Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 3.2

 


Bab Tiga - Badai Orang Desa




"Bersulang!"


Setelah konser, Tomi-san yang selesai dengan pekerjaan pembersihan venue bergabung. Kami yang berkumpul di rumahku, enam orang, mulai merayakan pesta penutupan. Meja dipenuhi dengan berbagai minuman, termasuk alkohol dan minuman ringan, serta makanan dari penduduk lokal dan produk khas.


Masakan Emi-nee sangat lezat. Dengan ini, aku merasa tidak membutuhkan apa-apa lagi. Aku mengabaikan produk khas lainnya dan menikmati gyoza buatan Emi-nee dan tempura akar lotus yang disajikan.


"Ah, kerja bagus. Semua meriah banget dan festival ini sukses besar."


Meskipun lelah, Tomi-san yang tampak ceria meneguk sake dari cawan kayu yang telah diisi.


Emi-nee memperingatkannya untuk tidak terlalu banyak minum karena besok ia harus bekerja, dan itu terlihat manis layaknya pasangan suami istri. Oh, ternyata orang-orang mulai bekerja besok. Tapi itu tidak ada hubungannya denganku.


"Pada akhirnya, berapa banyak orang yang datang ke festival?" 


Pipi Tomi-san terangkat menanggapi pertanyaan Emi-nee.


"Sekitar lima ribu sembilan ratus orang! Biasanya hanya tiga ratus orang, jadi ini benar-benar luar biasa!"


"......Ketenaranku ternyata tidak begitu besar, ya."


"Ngga, ngga......Itu jauh melebihi populasi Tabinagawa. Di sini, kita bisa membuat satu kota dengan jumlah itu!"


Sayane kembali ke penampilannya yang sederhana seperti biasanya. Kata-kata dan air mata dari konser masih membekas kuat dalam ingatanku.


Aku mulai berpikir mungkin itu hanya mimpi.


"SAYANE yang itu memulai kembali di Festival Tabinagawa! Dengan nilai tambah misterius seperti itu! Kata kunci pencarian di internet juga melonjak tajam dengan 'Tabinagawa'!"


Aku bisa memahami perasaan ceria Tomi-san. Kembali ke hal-hal mendasar, seperti menunda aktivitas di puncak popularitas dan kembali ke kampung halaman untuk menampilkan musik gerilya secara live, bisa menjadi nilai tambah yang besar.


Aku ingin tau apa ada banyak penggemar lama seperti Wakil Kepala Sekolah? Mungkin ada orang yang lebih suka masa indie di Tabinagawa daripada yang sekarang.


"Ini pertama kalinya aku melihat kerumunan orang berkumpul di Tabinagawa. Sepertinya banyak juga yang datang dari Tokyo, aku jadi penasaran sihir apa yang kau gunakan."


"Seperti yang dikatakan Iyori-san! Kami memang mempromosikan melalui brosur dan situs web, tapi nama SAYANE ngga disebutkan!"


"Semua orang sudah tahu kalau Sayane-chan akan bernyanyi, kan?"


"Gadis muda, kau harus mengakui perjanjian dengan temanmu."


Sayane dengan diam memakan shiso gulung sambil meletakkan Liese di pangkuannya yang terlipat.


Kami semua menatap orang yang dimaksud.


"......Aku tidak melakukan hal yang istimewa. Aku hanya mengunggah foto di SNS."


Mengatakan itu dengan kasar, Sayane mengangkat layar ponselnya. Di akun resmi SAYANE, ada postingan singkat dengan gambar yang menyatakan【Festival Tabinagawa, aku akan menyerbu】.


......Foto Sayane yang mengenakan jersey SMP Tabi, sedang mengendarai sepeda tiga roda kesayangannya.


Ketidaksadarannya yang natural ini pasti salah satu alasan kenapa banyak penggemar mencintainya.


"Masih pakai ponsel itu, ya?"


"......Selama belum rusak, tidak ada alasan untuk menggantinya."


Aku tidak bisa menahan diri untuk bereaksi saat melihat ponsel yang familiar tersebut. Pemiliknya yang merasa sedikit tidak nyaman segera menyembunyikan ponselnya.


Dari gumamanku yang tiba-tiba itu, ada jejak 'kegembiraan' yang terpendam. Kalau aku bisa mengekspresikan perasaanku secara langsung melalui ekspresi wajah, dulu, bagaimana aku melakukannya ya? Sekarang......aku sudah lupa.


