Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 2.3
Bab Dua - Kalau Bisa Datang, Aku Bakal Datang. Itu Adalah Kalimat Dari Seseorang Yang Tidak Akan Pernah Datang
"Argh......!"
Jari-jariku yang kaku bergerak.
Baru beberapa menit main keyboard, ujung jariku sudah menjerit-jerit keras.
Meskipun seminggu, ini baru hari Selasa. Karena festivalnya diadakan pada hari Minggu, jadi tinggal enam hari lagi, termasuk hari H.
Tadi malam, setelah mendapat bimbingan dari Emi-nee, aku kembali ke rumahku untuk tidur sekitar empat jam. Latihan dilanjutkan Selasa dini hari.
"Maafkan aku. Kamu jadi menemaniku berlatih sejak kemarin."
"Jangan khawatir. Sejak awal itu karena ide suamiku."
Emi-nee menemaniku sambil tersenyum. Dia tidak segan-segan memberikan bimbingan yang tegas saat aku berlatih, namun dia juga memberikan nasehat yang akurat dan mudah dipahami.
"Oh, yang barusan lumayan bagus!"
Ketika aku bisa mempraktikkan apa yang telah diajarkan, dia tersenyum dan menepuk kepalaku. Aku seorang pria yang sederhana, jadi hal ini memotivasiku, dan meskipun aku malu, aku merasa nyaman.
"Sepertinya setiap grup memiliki waktu sekitar delapan menit untuk tampil......tapi apa kita benar-benar akan berlatih dua lagu? Meskipun itu adalah lagu cover, menurutku akan sulit untuk belajar memainkannya dalam enam hari."
"......Tidak, kita akan memainkan tiga lagu dengan tujuan sebagai encore. Pertama, aku ingin hasil yang cukup untuk meyakinkan Sayane."
Tingkat kesulitan yang tinggi dari lagu-lagu tersebut mencerminkan selera Emi-nee, dan lagu-lagu "spesial" yang dipilihnya untuk encore.
Tidak ada gunanya kalau hanya berusaha secukupnya bagi orang rendahan. Itu tidak meyakinkan kecuali kau mati-matian memutarbalikkan sesuatu yang semua orang anggap mustahil.
"Aku akan mewujudkannya. Dengan suara yang dibuat oleh seorang NEET yang putus kuliah---sebuah encore dengan suara tegas."
Aku bisa saja tertidur dalam beberapa detik sekarang. Karena rasa kantuk yang parah dan rasa lelah yang tidak biasa yang timbul karena hidup sebagai NEET, aku ingin melarikan diri secepat mungkin. Bahkan hari ini, aku ragu-ragu selama lebih dari sepuluh menit apakah aku harus bangun dari tempat tidur atau tidak.
Tapi aku tidak ingin menjadi bajingan yang tidak bisa berusaha hanya dalam enam hari.
"Juga, aku tidak ingin mengecewakan ekspektasi Emi-nee. Kamu menungguku seperti ini."
"Yosh! Itulah semangat!"
Emi-nee menyemangatiku dengan sangat antusias.
Saat kupikir pelatihan yang sebenarnya akan segera dimulai,
"Selamat pagi.......fuaaaaa......"
Tomi-san dengan mata mengantuk sedang berdiri di pintu masuk ruangan, menguap dengan keras.
"Masakiyo-san? Bukankah hari ini shift pagimu?"
"Ngga, aku kerja lembur hari ini......Ada yang harus kulakukan dan aku butuh bantuan."
"Eh......aku sedang berlatih lho."
Meskipun pada awalnya aku enggan, ia berkata, "Ini bakal selese dalam 30 menit, jadi tolong" dan aku dibawa ke mobil Tomi-san. Tomi-san mungkin sibuk dengan pekerjaan dan persiapan festival, jadi sejujurnya aku ingin membantu jika aku bisa.
Mungkin karena perasaan yang sama, Emi-nee memutuskan untuk ikut juga.
"Aku juga membawa Liese sebelum aku mengantarnya ke SD."
Liese juga duduk di kursi belakang,
"Guu......"
Dia mengerang dan menghela napas kekanak-kanakan.
"Ini bukan urusan yang rumit. Kita hanya bepergian dan memasang brosur festival di daerah sekitar."
"Apa kamu butuh orang untuk memasang brosurnya?"
