Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 5.1


Bab 5 - Karyawisata - Hari Ketiga (Bagian 1)




Keesokan paginya, hari ketiga karyawisata—


“Hari ini penentuannya.”


“Ya......aku akan berusaha sebaik mungkin!”


Aku dan Natsumiya-san sudah selesai bersiap dan tiba di lobi hotel sedikit lebih awal dari yang lain.


Waktu berkumpul adalah pukul sembilan, tapi ketika kulirik jam di atas meja resepsionis, jarum jam baru menunjuk pukul delapan lewat tiga puluh.


Kami datang tiga puluh menit lebih awal, dan bukan untuk berdiri bengong—kami sedang mengadakan rapat strategi.


Topiknya, tentu saja, cara membantu Natsumiya-san dan Yuuki menjadi lebih dekat.


Karena sudah memutuskan untuk mendukung mereka selama karyawisata ini, tadi malam aku mengiriminya pesan, meminta kami bertemu dulu sebelum berangkat.


Kenapa aku memilih bicara dengan Natsumiya-san, bukan Yuuki?


Alasannya sederhana, dari cara mereka berinteraksi pada hari pertama, kurasa semuanya akan lebih mudah jika aku bergerak dari sisi Natsumiya-san terlebih dahulu.


“Kurasa kesempatan terbaik kita nanti saat waktu bebas di Kuil Fushimi Inari.”


“Ya......aku juga berpikir begitu.”


Pagi ini, destinasi kami adalah Kuil Fushimi Inari—salah satu tempat paling terkenal di Kyoto.


Kami akan mendapat waktu bebas yang sedikit lebih panjang di sana sebelum makan siang, lalu berpindah ke Nara untuk mengunjungi Kuil Horyuji dan beberapa tempat lainnya.


Rencananya, kami harus bisa mendorong hubungan mereka maju setidaknya satu langkah kecil selama berada di kuil itu.


“Tapi......apa benar semuanya akan berjalan lancar?”


Bahunya merosot, ekspresinya surut, seolah semangatnya menguap.


Wajar saja. Bahkan seseorang seceria dirinya bisa tampak begitu lesu—itu saja sudah cukup menunjukkan betapa berat hal ini baginya.


Setelah dua hari terakhir menghabiskan waktu bersama mereka, aku akhirnya menyadari satu masalah penting.


Kami sama sekali tidak boleh membiarkan mereka berdua sendirian.


“Semua orang sudah berusaha membantu di Kuil Kiyomizu, tapi......ya, hasilnya begitu.”


Meski mereka saling menyukai, saat hanya berdua, mereka jadi terlalu sadar satu sama lain sampai tak bisa berfungsi normal.


Terutama Yuuki—ia benar-benar tak ada harapan.


Di Kuil Kiyomizu, ketika semua sengaja menjauh agar mereka bisa berduaan, ia panik setengah mati sampai memohon padaku untuk tetap menemani mereka berkeliling.


Aku sampai merasa kasihan pada Natsumiya-san.


Lalu ketika kutanya tentang kemarin, ternyata karena mereka selalu berada dalam kelompok, keadaan memang tak menjadi canggung......tapi hubungan mereka juga tidak bergerak sama sekali.


Ini cerita yang sering terjadi—dua orang yang saling suka, tapi tanpa momen yang tepat, tak ada yang berubah.


Dalam kasus mereka, hubungan panjang sebagai teman masa kecil justru menjadi penghalang.


Hubungan yang bagi banyak orang mungkin terdengar ideal......namun bagi mereka, itu justru tembok yang sulit ditembus.


“Cinta itu......benar-benar tidak pernah berjalan sesuai keinginan, ya?”


“Ya......Benar sekali.”


Kami tertawa hambar sambil menatap kosong ke kejauhan.


Jadi—membiarkan mereka berdua saja tidak berhasil.


Tetap bersama dalam kelompok besar juga tidak.


Yang tersisa hanya satu cara jalan tengah.


“Menurutku, sebaiknya kita bertiga bersama—aku, kamu, dan Yuuki.”


Dengan kata lain, aku akan ikut mendampingi mereka sebagai satu-satunya orang yang tahu perasaan masing-masing.


Kalau aku ada di sana, Yuuki pasti merasa lebih tenang. Ia tahu aku sudah paham isi hatinya, jadi tekanan untuk ‘melakukan sesuatu’ tidak akan sebesar saat mereka berduaan.


Entah kenapa......rasanya aku seperti ibu-ibu tetangga yang suka menjodoh-jodohkan anak muda.


Kalau dipikir-pikir, perannya memang tidak jauh beda. Dan aku sendiri tak menduga akan melakukan hal seperti ini.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Tapi mengingat berapa banyak bantuan yang dulu kuterima dari Asamiya Izumi—si mak comblang level profesional—kupikir wajar kalau sekarang aku malah mengikuti jejaknya.


