Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 4.4
Bab Empat - Sendirian, Aku Tidak Bisa Apa-apa
Entah sudah berapa hari telah berlalu.
Sudah berapa hari sejak jari-jariku yang dulu menyentuh tuts piano kini beralih menggenggam pena untuk belajar ujian?
Sudah berapa lama sejak aku berhenti berbicara dengan teman masa kecilku?
Meskipun kami berada di kelas yang sama, pandangan kami tidak pernah bertemu lagi. Teman-teman sekelas mulai menyadari suasana yang aneh ini, dan setiap hari mereka tampak bingung dengan pemandangan yang tidak biasa ini.
Tidak seperrti biasanya. Dulu, aku dan Sayane selalu bersama setiap hari.
Meskipun sekarang dalam bentuk lampau.
Bulan Oktober datang---musim di mana tanda-tanda kelulusan mulai terasa, tapi keadaan kami tidak berubah. Meski ada festival Tabinagawa atau ulang tahun Sayane, masa muda yang telah berakhir tidak akan pernah dimulai kembali.
Ketika kebiasaannya membolos pelajaran dan perwalian kambuh lagi, guru wali kelasku memintaku untuk membawa lembar tugas ke rumah Sayane. Ini adalah tugas yang menyebalkan, tapi aku hanya perlu menyerahkannya ke rumahnya.
Sepulang sekolah. Saat aku memastikan bahwa sepeda roda tiga Sayane tidak ada di halaman yang begitu kukenal, aku memanfaatkan momen ini untuk menyerahkan lembar tugas itu ke ibunya.
"Apa terjadi sesuatu dengan anak itu?"
"Tidak......Tidak ada apa-apa."
Aku mencoba menghindari pembicaraan, namun ibu Sayane terlihat termenung dan tampak semakin cemas.
"Akhir-akhir ini, Sayane sering pergi keluar begitu saja. Seolah dia sedang menunggu seseorang, dan dia tidak kembali sampai malam."
Dia mungkin hanya bermain gitar di luar.
Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri.
Janji. Jika di masa depan kita kehilangan arah......kita akan bertemu lagi di tempat ini.
Janji kelingking dari lebih dari setahun yang lalu tiba-tiba muncul kembali dalam ingatanku dengan jelas.
Tempat di mana kami berjanji akan bertemu ketika kita kehilangan arah......tidak mungkin, kan?
15 Oktober---setelah pulang dari sekolah, aku berada di kamar yang penuh debu dengan keyboard yang terabaikan di sudut. Dari luar, suara hujan yang dingin mulai terdengar. Dalam lima menit, butir-butir hujan mulai menghantam atap rumah satu lantai ini dengan bising.
Masih sore tapi sudah dingin. Bahkan di dalam ruangan, kalau tidak ada pemanas, rasanya seperti membeku.
Hari ini, adalah ulang tahun Sayane.
Ini adalah ulang tahun pertama tanpa dia di sampingku.
"......Sialan!"
Rasa frustrasi menggelora. Tangan bergetar kecil, dan itu bukan hanya karena suhu. Tubuh, otak, dan ingatan sepertinya bingung dengan kekosongan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Harusnya, dia berada di dalam ruangan hari ini.
Tidak ada orang waras yang akan bermain gitar di luar pada hari seperti ini.
......Membosankan.
Bermain game untuk mengalihkan perhatian tidak akan pernah mengisi kekosongan tersebut.
Membuka buku pelajaran atau referensi pun tidak bisa membuatku fokus.
Untuk menghilangkan kabut samar di pikiranku, aku berjalan di bawah hujan lebat dengan payung. Tidak ada hubungannya dengan dia. Hanya saja, aku ingin melakukannya.
Tidak mungkin ada di luar sana. Tidak ada yang akan keluar dalam cuaca buruk seperti ini tanpa alasan yang penting.
Dalam hitungan menit, sepatu sudah basah kuyup, dan ujung celana pun menjadi basah seperti kain lap. Setiap kali mobil melintas dekat, cipratan lumpur dan air kotor menyerbu.
Payung plastik sudah tidak berguna lagi. Aku terus bergerak dengan tubuh yang kedinginan dan akhirnya tiba di Jembatan Tabinagawa. Dari sana, aku memandang ke bawah ke area sungai---
"Apa yang......dia lakukan."
Aku mundur satu langkah, tak bisa menahan kekagetan.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Sayane---berdiri di sana, basah kuyup, tanpa bergerak.
Tempat yang pada musim semi penuh dengan bunga, sekarang hanyalah sebidang tanah penuh rumput liar yang hijau. Genangan air berlumpur tersebar di mana-mana, dan tak ada jejak keindahan musim semi yang tersisa.
Di dunia yang suram itu, Sayane terus berdiri.
Seolah sedang menunggu seseorang yang takkan datang. Seolah sudah berjanji sejak dulu.
Aku akan memberikanmu lagu terbaik di ulang tahunmu tahun depan. Jadi, tunggulah.
Ya......aku akan menunggu. Di tempat yang kita janjikan, aku akan selalu menunggu.
Bodoh sekali, dia.
Bagaimana bisa dia terus mempercayai janji yang takkan pernah terpenuhi, masa depan yang tak mungkin ada?
Apakah masih ada mimpi yang kau pegang untuk seorang bajingan yang meninggalkanmu dengan cara paling kejam?
Tolong hentikan. Aku bukan orang seperti itu.
Aku berpura-pura mendukung impianmu, padahal aku hanya melarikan diri dari ketakutan akan terluka.
Jangan kejar aku yang melarikan diri dari keputusasaan dengan harapan.
Jangan biarkan bayangan indahmu bersarang di hati yang buruk dan busuk ini.
Aku tidak sanggup melihatnya. Hatiku, yang lebih manis dan lebih rapuh dari permen---mudah hancur.
Dingin, bukan?
Menyedihkan, bukan?
Menggelikan, bukan?
Siapa yang membuat teman masa kecilnya menjadi seperti ini?
Aku tak bisa melarikan diri selamanya.
Aku akan terus dikejar oleh dosa besar yang telah kulakukan.
Namun, aku hanya lari. Aku tidak pantas untuk bahagia.
Bagaimana mungkin aku bisa menjalani kehidupan yang normal setelah membuat gadis yang kusukai menderita?
Tidak ada yang berbicara padanya.
Orang yang dia tunggu tidak akan pernah datang.
Aku lari dari tempat ini.
Butiran air yang mengalir di pipi Sayane, entah itu air mata atau hanya tetesan hujan.
Melihatnya saja sudah menyakitkan, seakan-akan baik aku maupun dia akan hancur di bawah tekanan tetesan hujan.
Di kota ini, di mana pun aku melihat, ada kenangan tentang Sayane.
Setiap pemandangan adalah pisau tajam.
Aku ingin pergi jauh.
Aku hanya ingin lari dari semuanya.
Pada bulan Maret---aku melanjutkan SMA di Tokyo, meninggalkan kehidupan di Tabinagawa dan semua kenangan di belakangku.
Tak lama setelah itu, aku mengetahui dari internet tentang debut besar Sayane.
Akhir Bab 4
Post a Comment for "Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 4.4"