Di tengah keramaian yang penuh dengan semangat, ada secercah kesepian yang menyelinap. 


Sayane, yang entah sejak kapan sudah begitu mahir menggunakan ponsel, bisa mengambil foto dengan bebas dan mengelola akun SNS-nya sendiri---aku tidak pernah tahu dirinya yang seperti itu.


"Gya-ha-ha! Selera humor Sayane emang luar biasa! Mantan pemimpin geng sepeda nih!"


"Berisik. Diam. Tutup mulutmu."


"Ya, maaf."


Ada mantan berandalan yang, meskipun delapan tahun lebih tua, langsung meminta maaf dengan sangat memalukan setelah ditatap tajam oleh Sayane.


"Liese! Sayane tuh, cepet banget marahnya!" 


"Liese sudah lelah sekali. Rakyat jelata, diam dan suguhkan jus."


"Baiklah, terima kasih atas kerja kerasmu."


Tomi-san dengan patuh menuangkan cola ke dalam gelas Liese. Benar-benar memalukan.


"Jadi, ribuan pengikut yang melihat unggahan ini langsung mencari info tentang Festival Tabinagawa, dan hasilnya, hampir enam ribu orang benar-benar datang. Itu luar biasa."


"Dari Tokyo, meskipun menggunakan jalan tol butuh lebih dari lima jam, atau tiga setengah jam dengan shinkansen, kereta lokal, dan taksi......itu benar-benar mengesankan." 


Begitulah analisisku. Sebenarnya, ini setara dengan mengadakan konser gratis Sayane secara tiba-tiba. Kalau Sayane mempostingnya lebih awal, mungkin jumlah pengunjung bisa mencapai sepuluh ribu.


"......Kemarin, aku sama sekali tidak berniat datang ke festival. Tapi setelah bangun tidur, aku berubah pikiran, jadi aku mengunggahnya."


Sayane bergumam dengan nada rendah.


"Aku sangat berterima kasih padamu, Sayane-chan! Setelah live tadi, sekolah musikku kebanjiran pertanyaan, dan sekarang kami akan mengadakan kelas percobaan♪"


"A-Aku hanya menyanyi saja......Tapi, aku senang kalau itu bisa membuat Emilie-san senang."


Sayane yang diberi ucapan terima kasih oleh Emi-nee dengan senyuman lebar, dengan malu-malu mengalihkan pandangannya.


Sesaat setelah konser, Emi-nee mempromosikan sekolah musiknya, dan langsung menarik perhatian para siswa SD serta orang tua yang tertarik. Mereka datang dengan berbagai pertanyaan seperti, "Alat musik apa yang bisa kami pelajari?", "Bisa kami bermain sebaik kalian?", "Tolong ajari anakku juga!".


Bahkan beberapa siswa dari SMP Tabi pun bergabung untuk mencari tahu lebih lanjut.


"Aku juga senang sekali melihat anak-anak dari SMP Tabi menunjukkan minat pada musik. Mereka bilang ingin mengadakan acara sebelum sekolah ditutup."


"Aku senang tradisi SMP Tabi sepertinya kembali muncul di tahun penutupan sekolah. Sepertinya tidak ada yang melakukannya setelah kita lulus."


"Beneran, itu! Sebenarnya aku nggak punya pilihan lain selain bantu kalian, tapi kalo ini bisa jadi alasan tradisi itu kembali, aku nggak keberatan. Meskipun, ya, leher dan pundakku rasanya sakit banget, jadi lain kali maaf ya aku nggak ikut lagi."


"Meski bilang begitu, tadi waktu main, Ibu kelihatan sangat menikmati......Aduh!"


Mungkin karena merasa tersindir oleh anaknya, ibuku menembakkan karet gelang dengan jari. Kaya anak kecil.


"Liese juga, kamu dapet beberapa teman, kan? Bagus, ya♪"


"Aku tak butuh teman. Itu hanya akan membuatku lemah."


"Ah, bohong! Aku tahu kamu tukar kontak lewat aplikasi chatting, lho!"


Emi-nee terlihat begitu gembira, seolah ini adalah hal yang dia alami sendiri


Ngomong-ngomong, Liese memang mendapat banyak perhatian. Seorang anak kelas tiga SD yang menampilkan teknik dan performa yang luar biasa, wajar saja kalau dia jadi populer di kelasnya.


Bahkan, penonton yang awalnya datang untuk melihat Sayane juga terpesona oleh Liese, dan video penampilannya tersebar di internet. Berbicara soal itu, ponsel Liese berbunyi, "bip."


