soal trekking kemarin. Itu juga salahku.”
“Tapi kita......kita kan tidak bisa ketemu kapan pun kita mau. Kita tidak tahu kapan bisa ketemu lagi......Dan kamu pasti......pasti mengharapkan sesuatu terjadi semalam......”
“Yah......ya. Itu memang benar.”
Begitu aku mengakuinya terus terang, Aoi-san menjerit kecil—“Aaaah!”—lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal.
Belum pernah aku melihatnya sekacau ini.
Aku merasa bersalah......tapi jujur saja, tingkahnya itu sangat menggemaskan.
“Aku juga sebenarnya menantikannya......akhirnya bisa bersama denganmu, Akira-kun. Makanya aku pakai pakaian dalam yang kamu pilih itu, yang dikasih Izumi-san waktu liburan kelulusan sebagai hadiah darimu untuk pertama kalinya......”
Apa karena dia begitu panik sampai lupa merasa malu?
Aoi-san terus mengucapkan hal-hal yang biasanya akan membuatnya terlalu tersipu untuk mengatakan sepatah kata pun.
Tapi terlepas dari itu......aku tidak bisa mengabaikan apa yang baru saja dia katakan.
Dari celah yukata-nya yang sedikit terbuka, aku menangkap sekilas warna biru pucat—pakaian dalamnya.
—Jadi benar-benar itu yang dia pakai!?
Di dalam hati, aku memang diam-diam berharap dia akan mengenakannya.
Waktu itu, aku meminta bantuan Izumi untuk memilih hadiah untuk Aoi-san, dan sebagai gantinya aku harus memilih satu set lingerie untuk diberikan dari Izumi. Yang kupilih adalah: lingerie bermotif hortensia biru pucat.
Sebenarnya aku sempat sedikit kecewa karena tidak bisa melihatnya mengenakannya, tapi......jujur saja, aku juga diam-diam sudah bersiap dengan memakai boxer spesial yang diberikan Eiji dan Izumi.
Bagian itu......lebih baik kusimpan untuk diriku sendiri.
Tetap saja, mengetahui bahwa kami berdua mempersiapkan diri dengan cara yang sama rasanya sangat......seperti pasangan sungguhan—dan jujur saja, manis sekali.
......Meski pada akhirnya, tak satu pun dari kami sempat benar-benar memakainya untuk tujuan itu.
“Aoi-san, lihat aku.”
Aku duduk di sampingnya, sedikit mendekat.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Dia mengangkat wajahnya, mata masih berkaca-kaca.
“Kalau kita bicara terus terang......aku juga kecewa.”
Wajah Aoi-san mengerut, campuran antara ingin menangis dan pasrah.
Tapi aku melanjutkan.
“Tapi—”
“Aku yang dulu menolak kesempatan itu, meski kita punya beberapa peluang. Jadi kalau dipikir-pikir, akulah yang seharusnya minta maaf. Dan sekarang......akhirnya kita sama. Hanya itu saja sudah membuatku bahagia.”
“Akira-kun......”
Walaupun malam itu tidak berlanjut kemana-mana, kami sudah mencapai satu pemahaman.
Dan hanya kenyataan itu saja sudah cukup membuat dadaku terasa hangat.
“Seperti katamu, kita tidak tahu kapan kesempatan berikutnya akan datang—tapi kita tidak perlu terburu-buru.”
“Benarkah......?”
“Aku sudah berjanji. Aku akan bersamamu selamanya.”
Aku mengingatkannya pada janji yang kami buat kemarin, di tengah hamparan rawa pegunungan itu.
“Mm......terima kasih.”
Akhirnya, Aoi-san tersenyum—senyum lega yang membuat bahunya pun melonggar.
Lalu dia bersandar padaku, tubuhnya hangat dan ringan, menyandarkan beratnya perlahan pada pundakku.
“Tapi, Akira-kun......kamu tidak sedang menahan diri?”
“Yah, maksudku......aku ini tetap anak SMA yang sehat.”
“Masih ada waktu......jadi kalau kamu mau, kita bisa......—”
Saat kupikir semuanya sudah mereda, Aoi-san—yang ternyata jauh lebih gigih daripada dugaan—pelan-pelan meraih tali obi yukatanya.
Aku buru-buru menahan tangannya.
“Benar-benar tidak apa-apa. Lagipula......bukannya agak memalukan kalau seterang ini?”
“......Ya. Kalau dipikir-pikir......memalukan juga.”
Mata Aoi-san melebar, dan dalam sekejap seluruh wajahnya memerah terang—semerah sampai-sampai aku merasa uap panas bisa saja naik dari kepalanya.
Akhirnya dia tenang, dan aku merasa lega—dengan banyak arti.
Kalau sesuatu yang “seru” sampai terjadi pagi-pagi begini, jujur saja, aku tidak yakin bisa bertahan.
“Kalau begitu, ayo sarapan.”
“Mm......iya.”
Kami menata diri masing-masing, lalu berjalan menuju ruang makan.
Aku memutuskan untuk menunggu saja—menunggu sampai hari itu datang dengan sendirinya.
Setelah sarapan, kami berkemas dan meninggalkan penginapan sedikit lewat jam sembilan.
Saat datang kemarin, kami berjalan melalui jalur alami, tapi saat pulang kami memilih naik shuttle bus dari pihak penginapan.
Tenaga masih ada, berkat tidur nyenyak semalam—tapi setelah dua hari penuh jalan kaki, kaki kami benar-benar kelelahan. Jelas kami tidak punya tenaga untuk berjalan satu setengah jam lagi menuju tempat parkir.
Menyadari kondisi kami, staf penginapan dengan ramah menawarkan tumpangan.
Awalnya kami memang berniat jalan kaki, tapi tawaran itu terasa seperti anugerah.
Di dalam bus, kami saling bercerita, mengenang kembali perjalanan dua hari yang rasanya singkat tapi penuh kenangan.
*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J7 Bab 5.1"