Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 9 Epilog
Epilog
Minggu sore—
Waktu yang kuhabiskan bersama Aoi-san sejak karyawisata akhirnya mendekati akhir.
Aku berdiri bersamanya di peron, menunggu kedatangan shinkansen.
Tinggal beberapa menit lagi.
Saat menatap rel kosong di depan kami, aku teringat bagaimana dia pernah mengantarku pulang saat libur musim semi.
Sekarang keadaannya terbalik—tapi perasaannya sama persis.
“Sebentar lagi kita harus berpisah, ya?”
“Ya.......sebentar lagi.”
Kata-kata itu keluar pelan dan berat, seolah ikut terseret rasa nyeri di dadaku.
Aku ingin bicara lebih banyak dengannya sebelum dia pergi.
Benar-benar ingin.
Tapi setiap kali membuka mulut, emosi menumpuk di tenggorokan, menahan semua kata.
“Kira-kira kapan kita bisa bertemu lagi?”
“Aku pasti datang untuk ulang tahunmu.”
“.......Aku senang mendengarnya. Tapi rasanya.......jauh sekali.”
Ulang tahunnya di bulan Mei masih enam bulan lagi.
Dan jujur saja, “jauh” bahkan belum cukup menggambarkannya.
“.......”
Tiba-tiba, air mata mengalir dari mata Aoi-san.
Sebelum aku sempat bereaksi, dia langsung memelukku erat, menubruk dadaku.
“Aku.......aku tidak mau pulang dulu.......”
“Aoi-san.......”
Tangannya mencengkeram bajuku kuat-kuat, seolah yakin kalau dengan memegangku seperti itu, dia bisa mencegah waktu terus berjalan.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
—Dan saat itu juga, aku menyadari betapa dalamnya kesedihan kami.
“Kita baru saja bisa bertemu lagi.......tapi sekarang kita sudah harus berpisah lagi.......”
Secara naluriah, pelukanku pada dirinya mengencang.
Berapa kali lagi aku harus membuatnya merasakan hal seperti ini?
“Ini egois dariku.......maaf.”
Dia menarik tubuhnya sedikit menjauh, menghapus air matanya, lalu memaksakan senyum tipis.
“Soalnya.......kadang aku takut. Aku tahu kita beruntung bisa bertemu seperti ini, meski tinggal terpisah. Dan aku benar-benar bahagia karenanya. Tapi kadang.......kadang rasa sepi itu datang begitu saja.”
Ketakutannya sangat wajar.
Bukan lagi ketergantungan yang dulu—melainkan ketidakpastian alami yang muncul ketika dua hati dipisahkan jarak.
Aku pun merasakannya.
Kebahagiaan yang bercampur rindu.
“.......Aku sudah tidak apa-apa.”
Dia berusaha tersenyum, meski kesedihan masih melekat di ujung matanya.
Tapi aku tahu dia tidak benar-benar baik-baik saja.
Dan ucapan “nanti juga membaik” tidak akan menyelesaikan apa pun.
Hanya ada satu hal yang bisa menghapus rasa takut itu.
Dan aku ingin dia mendengarnya sekarang juga.
“Aoi-san.”
Kuhapus jarak di antara kami, menaruh kedua tanganku di bahunya, menatap langsung ke dalam matanya.
“Kalau kita berhasil masuk universitas di Tokyo.......ayo tinggal bersama.”
“H—huh.......?”
Mata Aoi-san membesar, tak percaya.
Jelas sekali dia tak menyangka aku akan mengatakannya sekarang.
“Ingat waktu kita berpisah musim panas lalu? Kita berjanji kalau suatu hari kita akan tinggal bersama lagi. Dan ‘suatu hari’ itu.......bukan masa depan yang jauh. Mari kita wujudkan ketika kita masuk universitas nanti.”
Kalau kami tinggal bersama, dia tidak perlu lagi merasakan sepi yang menyakitkan seperti ini.
“Orang tua kita mungkin akan keberatan, itu benar. Tapi aku akan menjelaskannya pada mereka. Kalau perlu, aku sendiri yang akan menemui ayah dan nenekmu. Jadi.......ayo jadikan itu tujuan kita, dan kita perjuangkan bersama.”
Air mata tak lagi mengalir di pipinya.
Sebagai gantinya, sebuah senyuman muncul.
“.......Aku mau. Aku sangat mau.”
Tepat saat itu—seolah menunggu percakapan kami selesai—kereta shinkansen masuk ke peron.
“Kalau begitu.......aku pergi dulu,” katanya pelan.
“Ya. Sampai ketemu lagi.”
Dan begitu saja, aku melihat punggungnya menjauh.
Kami sudah berpisah seperti ini berkali-kali sebelumnya.
Namun kali ini.......terasa berbeda.
Untuk pertama kalinya, rasanya seperti akhir dari perpisahan penuh air mata itu sudah benar-benar terlihat di depan mata.

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 9 Epilog"