"......Ada pesan. Itu dari seorang teman di medan perang. Apa yang harus kulakukan?"


"Meskipun agak aneh kalau aku yang bilang ini, tapi sebaiknya kamu balas pesan dari temanmu."


"Hmm......mungkin seorang pejuang juga perlu istirahat." 


Meski sambil kebingungan, Liese tetap mengetik pesan balasan dengan canggung.


Lucu sekali melihat seorang NEET yang tidak memiliki banyak teman memberikan nasehat dengan begitu berani.


"Teman di medan perang bilang ia ingin jadi muridku."


"Waah!♪ Ini kelahiran Master Liese♪"


Emi-nee melompat kegirangan! Meskipun dia sudah dewasa, dia sangat polos dan imut!


"Jadi, jadi, jadi, siapa nama muridnya? Cowok, kan? Pasti cowok, kan?"


"Yousuke."


Emi-nee menjerit, "Kyaa!!♪" seolah dia gadis muda lagi. Liese tetap tak berekspresi, tampaknya sama sekali tidak menyadari situasi ini......Tapi, Yousuke, setidaknya kau sudah menunjukkan keberanian.


"......Aku merasa sedikit sedih kalau Liese punya teman."


Sayane, sebenarnya kau memegang peran apa sih di sini?


"Aku nggak akan pernah menerima dia punya pacar! Uuuh......Liese akan tinggal di rumah Papa selamanya......" 


Semua orang mengabaikan Tomi-san yang mulai menangis sejadi-jadinya.


"Ngomong-ngomong, live-nya bener-bener gila, kan! Waktu Sayane turun ke penonton dan dipepet sama mereka, beneran menakutkan!"


Tomi-san segera pulih dan mulai mengingat-ingat bagaimana penonton begitu heboh.


Saat masuk ke chorus kedua dari lagu pertama, suasana jadi memanas, dan Sayane berlari turun ke arah penonton, yang membuat hampir enam ribu orang langsung mengerubungi dia.


Setelah live selesai, Liese nekat lompat ke lautan penonton. Meskipun Liese meluncur di atas kerumunan seperti seorang punk remaja, aku malah ikut-ikutan melompat ke dalamnya. Mungkin karena terpengaruh oleh semangat Sayane yang membara atau terbawa suasana, aku sampai melakukan hal yang biasanya tidak kulakukan......aku benar-benar kehilangan kendali.


"Si Shuu malah dihindari penonton dan jatuh ke lantai! Itu lucu banget!" 


"Jangan ketawa......! Itu benar-benar memalukan, tahu......!"


Mereka ini......Liese diterima dengan baik dan digulingkan di atas penonton, tapi giliran aku yang lompat, malah pada menghindar dengan gesit! Lututku terbentur keras dan sakit banget!! Cuma karena aku bukan cewek cantik, ya!?


"Fufu......"


Sayane menutup mulutnya sambil bahunya bergetar karena menahan tawa. Tolong jangan ketawa mengingat-ingat kejadian ituuuu......


Namun, ada juga momen yang meninggalkan kesan manis bagiku. Yousuke berkata, "NEET-niichan juga keren!" sambil memujiku.


Karena jarang sekali menerima pujian sepanjang hidupku, mengingatnya membuatku tersenyum aneh.


Mungkin aku akan membelikannya Luwich bekas......?


"Aku juga, kalau aku masih dua puluh tahun lebih muda, pasti sudah ikut melompat. Tapi, kalo seorang tante-tante melompat ke tengah kerumunan, itu bakal berat buat mereka, dan aku bakal sedih kalo berakhir seperti anakku, jadi aku menahan diri."


"Tidak, tidak, lompatannya Iyori-san pasti jadi hadiah yang luar biasa! Sejak aku masih SD, aku sudah ingin menyentuh tubuh Iyori-san yang seksi! Dadamu juga masih kencang banget, ya!"


Parah banget, ini benar-benar nggak pantas diucapkan ke ibu dari juniormu.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Tomi-san, ia pasti sudah mabuk......


"Emilie, tahan si bodoh ini. Aku akan lompat seperti keinginannya."


"Okee♪, maafkan suamiku yang tidak sopan ini."


"H-Hentikan! Ah, ah......Aaaaahhhh!"


Tomi-san yang digenggam dengan senyuman palsu dari Emi-nee menerima lariat dari ibuku yang sudah mabuk. Ah, jarak antara kakak perempuan dan adik bawahan seperti ini membuatku nostalgia......