"Ya. Aku menyertakan kalian dalam acaranya, jadi aku harus membuat ulang brosurnya dari awal."
Tomi-san mengeluarkan file dari dasbor dan memberikan brosur padaku dan Emi-nee.
Teksnya tidak konsisten, resolusi fotonya rendah, dan tidak ada ilustrasi yang disukai anak-anak. Aku bahkan tidak bisa mengatakan bahwa kualitasnya bagus.
Juga, foto Liese kegedean! Gambaran Liese yang memegang gitar memenuhi 20% brosur, dan aku jadi tau kalau seperti inilah 'bias' orang tua.
"Penampilan kami......jadi kamu membuatnya setelah itu!?"
"Ya. Apa gunanya kalau kita tidak mempromosikan acara utamanya? Aku tidak banyak menggunakan komputer, jadi aku bisa bilang itu bagus......tapi aku ingin bisa membantu kalian."
Tomi-san tertawa mencela diri sendiri. Meskipun tadi malam ia kerja hingga larut malam, kenyataan bahwa ia menyelesaikan pekerjaan pagi ini......berarti ia begadang semalaman. Tidak heran ia terlihat sangat ngantuk.
Tidak sepertiku yang setiap harinya itu liburan musim panas, ia memiliki pekerjaan full time.
"Lagi-lagi, kamu berusaha sendirian. Aku juga bagian dari keluargamu, jadi kalau kamu memberitahuku, aku akan membantu mendesain brosurnya."
"Maaf maaf. Aku tidak bisa memainkan alat musik, jadi biarkan aku setidaknya membantu dalam hal ini."
Tomi-san menenangkan Emi-nee yang mengerucutkan bibirnya. Sejujurnya aku berpikir mereka adalah pasangan yang sangat serasi.
Setelah beberapa menit berkendara......kami tiba di SMP Tabi dan berhenti di ruang staf.
"Yo, Sugiura! Pagi!"
"Urh......k-kau membuatku terkejut."
Wakil kepala sekolah ketakutan dengan suara keras Tomi-san. Mungkin karena hari masih pagi, sepertinya bukan hanya para siswa tapi juga guru-guru lainnya belum masuk. Udaranya sangat dingin hingga ujung jariku gemetar, jadi kami berempat berkumpul di sekitar kompor Daruma di ruang staf. Tangan yang secara tidak sadar aku angkat perlahan mulai memanas.
"Waah, Sugiura-sensei! Ini Emilie muridmu dulu♪"
"Kepribadian ceriamu juga tidak berubah ya. Kalau kuingat dengan benar, sejauh ini kau adalah yang paling populer di kalangan laki-laki."
Sambil mengatakan ini, wakil kepala sekolah melirik ke arah Tomi-san.
"Hah? Sugiura, apa kau mengeluh tentang sesuatu? Ada apa dengan tatapan 'Kau sudah dirayu oleh berandalan sialan ini'? Haah?"
"Uwah, aku akan dibunuh oleh orang barbar yang tinggal jauh di pedalaman."
"Okelah. Buka bajumu dan turun ke lapangan, kita akan menyelesaikan ini dengan sumo!"
"Kau tidak akan jadi bocah selamanya, jadi hentikan itu."
Kedua pria itu ditengahi oleh Emi-nee yang tertegun. Mantan berandalan dan mantan wali kelas berkelahi di pagi hari.
"Oke! Aku menang!"
Jangan adu jotos sambil setengah telanjang.
"Haa......laki-laki itu selalu bodoh ya. Mulai dari Masakiyo-san, semua laki-laki sudah seperti ini sejak SMP."
Emi-nee menonton dari pinggir lapangan dengan senyum masam, tapi kuharap dia tidak memasukkanku ke dalam kategori yang sama.
"Ngomong-ngomong, untuk apa kalian datang? Aku yakin sumo bukan tujuannya, kan?"
"Bukan masalah yang besar. Bisa aku mengganti brosur festival yang dipasang di dalam sekolah dengan yang baru?"
"Ah, itu ya. Aku ngga keberatan, tapi bisa kau menunjukkan brosurnya?"
Wakil kepala sekolah menanggapi dengan semangat rendah seperti biasanya. Ketika aku bicara dengan orang ini, aku merasa mulai mengantuk.
