Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 0.1 Prolog


Prolog




Liburan musim panas di tahun kedua sekolah menengahku—satu tahun dua bulan sejak aku mulai tinggal bersama Aoi.


Hari-hari itu terasa panjang sekaligus singkat, dan setelah semua yang kami lalui, akhirnya aku dan Aoi menjadi sepasang kekasih.


Jika kuingat kembali, memang banyak sekali hal yang telah terjadi.


Mungkin terlalu cepat untuk menyebutnya kenangan indah, tetapi saat aku memejamkan mata, waktu yang kuhabiskan bersamanya terasa seolah baru terjadi kemarin.


Semua itu dimulai pada awal Juni, di tahun pertama kami.


Pada hari hujan ketika bunga-bunga hortensia sedang mekar sempurna.


Aku melihat Aoi duduk sendirian di taman dekat rumah, tanpa payung, lalu membawanya pulang.


Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa Aoi bukanlah anak bermasalah atau gadis pemberontak—dia baik hati dan sangat menyayangi keluarganya. Karena itu, aku membuat sebuah keputusan. Sebelum aku harus pindah sekolah, aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk memperbaiki keadaan hidupnya.


Untuk memperbaiki reputasi Aoi di sekolah, aku meminta bantuan Izumi sebagai jembatan antara dirinya dan teman-teman sekelasnya, belajar lebih giat agar guru-guru merubah cara memandangnya, bahkan ikut serta dalam kegiatan sukarelawan sekolah.


Sedikit demi sedikit, usaha kami membuahkan hasil. Di akhir semester pertama, reputasi Aoi meningkat dengan cukup drastis.


Dengan kecepatan ini, aku pikir semua masalahnya bisa kuselesaikan sebelum aku pergi—atau begitulah dugaanku.


Namun ketika aku merasa semuanya mulai berjalan lancar, Aoi menghilang, meninggalkan sepucuk pesan. Dia tak ingin terus menjadi beban bagiku.


Untungnya, aku menemukannya sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Dan saat itulah aku menyadari—Aoi adalah cinta pertamaku.


Jika kupikirkan sekarang, mungkin itulah saat di mana aku mulai memandangnya dengan cara yang berbeda.


Ketika liburan musim panas tiba, aku mulai merencanakan pencarian rumah nenek Aoi, agar dia tidak sampai kehilangan tempat tinggal setelah aku pindah. Tetapi sebelum aku sempat memulai pencarian itu, ayahnya—yang sudah sembilan tahun tak pernah ditemui—tiba-tiba muncul. Ia datang atas permintaan ibunya, untuk memintaku menjaga Aoi.


Aoi menunda memberi jawaban pada ayahnya, dan memilih untuk mencari neneknya bersamaku.

Setelah melalui begitu banyak lika-liku, kami akhirnya menemukan rumah sang nenek—hanya untuk mengetahui bahwa beliau tidak ada di sana.


Dengan tak ada pilihan lain, sepertinya tak terelakkan bahwa Aoi harus bergantung pada ayahnya.


Namun tanpa diduga, ayahnya memanggilku untuk berbicara berdua. Di sana, ia mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya tentang Aoi.


Memahami ketulusannya, aku mengatakan kepada Aoi bahwa ia sebaiknya tinggal bersama ayahnya. Namun pada akhirnya, Aoi memilih untuk tetap tinggal bersamaku.


Meski begitu, ia dan ayahnya berdamai, memperbaiki hubungan yang telah renggang selama sembilan tahun.


Dengan bantuan ayahnya, kami pun akhirnya bisa mempertemukan Aoi kembali dengan neneknya.


Namun hidup tidak sesederhana itu.


Menjelang festival sekolah, masalah lain muncul.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Kali ini, ibu Aoi yang telah lama menghilang tiba-tiba muncul di hadapannya.


Sudah jelas dia hanya datang demi uang tunjangan anak yang masuk ke rekening Aoi.