Benar juga, ibuku bilang "Berakhir seperti anakku". Itu mengerikan. Benar-benar bisa jadi trauma.


"Hakimilah rakyat jelata yang menjijikkan ini. Berdasarkan tujuh sumpah, ia harus menebus dosa dan bertobat."


"Liese......Berat banget......maafkan aku......"


Leeze duduk di pinggang Tomi-san yang terjatuh tengkurap.


Emilie memandang pemandangan ini dengan ekspresi keheranan, dan itu benar-benar seperti keluarga ideal. Tomi-san meskipun mengeluh, tampak bahagia dan puas.


Biarkanlah mereka merasakan semangat mabuk. Aku iri. Beberapa bulan yang lalu, aku masih mahasiswa, jadi pernikahan dan anak terasa tidak nyata......Tapi aku benar-benar mengagumi itu.


Di tengah suasana kacau yang khas dari minum di rumah, aku menenangkan diri dengan minum air untuk melepas ketegangan.


"Sayane......umm, itu......"


Kata-kata sederhana ucapan terima kasih terhenti di tenggorokan.


"......Apa? Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan dengan jelas. Itu bikin kesel."


"Terima kasih hari ini......Karenamu, semua orang bisa tersenyum......"


"......Sudah kubilang, aku tidak berbuat banyak. Selain aku, banyak orang yang telah bekerja keras termasuk panitia."


Tanpa banyak topik, dan percakapan itu segera berhenti.


Dengan sedikit menunduk, dia juga tampak kesulitan untuk mengatakan apa pun.


Ah, kami berdua tidak bisa saling menatap. Aku harus melihat ke mana......


Sambil berusaha menjaga ketenangan agar tidak terlihat mencurigakan, dia berkata,


"......Kau juga, kerja bagus."


Ucapan terima kasih yang tidak terduga. Dia menyajikan kamaboko dari meja ke dalam piring.


"......Kau juga, Sayane, kerja bagus."


Karena itu aku juga harus membalasnya. Aku menuangkan teh oolong ke dalam cangkir Sayane.


"......Pertunjukan hari ini, apa kau menikmatinya, Shuu?"


"......Ya, menyenangkan sekali. Kuharap saat ini bisa bertahan selamanya."


"......Aku juga."


Setelah itu, kami berdua terdiam, memilih untuk makan dan minum sambil berpaling. Namun, tidak ada jarak canggung seperti saat memancing.


Sayane ada dalam jarak yang bisa dijangkau, dan aku berada di samping Sayane.


Rasanya bukan tidak nyaman.


Aku merasa begitu, tapi bagaimana denganmu---


Malam telah lewat pukul sepuluh, dan suasana pesta yang meriah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.


Tiba-tiba, Tomi-san berdiri dan berkata,


"Atas nama panitia pelaksana, aku ingin mengucapkan terima kasih. Sepertinya ulasan dan video tentang pertunjukan telah menyebar luas, dan kurasa ini adalah promosi terbaik untuk Tabinagawa. Benar-benar terima kasih banyak."


Ia membungkuk dalam-dalam pada semua orang.


"Jadwal acara berikutnya belum bisa dipastikan, tapi kuharap bisa merencanakan sesuatu yang menarik sebelum sekolah ditutup. Jadi, kalo nanti ada acara, kuharap kalian bisa ikut!"


Kami semua mengangguk tanpa ragu. Sekolah tempat kebanyakan dari kami bersekolah sejak kecil. Meskipun bukan bentuk balas budi yang besar, akan sangat bagus kalau kami bisa memberi perpisahan yang meriah......setidaknya untuk yang terakhir kali.


"Baiklah, hari ini kita bubar! Terima kasih atas semua kerja kerasnya!"


Tomi-san mengucapkan kata penutup yang menggema di rumah satu lantai. Selesai. Selesai sudah.


Hari yang sibuk, bising, penuh semangat, dan membuat tubuh terasa sangat hangat.


Saat-saat yang menyenangkan cepat berlalu. Rasanya sepi. Kosong.


Seperti ada lubang besar di hati ini.


Tidak seharusnya merasa "sepi". Beberapa hari lalu, aku sendirian, bukan?


Aku harusnya puas dengan rutinitas seperti bermain game dan berselancar di internet di kamar.


Akan bagus, kalau aku tidak mengetahuinya.