Setelah menerima brosur, wakil kepala sekolah memakai kacamata baca. Memeriksa isinya dengan mata terfokus.
"......Tidak mungkin brosur kasar seperti ini bisa digunakan sebagai iklan."
"Seriusan!? Padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin menggunakan software editor gratisan lho!"
"Kau, ngga pernah ikut kelas komputer kan."
Saat ia akan menyampaikan keluhannya, wakil kepala sekolah dengan cepat mengangkat kacamata bacanya---
"......Bisa beri aku waktu?"
Lalu ia pergi ke mejanya. Terlihat sudah familiar dengannya, ia menyalakan komputer dari mode sleep.
Ketika aku mengintip dari belakang, aku melihat ia sudah mengaktifkan software edit gambar tertentu dan sedang membuat ulang gambar tersebut berdasarkan slogan iklan di brosur Tomi-san.
"Masakiyo, apa kau bawa data gambar untuk digunakan di brosur? Kalau kau punya, tolong pinjamkan padaku."
"O-Oh. Buat jaga-jaga aku bawa kartu SD."
Setelah menerima itu dari Tomi-san, wakil kepala sekolah menghubungkannya ke komputer.
"Membuat cetakan adalah keahlian guru. Kalau kau ada pada level ini, kau bisa dengan mudah membuatnya kembali."
Seperti yang dikatakannya, layar penyuntingan dibuat secara instan. Teks itu sendiri dipikirkan oleh Tomi-san, jadi wakil kepala sekolah bisa berkonsentrasi hanya pada presentasi dan desain.
Gambar disalin dari kartu SD dan meletakkan di layar pengeditan. Sejauh ini baru sekitar lima menit.
Aku sangat terkesan dengan tangan terampilnya dalam mengetik, membuat pintasan, dan menggunakan mouse tanpa ragu-ragu.
Guru veteran yang membuat selebaran setiap hari ini sungguh luar biasa.
"......Fiuh, selesai. Aku sudah mengirimkan datanya ke printer laser, jadi buatlah salinan sebanyak yang kau perlukan dan bawalah bersamamu."
Beberapa detik kemudian......selebaran yang telah dicetak dikeluarkan dari printer di ruang staf.
"Wow......tidak bisa dibandingkan dengan punyaku......"
Suara Tomi-san bergetar karena takjub. Ada perbedaan kualitas yang terlihat jelas.
"Sugiura......tidak, Sugiura-sensei! Makasih! Aku ngga akan pernah melupakan bantuan ini!"
"......Hei, bukankah kau terlalu cepat mengubah sikapmu? Selalu saja begitu."
Wakil kepala sekolah tersenyum pahit pada Tomi-san yang menundukkan kepalanya, tapi kurasa bukan hanya imajinasiku saja ia terlihat senang. Aku yakin itu karena tidak ada guru yang tidak senang jika diapresiasi oleh siswanya.
"Sugiura juga silahkan datang! Pasti seru lho!"
"Haha......kalo aku pengin."
Daerah ini berpenduduk sedikit, namun banyak orang yang baik hati. Aku baru menyadarinya sekarang.
Aku berpisah dengan Tomi-san dan Emi-nee dan memasang brosur di papan buletin di dalam dan sekitar sekolah, lalu kami memutuskan untuk pergi. Sesaat sebelum meninggalkan ruang guru, aku dihentikan oleh wakil kepala sekolah.
"Apa kalian akan berpartisipasi dalam festival ini, Matsumoto-kun? 'Tamu istimewa' yang tertulis di brosur mungkin adalah kalian, kan?"
"Saya pikir......itu tergantung pada Sayane. Saya harus berusaha untuk menariknya keluar dulu......"
Saat aku memberikan jawaban yang tidak menjawab,
"Kalau Matsumoto-kun dan Kiriyama-san tampil, aku akan pergi melihatnya juga."
"Seperti yang diduga, wakil kepala sekolah juga penggemar Sayane."
"......Bukan begitu, tidak ada gunanya mendengarkan Kiriyama-san sendiri. Suara yang membuatku jatuh cinta itu---yang kalian berdua ciptakan."
Meninggalkan kata-kata yang bermakna itu, wakil kepala sekolah kembali ke ruang staf.
"Ini seperti penggemar lama yang meratapi era indie yang lebih baik. Jangan khawatir."
