Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J7 Bab 2.2


Bab 2 - Hadiah Ulang Tahun




“Ugh......”


Kupikir urusan rencana perjalanan sudah selesai, tapi ternyata muncul masalah baru.


Suatu hari saat jam istirahat, aku sedang makan siang di atap sekolah ketika aku kembali tenggelam dalam pikiran.


“Aduh......bagaimana ini......”


“Ada apa, Akira?”


“Akhir-akhir ini kamu kelihatan murung.”


Yang berbicara adalah Yuuki dan Natsumiya-san, yang duduk di sampingku.


Seperti biasa, kami bertiga makan siang bersama, dan sepertinya aku sudah melamun cukup lama sampai mereka khawatir. Keduanya mencondongkan tubuh, menatap wajahku dengan ekspresi cemas.


Ngomong-ngomong, makan siang Yuuki adalah bento buatan tangan Natsumiya-san.


Kotak bento mereka bahkan serasi. Jujur saja......aku sedikit iri.


Aku juga ingin makan masakan Aoi-san......


Meski begitu, menyingkirkan keinginan itu dulu—


“Soalnya ada satu hal yang mengganjal.”


“Kamu punya masalah? Jarang banget. Coba cerita.”


“Ya, kalau kami bisa bantu, kami akan bantu.”


Bahkan sebelum aku memberi detail apa pun, mereka langsung menawarkan diri.


Aku merasa sedikit bersalah karena membuat mereka khawatir, tapi aku benar-benar menghargai kebaikan mereka.


Jadi, aku memutuskan untuk menceritakannya.


“Sebenarnya......ulang tahun Aoi-san sebentar lagi.”


“Ahh. Pantas saja.”


“Ya, wajar kalau itu membuatmu kepikiran.”


Keduanya langsung mengerti maksudku.


Mereka sama-sama memasang ekspresi rumit—seperti merekalah yang sedang menghadapi dilema itu.


“Kami sudah janji dari dulu untuk pergi liburan di hari ulang tahunnya. Tujuan perjalanan sudah ditentukan, penginapan sudah dipesan—semuanya beres. Tapi aku masih tidak tahu harus memberi apa sebagai hadiah......”


Keduanya mengangguk sambil berkata, “Iya, itu susah......”


“Itu memang momen yang harus dirayakan, tapi sebagai pacarnya kamu pasti kerasa tertekan.”


“Memberi hadiah ke orang yang kamu pacari itu memang paling ribet.”


Keduanya meletakkan sumpit, menyilangkan tangan, dan sama-sama mengerutkan alis dengan wajah bingung.


Mereka memang selalu mirip, tapi sejak resmi jadian, rasanya mereka makin mirip saja. Katanya pasangan yang sudah lama bersama bisa jadi mirip—mungkin itu juga berlaku untuk teman masa kecil.


Sinkron banget sampai aku hampir tertawa.


“Ngomong-ngomong, kalian berdua biasanya bagaimana soal hadiah?”


Mereka sudah lama bersama, jadi kupikir pasti sudah sering saling bertukar hadiah.


Aku ingin tahu cara mereka, buat dijadikan referensi.


“Akhir-akhir ini sih, kami tinggal tanya satu sama lain mau apa.”


“Ya. Kami sudah begitu sejak SMP. Kadang kami bahkan belanja bareng. Antara ulang tahun, Natal, hadiah masuk sekolah, tamat sekolah, dan semua acara kecil di antaranya, jumlah hadiah yang kami tukar sudah puluhan. Lama-lama ya kehabisan ide juga.”


“Soalnya kami sama-sama tahu kami akan memberi hadiah. Jadi berpura-pura terkejut pun tidak ada gunanya. Akhirnya kami sepakat lebih baik tanya dan kasih apa yang benar-benar diinginkan.”


“Masuk akal......”


Kalau sudah lama bersama, itu memang cara yang nyaman.


Kalau aku tiba-tiba kepikiran sesuatu yang ingin kukasih, aku tidak perlu tanya—dan itu bisa jadi kejutan yang menyenangkan. Tapi kalau tidak ada ide sama sekali, bertanya langsung memang sangat meringankan beban.