Kalau aku terus sendirian, mungkin aku tidak akan merasakan kekosongan seperti ini.


Kampung halamanku memang luar biasa. Aku telah mengetahui bahwa ada orang-orang hangat yang selalu ada dan bersenang-senang bersama mereka.


Sekolah akan ditutup pada bulan Maret, dan festival akan ada lagi tahun depan.


Waktu yang tersisa bagiku---aku tidak tahu berapa lama lagi.


"U, uuh......aaaa......! Ngga mau kerja......rasanya ngga enak badan......"


"Aah, dasar. Aku sudah bilang jangan minum terlalu banyak."


Aku menyaksikan dari depan rumah saat Emi-nee memegang bahu Tomi-san yang sudah mabuk berat dan berhasil memasukkannya ke kursi belakang mobil.


Ibuku juga tampaknya sudah mabuk dan sudah tertidur di kotatsu lebih awal. Biasanya dia tidak minum alkohol, tapi kali ini dia minum shochu dengan cepat......


"Shuu-kun, sebentar."


Emi-nee membuka jendela mobil sepenuhnya dari kursi pengemudi dan memanggilku dengan isyarat tangan yang penuh makna.


"Apa kamu pernah melihat akun resmi Sayane-chan?"


Entah kenapa, Emi-nee merendahkan suaranya. Mungkin agar Sayane yang berada agak jauh tidak bisa mendengarnya.


"Belum......aku sudah menjauh dari Sayane untuk sementara. Tadi, aku melihatnya untuk pertama kalinya di layar yang dia tunjukkan."


Menjauh......atau lebih tepatnya, menjauhkan diri.


"Ini mungkin terdengar seperti terlalu ikut campur, tapi kalau bisa, lihatlah nanti. Mengingat kepribadian Sayane-chan, menurutku dia tidak akan mengatakannya sendiri."


"......Aku tidak begitu mengerti, tapi kalau ada waktu, aku akan periksa."


Selain foto dirinya yang sedang menunggang sepeda tiga roda, mungkin dia juga memposting sesuatu yang lain.


Setelah melambaikan tangan pada Emi-nee dan Liese yang berada di kursi depan, dan mobil menghilang dari pandangan,


"......"


"......"


Tinggal kami berdua sendirian.


Meskipun jumlah lampu jalan di daerah pedesaan ini agak minim, tidak ada kedekatan sampai-sampai aku bisa mengantarnya pulang, dan rumah Sayane hanya lima menit berjalan kaki. Lagi pula, sepertinya dia tidak menyukai itu.


"......Aku mau pulang."


"......Ya."


Kata-kata canggung.


Setiap langkah Sayane menjauh, cahaya dari pintu masuk semakin memudar.


"Sayane!"


Tanpa sadar, aku memanggilnya.


"......"


Sayane, yang hampir sepenuhnya tenggelam dalam kegelapan malam, berdiri membelakangiku dengan suara yang tertahan.


"Hari ini......alasanmu datang, apa benar-benar hanya karena kau merasa ingin melakukannya?"


Beberapa detik berlalu dalam keheningan sebelum Sayane menjawab.


"......Aku sebenarnya tidak berniat untuk datang. Kupikir kau pasti akan melarikan diri."


Sayane mulai mengungkapkan perasaannya dengan perlahan.


"......Tapi, kau datang. Karena itu aku memutuskan untuk bernyanyi di sampingmu."


Setelah mengatakan itu, Sayane berusaha melanjutkan perjalanan pulangnya. Namun, aku masih ingin mengetahui satu hal lagi---sebuah memori baru yang menimbulkan rasa sakit yang mendalam di dasar hatiku dan berakar di dalamnya.


"Di akhir, kau menangis karena apa......?"


Aku ingin tahu alasan di balik air mata yang mengalir di akhir live.


"Lima tahun yang lalu, karena kau......tidak datang."


---Sudah terlambat. Segalanya, sudah terlalu terlambat.


Meskipun aku berusaha keras mengejarnya sekarang, aku hanya akan mendapatkan keajaiban sehari. Tidak mungkin kembali ke lima tahun yang lalu.


Hari-hari hiruk-pikuk sejak seminggu yang lalu, sejak mantan berandalan membujuk NEET keluar, adalah hukuman yang hanya membawa kebahagiaan semu yang menjatuhkan tanpa mimpi dan harapan.


"......Aku akan kembali menjadi sendirian. Kiriyama Sayane teman masa kecilmu, sudah selesai."