Suara yang diciptakan oleh kami berdua......? Suara nyanyian SAYANE di Tokyo dan suara nyanyian Kiriyama Sayane di masa lalu......apa bedanya?
Aku tidak tahu. Karena aku adalah sampah yang tidak peka yang selalu melarikan diri.
"Ah~ Senangnya punya junior yang bisa diandalkan yang membantuku!"
Setelah selesai menempelkan brosur, aku dan Emi-nee dibawa ke balai warga. Aku ingin memukul Tomi-san dari belakang saat ia memimpin kami.
Yang benar saja. Apanya yang "Selese dalam 30 menit".
Saat aku melangkah ke pintu depan,
"Oh, Shuu-kun putra Iyori-san! Haha~ Kau datang membantu ya!"
"Ah, ya. Halo......"
Aku segera melihat ayah Tomi-san, dan ia menyambutku dengan sangat hangat, membuatku tidak mungkin bisa pulang dengan mudah.
Persiapan untuk hari H sedang dilakukan di balai warga. Mereka mengirimkan kursi dan meja dalam jumlah besar untuk memajang kerajinan tangan ke ruang acara, dan mereka juga membuat dekorasi dengan budget murah.
Orang-orang yang bekerja di sana tampaknya sebagian besar adalah orang-orang lanjut usia yang sudah pensiun. Dibandingkan dengan itu, hanya sedikit ibu rumah tangga yang rata-rata usianya lebih muda dari itu.
Karena ada pekerjaan berat yang harus dilakukan, aku bisa memahami kenapa ia ingin meminta bantuan bahkan dari kucing. Aku mengerti, tapi......ayah dan anak yang mirip ini pada awalnya sangat ingin menjadikanku pekerja.
Tln: 猫の手も借りたい, idiom yang bisa diartikan, sangat sibuk; saking sibuknya seseorang bahkan akan menerima bantuan seekor kucing
Seorang pria dewasa dengan terlalu banyak waktu luang di siang hari pada hari kerja---Namanya NEET Matsumoto Shuu.
Berpikir positif, aku adalah orang yang terpilih. Sebagai pekerja yang bisa diandalkan.
"Aku akan mentraktirmu makan siang, jadi tolong bantu kami! Putra idiotku harus kerja di sore hari, dan siswa yang ngga banyak jumlahnya harus sekolah, kalau hanya orang tua ini akan sulit! "
".......Ya."
Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi orang terpilih, tapi satu-satunya hadiah atas kerja kerasku adalah makan siang. Aku tidak bisa bersemangat.
"Aku juga akan membantu, jadi ayo berusaha bareng♪"
"Ya, ayo berusaha!"
Aku ingin dipuji Emi-nee, jadi aku bakal berusaha keras!!
"Oke! Kalau begitu, Shuu-kun, ayo bawa meja panjang itu denganku!"
Eh, bukan kerjaan bareng Emi-nee? Pengin pulang aja.
Emi-nee dibawa untuk melakukan pekerjaan administrasi, dan aku pergi ke tim tugas pekerja kasar yang dipimpin oleh ayah anak Toyotomi. Sepertinya aku harus menahan naik turunnya mood-ku yang cepat dan membebani tubuhku yang malas hingga sore hari.
"Ah......lelahnya......"
Mengepel ruang acara saja sudah cukup menguras energi. Aku segera mengungsi ke lobi dan menyesap dengan menyedihkan kopi kaleng yang diberikan padaku sebagai penghargaan partisipasi.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Mustahil, aku ngga bisa kerja fisik. Sudah menjadi rutinitas harianku untuk menatap layar komputer atau ponselku.
Kurasa aku bakal pulang diam-diam aja......
Aku punya beberapa pekerjaan paruh waktu selama masa SMA dan kuliah, tapi sering kali aku diberhentikan karena absen tanpa izin. Mereka secara teratur melakukan tindakan pencadangan terburuk.
Aku sudah terbiasa melarikan diri. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi setelahnya.
"......Ngga, itu tidak bagus."
Aku ingat kejadian kemarin.
Aku belum sepenuhnya menyerah. Aku tidak bisa mengecewakan Sayane.
Setelah meminum kopi kaleng yang suam-suam kuku, aku mulai memindahkan stand pameran sedikit lebih awal dari waktunya ketika semua orang telah selesai istirahat.