Meski begitu, Aoi tetap mencoba meraih hati ibunya. Tapi perasaannya tak pernah sampai.

Pada akhirnya, dia membuat keputusan sendiri—untuk mengucapkan selamat tinggal.


Dengan itu, semua masalah yang mengelilingi Aoi akhirnya terselesaikan.

Menyadari bahwa ia tak lagi membutuhkan bantuanku, aku merasa bahagia......namun di saat yang sama, entah kenapa juga sedikit kesepian.


Saat itulah aku benar-benar memahami perasaanku terhadap Aoi.


Setelah festival sekolah, ketika kami menonton kembang api bersama di atap, aku menyadari—


Aku telah jatuh cinta pada gadis yang sama untuk kedua kalinya.


Namun begitu aku menyadari perasaan itu, waktu terasa bergerak terlalu cepat.


Kami pergi liburan kelulusan bersama teman-teman, membuat soba bersama untuk menyambut tahun baru, saling bertukar cokelat saat Hari Valentine......dan setelah banyak keraguan, kami akhirnya mengungkapkan perasaan satu sama lain di atas tempat tidurku.


Meski kami saling mencintai, kami masih belum yakin akan perasaan kami sendiri.


Apakah cinta Aoi padaku benar-benar cinta, atau hanya ketergantungan?

Dan apakah cintaku padanya sungguh cinta, atau hanya keinginan untuk melindunginya?


Tak diragukan lagi bahwa kami saling menyayangi, tetapi ada emosi-emosi lain yang tak seharusnya ada.



Pada akhirnya, kami sampai pada satu kesimpulan—kami tak bisa terus seperti itu.


Perpisahan ini diperlukan agar kami bisa tumbuh, melampaui ketergantungan dan naluri melindungi yang menahan kami.


Itu menyakitkan, namun kami saling berjanji—suatu hari nanti, kami akan bertemu kembali sebagai diri kami yang lebih kuat dan lebih dewasa.


Dengan tekad itu, kami berpisah sambil tersenyum, di bawah bunga sakura yang bermekaran.


Empat bulan kemudian, di musim panas kedua kami, aku pergi menemui Aoi lagi.


Kami kembali tinggal bersama—meski hanya untuk sementara waktu.


Kami membantu persiapan festival, pergi ke pantai bersama semua orang, dan berjalan berdua di festival, hanya kami berdua.


Seiring waktu yang kami habiskan bersama, aku bisa merasakan betapa kami berdua telah tumbuh.


Dan dengan itu, aku membuat keputusan.


Pada malam festival musim panas, aku menyatakan perasaanku pada Aoi.


Dan akhirnya, kami resmi menjadi sepasang kekasih.


Hari-hari setelahnya mungkin terdengar seperti rangkaian momen manis, tetapi memang benar begitu adanya.


Sedikit demi sedikit, kami menikmati makna dari kata "kebahagiaan."


Tentu saja, menjalani hubungan jarak jauh untuk pertama kalinya bukan tanpa kekhawatiran.


Namun justru karena kami tidak bisa sering bertemu, kami terus terhubung lewat pesan.


Karena kami tak bisa berada di sisi satu sama lain, kami saling menelepon setiap kali ada kesempatan.


Alih-alih membiarkan jarak menimbulkan kecemasan, usaha-usaha kecil itu justru memperdalam ikatan kami.


Yang terpenting, aku memiliki seseorang—seseorang yang bisa kubagi pikiran dan perasaanku, meski dari jauh.


Saat aku mengucapkan aku mencintaimu, Aoi selalu membalasnya, meski dengan malu-malu.


Kebenaran sederhana itu saja sudah cukup membuat jarak tak lagi terasa berarti.


Dan begitu hari-hari berlalu, musim panas pun berakhir, berganti menjadi musim gugur.


Akhir September—masih sedikit terlalu awal bagi daun-daun berubah warna.


Musim perjalanan sekolah pun dimulai.

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 0.1 Prolog"