Seolah-olah ini adalah ilusi yang diberikan oleh Tuhan yang jahat sebelum merenggut nyawa yang tidak berguna.


Tidak butuh. Kebahagiaan palsu seperti ini. Apa kau pikir seorang pria yang takut terluka dan tidak berusaha, yang melepaskan orang yang berharga bagi dirinya sendiri, akan mati dengan senyuman?


Apa kau berharap, bahkan hanya sejenak?


"......Selamat tinggal, Shuu."


Keajaiban berakhir. Sebentar lagi, kami berdua akan menjadi orang asing lagi.


Aku hanya bisa diam menyaksikan sosoknya berjalan cepat menjauh.


"......!"


Dilanda perasaan yang sulit diungkapkan, aku meraih ponsel dari saku. Dengan cepat aku mencari di media sosial dan membuka akun resmi SAYANE.


Satu unggahan di atas yang ditunjukkan Sayane tadi......sebuah video yang diunggah pagi ini. Angka favorit dan jumlah bagikan sangat mengesankan, dan tanggapan positif di kolom komentar pun tak terhitung banyaknya.


Video yang diputar memperlihatkan berbagai pemandangan dari kampung halaman kami. Mulai dari pemandangan pedesaan yang damai, kota onsen, hingga SMP Tabinagawa yang akan segera ditutup---semua tempat yang dikenal oleh setiap penduduk lokal.


Itu adalah video promosi singkat berdurasi satu menit.


Lagu "be with you" mengiringi video tersebut, memperkuat cerita tentang masyarakat setempat hingga ke puncaknya.


Foto bersama yang diambil Tomi-san setelah pertandingan kickbase beberapa waktu lalu, menampilkan Sayane yang tampak cemberut sambil memalingkan wajah. Melihatnya lagi membuatku tersenyum pahit.


Dengan bantuan dari orang-orang yang sibuk, sebuah mahakarya yang dibuat dengan penuh dedikasi oleh Matsumoto Shuu---yang sebenarnya nganggur---akhirnya selesai sehari sebelum festival. Aku sempat merasa semua itu hampir tidak ada artinya.


Itulah yang kupikirkan sampai saat ini.


Ternyata, PV yang kuberikan pada Sayane telah diunggah olehnya.


Video tersebut diakhiri dengan rekaman Sayane saat masih SMP, yang dulu kuambil. Saat kami berdiri bersama di tepi sungai di musim semi......kenangan yang pernah telah kulepaskan.


Seharusnya, video itu berakhir dengan Sayane yang menunjukkan senyum polosnya, bermain gitar dengan latar belakang deretan pohon sakura.


Namun, ada "lanjutan" yang tak pernah kuperkirakan.


Kenapa, ada rekaman Kiriyama Sayane yang tidak kukenal?


Waktu yang bahkan tidak diketahui oleh pembuatnya.


Karena, bagian terakhir dari video itu telah ditambahkan.


Di bawah tangga di sisi gymnasium SMP Tabinagawa......mungkin karena kamera ditempatkan di atas anak tangga, sudut pandangnya sedikit rendah, tapi hal itu tidaklah penting.


Sisa waktu video tinggal tujuh detik.


Dengan latar belakang pemandangan yang akrab bagi kami berdua, "Sayane yang berusia sembilan belas tahun" muncul.


Dia berbicara dengan lembut ke arah lensa kamera.




Aku akan menunggu.


Izinkan aku bernyanyi di tempat yang kucintai, di samping orang yang kucintai.




Ketika aku menyadarinya, aku sudah menangis sendirian. Air mata mengalir begitu deras hingga layar menjadi kabur, dan meskipun aku terus menghapusnya dengan lengan, aku tak bisa menghentikannya.


"Ugh......Uuuh......Haa......Aah......Kenapa......aku......"


Rasa terima kasih, penyesalan, dan permintaan maaf.


Semua itu bercampur menjadi satu aliran deras yang tumpah sebagai isakan besar, mengalir deras di pipiku.


Aku terjatuh berlutut, seolah ingin memeluk Sayane yang ada di layar.


Di depan rumah, di mana tak ada orang yang melihat.


Aku terus terisak, tergolek tak berdaya, bahkan ketika air mata di mataku telah kering.




15 Oktober---lusa, adalah hari ulang tahunnya.


Hari, ketika aku melarikan diri darinya lima tahun yang lalu.


Akhir Bab 3

Post a Comment for "Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 3.2"