Selama mereka membutuhkanku sebagai pribadi, bahkan jika itu adalah tugas monoton yang tidak seorang pun suka melakukannya.
"Ah, Shuu-kun."
Emi-nee datang ke aula.
Karena namaku dipanggil, aku berniat rehat sementara dari pekerjaanku,
"Kamu banyak berkeringat lho. Kalau ngga diseka dengan benar, kamu bakal masuk angin."
Tiba-tiba, dia menempelkan handuk kecil ke dahiku. Kekuatan fisik dan motivasiku pulih sepenuhnya dalam sekejap saat aku memonopoli Emi-nee, yang memasang ekspresi khawatir di wajahnya.
Laki-laki itu sederhana. Kalau demi wanita, ia bisa membangkitkan potensinya.
"Aku berencana membawa semua kursi dan meja panjang yang tersisa."
Seorang anak laki-laki dengan semangat yang melonjak. Aku membiarkan momentumku mengambil alih dan akhirnya aku melakukan banyak pekerjaan yang tidak perlu.
Aku tidak tahu bahwa dopingku, dipuji oleh Emi-nee, akan berakhir dalam lima menit.
......Pinggangku sakit. Pengin nangis.
Emi-nee yang merupakan oasis bagi hatiku telah kembali ke posnya, dan lelaki tua di sekitarku hanya berbicara tentang rasa sakit di badannya, penyakit kronisnya, dan rumah sakit yang sering mereka kunjungi......Aku tidak punya pilihan selain membenamkan diriku dalam pekerjaanku dalam diam.
Aku ingin tahu apa ini bisa membantu semua orang.
"Fiuh, punggungku......sudah kuduga ini berat ya."
"Tetap saja, kita ngga punya pilihan selain melakukannya. Kalo kita berhenti melakukannya, tidak akan ada orang lain yang melakukannya."
Aku mendengar obrolan seperti itu dari orang-orang tua yang lelah.
Itu benar. Kalau orang-orang ini tidak merencanakan dan mempersiapkannya, acaranya mungkin tidak akan berjalan.
Bahkan jika kau mengadakan festival, kau bahkan tidak dibayar. Mereka tidak diberi status atau kehormatan apa pun. Namun, orang-orang ini tetap mengambil inisiatif.
Karena aku mencintai kota tempatku dilahirkan dan dibesarkan---alasan yang sama seperti Tomi-san.
Aku tidak punya perasaan seperti itu. Aku juga tidak punya hak untuk mencintai kampung halamanku.
"Haha! Steal!"
Hei, Tomi-san.
"Lay-up shoot! Hyuu~♪"
Jangan dengan santainya bolos kerja!
Tomi-san bekerja dengan rajin selama beberapa waktu, namun akhirnya bermain basket indoor dengan siswa SD yang pulang dari kelas paginya. Para orang tua itu juga bekerja sambil ngobrol, dan aku merasa seperti orang bodoh saat aku membawa kursi dan stan pajangan.
"Oi, kau juga mau main basket, Shuu? Yang kalah traktir jus."
"Ngga ngga......kamu di sini untuk mempersiapkan festival, bukan? Kamu harus serius, kan."
Mata Tomi-san melebar dan ia tertawa.
"Kau tahu, ini adalah persiapan untuk festival, bukan kerja."
"Meski kamu berkata begitu......"
"Kalo kita tidak bersenang-senang, kita ngga bisa membuat orang lain senang. Berinteraksi dengan penduduk setempat akan membantu merevitalisasi acara tersebut."
Aku jadi kesal karena ia sepertinya mengatakan hal yang masuk akal meskipun ia hanya sedang bolos kerja.
"Karena itu, kau juga harus ikut main---."
"Tomi-san."
"Hmm? Kau mau keringanan? Gimana kalo sepuluh poin kalo kau bisa menembak?"
"Bukankah sudah hampir waktunya shift kerja?"
Wajah Tomi-san jadi pucat saat melihat jam dinding.
Aku tidak tahu banyak tentang jam kerja shift malam, tapi ini sudah lewat tengah hari.
"Pencari nafkah keluarga adalah pekerja, aku pergi dulu!"
Tomi-san mengoper bola basketnya padaku.
Ia buru-buru melompat ke mobilnya dan berangkat kerja.
"Ehh~? Tomi-oniichan berangkat kerja?"