Tetap saja, aku dan Aoi-san belum pacaran selama itu, jadi sebisa mungkin aku tidak mau bertanya langsung.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Ini pertama kalinya kami benar-benar merayakan ulang tahunnya tepat di hari H, jadi aku ingin membuatnya sebagai kejutan.


“Kamu ada ide Aoi-san kira-kira ingin apa?”


“Hmm......”


Ide, ya......


Dia punya selera makan yang besar, jadi kalau hanya soal makanan, aku bisa saja memberinya apa pun dan selesai. Tapi rasanya kurang pas untuk ulang tahun. Aku ingin sesuatu yang lebih bertahan lama—sesuatu yang bisa disimpan. ......Dan ketika memikirkannya, aku baru ingat—


Aku juga harus beli kue ulang tahun.


Kira-kira penginapan bisa menyiapkan kue kalau aku minta, tidak ya? Harus kutanya nanti.


“Sepertinya tidak ada ide......Aku tidak merasa Aoi-san tipe yang banyak minta ini-itu.”


“Kalau kalian sering bareng, mungkin kamu bisa menangkap hal-hal kecil yang dia sebutin tanpa sadar. Tapi karena kalian LDR, itu jadi susah.”


“Betul.”


“Hmmm......”


Kalau aku sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan, jelas dua orang ini juga tidak mungkin tahu.


Akhirnya kami bertiga duduk bersama di situ, semuanya mengernyit bingung dengan sinkron yang aneh.


“......Aku tahu. Ayo kita pilih bareng.”


Yuuki tiba-tiba bersuara penuh semangat—lalu langsung merevisi ucapannya.


“—Atau seharusnya begitu, tapi aku ada rencana akhir pekan ini, jadi tidak bisa. Jadi, Rika, kamu bisa menemani Akira ke mall buat pilih hadiah?”


“Tentu. Aku juga kepikiran hal yang sama, kok.”


Saran itu benar-benar di luar dugaan.


Mereka memang seirama......mirip pasangan yang sudah menikah lama.


Aku benar-benar bersyukur......tapi—


“Meski begitu, rasanya agak tidak enak pergi dengan pacar teman......”


Walaupun mereka bilang tidak apa-apa, tetap saja aku ragu.


“Bukan seperti kalian orang asing. Dan kalau sama kamu, aku tidak keberatan.”


“Aku juga biasanya tidak akan pergi berdua dengan laki-laki, tapi kalau sama kamu, Akira-kun, beda.”


Tak satu pun dari mereka terlihat risih sama sekali.


“Kamu sudah banyak membantu kami, sampai rasanya kami tidak akan bisa membalasnya sepenuhnya. Aku tahu kamu tidak suka kalau orang membesar-besarkan hal begitu, tapi anggap saja ini cara kami berterima kasih. Terimalah, ya?”


“Yuuki......kau itu.”


Begitu khas dirinya—setia, blak-blakan, dan tulus.


Kalau ia sudah bilang sampai sejauh itu, menolak justru terasa kasar.


Dan kalau kupikir-pikir, ini sebenarnya mirip dengan waktu Izumi—pacarnya Eiji—membantuku memilih hadiah Natal untuk Aoi-san.


Kalau aku sudah menganggap Yuuki sama berharganya dengan Eiji, maka ini bukannya canggung—justru sesuatu yang patut kusyukuri.


“Terima kasih. Kalau begitu, aku terima dengan senang hati.”


“Semoga kamu menemuka hadiah yang bagus.”


“Natsumiya-san, aku menitipkan harapanku padamu.”


“Serahkan padaku!”


Dan begitulah aku memutuskan meminta bantuan Natsumiya-san untuk memilih hadiah ulang tahun Aoi-san.


Saat-saat seperti ini benar-benar mengingatkanku—punya teman itu menyenangkan.


Punya sahabat itu......jauh lebih berharga lagi.

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J7 Bab 2.2"