Faktanya, cara-cara dia mencampuri hidup orang lain sekarang justru membantuku melakukan hal yang sama untuk orang lain......


Harusnya aku benar-benar berterima kasih padanya.


Aku mengirim pesan singkat pada Izumi, Makasih.


Balasannya datang hampir seketika, Sama-sama! Kalau kamu butuh bantuan apapun, katakan saja. Dan bialng pada Natsumiya aku bilang hai♪


Hanya dari satu kata terima kasih, dia langsung tahu apa yang kumaksud.


Seolah dia bisa membaca pikiranku.


Entah bagaimana, itu terasa sangat menenangkan.


“Maaf ya, Akira-kun......aku jadi merepotkanmu begini.”


“Jangan minta maaf. Kamu juga sudah banyak membantuku.”


Meski begitu, wajahnya masih terlihat benar-benar menyesal.


“Aku mengerti perasaanmu. Tapi......kita kan teman, kan?”


“Akira-kun......”


Kedengarannya cukup norak.


Aku jelas-jelas ketularan Eiji, yang bisa mengucapkan hal semacam itu tanpa tersipu sedikit pun.


Atau mungkin bukan hanya Eiji.


Izumi, Aoi-san, teman-teman lamaku dari sekolah sebelumnya—mereka semua mengajariku untuk tidak menyerah lagi pada hubungan pertemanan.


Mereka menunjukkan bahwa ada pertemanan yang betul-betul bertahan lama......dan percaya pada ikatan itu bukanlah hal bodoh.


Sekarang, giliranku menjadi teman seperti itu untuk orang lain.


Dan itu saja sudah cukup sebagai alasan untuk terlibat sejauh ini.


“Pokoknya, kalau butuh bantuan soal beginian, bilang saja.”


“...Ya. Makasih.”


Wajah Natsumiya-san pun kembali cerah, senyumnya mengembang lembut.


“Ya, dan ingat—kalau kamu bisa tersenyum seperti itu di depan Yuuki, itu akan sangat membantu. Anak laki-laki itu makhluk sederhana; lihat senyum dari gadis yang mereka suka saja sudah cukup membuat mereka mau berusaha mati-matian.”


Hmm......mungkin kedengarannya menggeneralisasi, dan beberapa laki-laki pasti akan keberatan......


Tapi itu benar dari pengalaman pribadi.


“Baiklah, sekarang kita masuk ke detailnya—”


Mulai dari sana, kami menghabiskan waktu yang tersisa untuk menyempurnakan rencana.


Aku akan berusaha menggiring pembicaraan ke topik-topik yang menyenangkan.


Kalau obrolan mereka berjalan lancar, aku akan mundur pelan-pelan.


Dan kalau ada kesempatan bagus, Natsumiya-san akan mencoba menggenggam tangan Yuuki.


Tidak ada strategi dahsyat atau rencana besar, tapi kami melakukan yang terbaik berdasarkan apa yang kami tahu.


Akhirnya, pembicaraan kami berubah menjadi sesi keluhan ringan tentang betapa pasifnya Yuuki.


“Dia itu pasif banget!” keluh Natsumiya-san. Aku tidak bisa tidak mengangguk setuju.


“Aku sudah siap, tinggal ia maju sedikit saja, kenapa sih tidak bergerak?” katanya, dengan tekad yang jauh lebih kuat daripada yang kuduga.


Rapat strategi apa ini—rasanya sudah berubah total menjadi sesi curhat dan pengakuan.


Maaf, Yuuki. Tapi jujur saja, mungkin lebih baik dia meluapkannya sekarang.


Seiring suasana makin cair dan tawa kami mulai terdengar—


“Wah, kalian cepat juga datangnya.”


Kami menoleh. Lima menit sebelum waktu berkumpul, Yuuki dan yang lainnya sudah mulai berdatangan.


“Kalian ngobrol apa?”


“Kami cuma siap lebih awal, jadi menghabiskan waktu saja,” jawabku cepat.


“Ya, tadi ngobrol soal kencan ia dengan Aoi-san kemarin,” tambah Natsumiya-san, masuk ke peran tanpa ragu.


Aksinya benar-benar mulus. Untung aku bekerja sama dengannya.


“Oh iya! Aku mau dengar lanjutannya. Bisa ceritain ke aku?”


“Tentu, tapi waktunya sudah mepet. Nanti kulanjutkan di bus.”


Jam sudah menunjukkan pukul sembilan. Kami naik bus bersama yang lain dan berangkat menuju tujuan pertama hari ini: Kuil Fushimi Inari.

*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J6 Bab 5.1"