"Padahal pertandingannya lagi panas-panasnya. Gimana, Yousuke?"
Kedua siswa SD itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi ketidakpuasan mereka, mungkin karena onii-chan mereka yang sudah pergi. Seolah belum cukup, mereka mengalihkan perhatiannya ke arahku yang sedang memegang bola.
"Onii-chan siapa? Aku baru pernah melihatmu akhir-akhir ini."
Aku menerima reaksi aneh dari Yousuke dan yang lainnya, dan diperlakukan sebagai wajah baru. Aku tinggal di Tokyo selama sekitar lima tahun dan menghindari interaksi dengan penduduk setempat, jadi wajar saja kalau ia tidak mengenalku.
"Sepertinya kamu tidak punya teman dan lagi senggang, mahasiswa?"
"Y-Ya. Sekarang sedang 'liburan musim gugur', jadi kupikir aku akan membantu festivalnya."
Meskipun setiap hariku adalah liburan musim gugur. Maksudku, bocah bernama Yousuke ini jadi tengil karena pengaruh Tomi-san.
"Hahaha! Shuu-kun itu NEET pengangguran lho!"
Pak Tomi! Jangan tiba-tiba datang begitu! Anak SD ini jadi sedikit tertarik dengan itu!
"Kalian, bisa kalian membantuku dengan persiapannya? Aku dan pasukan orang tua tidak punya kekuatan yang cukup."
"Ngga mau. Aku ngga tertarik dengan Festival Tabinagawa. Lebih asyik main game bareng teman-temanku."
"Tiap tahunnya juga ngga menyenangkan ya. Mereka hanya melakukan hal-hal yang terdengar seperti orang tua."
Aku punya pendapat yang sama, tapi anak-anak terlalu jujur dan kejam......
"Kalau kamu bisa mengalahkan kami di bola basket, mungkin aku akan membantumu."
"Oh, serius!? Ayo!"
Mungkin karena butuh banyak bantuan, pria yang kurang olah raga ini jadi gila.
"Yosh! Kurasa aku juga akan bantu Shuu-kun! Aku jagoan klub voli di SMP Tabi, semangatku mendidih! Kalau toss, serahkan padaku!"
"Bukan toss, tapi pass."
Pak Tomi menggulung tangannya, tapi orang ini pasti sudah kehabisan tenaga.
Pada akhirnya, aku terjebak dalam permainan bola basket 2 lawan 2 dan tidak bisa melepaskan satu tembakan pun---dan aku kehabisan energi setelah tiga menit. Kaki pak Tomi terkilir setelah sekitar 30 detik dan harus meninggalkan tempat.
"Haa......haa......olahraga itu......terlalu berat bagiku......"
Aku berbaring telentang dan bernapas melalui mulut berulang kali. Para siswa SD yang mengintip dari atas terlihat tidak puas. Tolong beri aku waktu istirahat......Aku bukan Tomi-san.
"Aku tidak bisa bergerak lagi......ngga usah pedulikan aku, kalian main saja......"
"Uwah~, mau kabur ya. Padahal kamu nganggur dan punya waktu luang, menyedihkan."
Kachin.
"Nganggur dan punya waktu luang ngga ada hubungannya!"
Seorang pria berusia 20 tahun marah atas hasutan Yousuke.
Kata "Kabur" menusuk dadaku dan memaksa tubuhku gemetar hingga terbangun. Aku segera kembali ke rumah orang tuaku dan kembali ke balai warga.
"Ketahuilah kekuatan orang dewasa yang memiliki terlalu banyak waktu luang. Kalo aku menang, kalian membantuku mempersiapkan festival."
Aku mengundang mereka ke ruang istirahat, di mana terdapat TV, beserta konsol game yang dibawaku.
"Ini konsol game yang belum pernah kulihat sebelumnya, tapi kualitasnya paling tinggi! Kalau kami menang, belikan Luwitch!"
Tln: plesetan nintendo switch mungkin?
Hei hei, apa kalian mencoba memaksa NEET yang ngga punya penghasilan buat beli konsol game terbaru?
Yah......tidak mungkin seorang siswa SD yang tidak hidup di tahun 90an bisa memenangkan permainan ini!
Dari sini, adalah serangan balikku. Kami memainkan "Galaxy Fox 74" di mana hewan yang mengendarai pesawat tempur saling menembakkan sinar,
"Gimana! Masih seratus tahun terlalu dini untuk mengalahkanku! Hei, hei, hei!"
Seorang pria berusia 20 tahun yang tidak dewasa dan tak tertandingi ketika berhadapan dengan siswa SD.
Wajar kalo aku menang. Game ini dirilis sebelum anak-anak ini lahir.
Aku orang dewasa yang buruk yang tidak mengajari mereka cara melakukan jungkir balik atau memutar balik. Maaf, anak nakal.
"Apa!? Kalian berhasil mengelak......?"
Mereka melakukan jungkir balik yang belum pernah kuajarkan, dan menghindari serangan sinarku. Para siswa SD, yang sudah terbiasa dengan kontrolnya, bersatu dan mengepung petarungku, yang menggunakan rubah.
Mereka ini! Mereka mencari di Google cara melakukan itu!
"NEET-niichan pergi ke sana! Kepung dan serang!"
Siswa SD memberikan instruksi yang tepat......maksudku, bisa kalian berhenti memanggilku NEET-niichan karena itu membuatku ingin menangis lho? Serangan mental itu cuma buat pengecut, lho?
"NEET-niichan, jangan menyerah. Percayalah pada indramu sendiri."
"Berisik!"
Ini kedua kalinya aku jengkel karena hasutan Yousuke. Bukankah aku terlalu anti sosial untuk membalas semua perkataannya hanya dengan "Berisik"?
"Hei, ada seorang gadis bernama Liese di sekolah kalian, kan? Bagaimana dia di sekolah?"
Untuk menghindari serangan mental, aku mencoba berbasa-basi, tapi Yousuke terdiam.
"Ada~. Kita satu kelas kan."
Teman Yosuke menyikutnya dengan siku seolah ingin mengolok-oloknya. Mungkinkah ini......?
"Apa Yousuke suka sama Liese?"
"S-Siapa juga yang suka sama orang aneh sepertinya! Aku hanya mengkhawatirkannya karena aku kasihan dia selalu sendiri!"
Aku diserang balik dengan wajah memerah, dan situasi pertarunganku memburuk secara signifikan.
"Aku......kalah di Gafo!? Matsumoto Shuu, yang (memproklamirkan diri) sebagai yang terkuat di Tabinagawa!?"
Tln: Gafo, Galaxy Fox
Pilihan terakhir ketika kau terpojok adalah melakukan reset, tapi seperti yang diharapkan, itu adalah tindakan seorang pengecut. Pria ini, yang berada di ambang kekalahan dan hati nuraninya terluka, diam-diam mengetuk-ngetuk lantai. Pertandingan ini......sebut saja seri!
"Ah!? Ada bug!?"
"Hmm, ini game lama jadi kurasa mau gimana lagi."
Freeze paksa karena sedikit getaran. Anak-anak mengalihkan kecurigaan mereka pada orang dewasa yang tidak bersalah, tapi aku mengganti kaset itu dengan wajah yang tidak bersalah.
Kalo Golden Ain aku bisa menang. Kalo aku memilih karakter Odd Jeep, lalu membuat barikade di kamar mandi dan menyerang......aku seharusnya bisa menang!
"Kuharap Nii-chan juga bisa me-reset kehidupan Nii-chan yang curang ini."
"Hei, hentikan. Aku jadi mau nangis."
Serangan mental kalian mencungkil hatiku lebih dari yang kalian kira.
Kalau aku bisa menjalani hidupku berulang-ulang seperti di dalam game......mengharapkan hal itu adalah hal yang bodoh dan sia-sia.
"Hei, mau sampai kapan mau main? Shuu-kun, kamu terlihat seperti anak SD."
Sebelum aku menyadarinya, Emi-nee sudah mendekat di belakangku dengan ekspresi heran di wajahnya.
"......Tomi-san lah yang mulai main-main lho."
"Soalnya orang itu selalu jadi anak SD. Shuu-kun, kamu ngga boleh terpengaruh oleh hal itu."
TV dimatikan menggunakan remote, dan aku didorong kembali ke aula. Yang mengejutkan di sini adalah anak-anak SD yang tidak terlibat dalam pekerjaan mengikuti ke aula.
"Aku kasihan ke NEET-niichan, jadi aku akan membantu."
"Ayo kita main game itu lagi lain kali."
Sambil mengatakan itu, para anak SD mulai membantu. Meskipun interaksinya singkat, itu adalah bukti bahwa kami telah menjadi teman sampai batas tertentu......mungkin?
Aku hanya membawakan game-nya, tapi seperti Tomi-san, itu adalah perubahan kecil yang terjadi karena aku mengambil tindakan sendiri. Kalau aku menolak untuk berbicara, interaksi ini tidak akan ada.
Saat aku masih SD, Tomi-san biasa main denganku seperti ini......
"Pastikan datang ke Festival Tabinagawa. Pasti akan menyenangkan......bukan, kami akan membuatnya menyenangkan."
"Ya! Aku akan mengundang semua temanku untuk datang dan bermain!"
Bahkan janji lisan seperti ini dengan Yosuke terasa baru bagi orang sepertiku yang belum terbiasa.
【Kalo kita sendiri ngga bersenang-senang, kita ngga bisa membuat orang lain senang】
Cuplikan kata-kata yang ditinggalkan Tomi-san tadi.
Masih sulit bagiku untuk memahaminya, tapi aku tidak keberatan melakukan hal seperti ini sesekali.
"Makasih ya! Itu sangat membantu~!"
"Kaum muda sungguh luar biasa ya~!"
"Tidak apa-apa......meski aku kewalahan setelah istirahat siang, tapi aku senang persiapannya berjalan dengan baik."
Tempat acara selesai pada sore hari.
Aku mendapat sedikit apresiasi dari penduduk setempat, termasuk ayah Tomi-san.
Aku menghindari interaksi......tapi ia berbicara dengan nada yang terdengar seperti sedang memuji anaknya sendiri.
Entah kapan terakhir kali. Dihargai oleh orang lain.
Aku akan berusaha sebaik mungkin selama beberapa hari saja---agar lebih banyak orang bisa mengetahui tentang apa yang telah dibuat oleh orang-orang ini.
Karena aku ingin jadi orang yang lebih dekat lagi dengan Matsumoto Shuu yang diharapkan Kiriyama Sayane.
"Kupikir sekarang Liese masih di penitipan anak-anak, Shuu-kun juga mau ikut menjemputnya?"
Kelompok persiapan dibubarkan dan aku pergi ke penitipan anak-anak terdekat bersama Emi-nee.
Saat aku berjalan bersebelahan dengannya, entah bagaimana aku menyadari sesuatu.
Entah sejak kapan, aku sudah melampaui tinggi badan Emi-nee.
Emi-nee yang kulihat ketika aku masih kecil lebih tinggi......dia benar-benar seorang kakak perempuan yang sudah dewasa. Bukan karena dia menyusut, tapi aku telah tumbuh menjadi dewasa dalam beberapa tahun kami tidak bertemu.
"Hmm? Ada apa?"
Emi-nee memiringkan kepalanya dengan penasaran, seolah merasakan pandanganku dari samping.
Meski aku senang dengan itu,
"Bukan apa-apa......aku hanya berpikir kamu cantik seperti biasanya."
"Hei hei, jangan iseng ke orang yang lebih tua. Kalau ada yang menyebutku cantik, aku jadi senang meski sedang di depan umum."
Sedih juga merasakan waktu terus berjalan yang tidak akan pernah bisa kembali lagi.
Sambil merasakan rasa melankolis, aku menikmati berlalunya percakapan santai sehari-hari.
"Ini soal iklan untuk Festival Tabinagawa, apa kamu berpikir untuk membuat PV untuk itu?"
"Hmm, saat ini kita sudah berusaha dengan brosur dan website. Ada banyak orang di usia ini yang tidak tahu banyak tentang hal itu, dan menurutku Masakiyo-san juga tidak begitu berpengetahuan."
Kalau itu masalahnya, mungkin aku bisa membantu.
Kalau aku mengikuti ingatan samar-samar delusiku, aku akan memahami kemampuanku.
"Aku memang sedang belajar......tapi bisakah menyerahkannya padaku? Ini mungkin efeknya kecil dibandingkan dengan popularitas Sayane. Tapi itu lebih baik daripada tidak---"
Itu jauh lebih baik daripada tidak mengambil tindakan atau memutuskan bahwa itu sia-sia sejak awal.
******
Post a Comment for "Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 2.3"