Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 1.2
Bab Satu - Gadis Yang Tidur Dengan Jersey Masa SMP-nya
Ketika masih kecil, aku memiliki begitu banyak energi sampai-sampai aku merasa bisa pergi ke mana saja di kepulauan Jepang pakai sepeda. Namun sekarang, bahkan bersepeda ringan di kota ini saja sudah membuat jantungku kembang kempis dan sesak napas......dan nyeri otot di hari berikutnya sangat menyakitkan dan tak tertahankan.
Orang-orang berpakaian seperti siswa SMP setempat menatap air dengan mulut terikat dalam garis lurus.
Tempat memancing yang dipilih Tomi-san adalah parit sedalam sekitar satu meter yang tidak bisa disebut kolam......yang berjarak sepuluh menit dengan sepeda. Air mengalir dari jalan setapak dan sungai-sungai kecil dan menggenang di sudut-sudut sawah. Rumput mati dan ranting-ranting pohon menggenang di permukaan air yang berlumpur, dan transparansi hampir tidak ada.
Dulu ini adalah tempat Tomi biasa menangkap ikan Aburahaya, tapi hari ini tidak mungkin bisa menangkapnya lagi.
Tln : Aburahaya, kalo dalam bahasa inggrisnya Amur atau Lagowski, tapi aku gatau di indonesia sebutannya apa
Dengan pancing yang terbuat dari ranting pohon yang kutemukan di satu tangan, aku menunggu ikan-ikan, dengan ekspresi kosong di wajahku.
Di sebelahku, Sayane dengan wajah masam, dengan memegang joran buatannya sendiri, juga sedang menunggu ikan.
Pikiranku didominasi oleh kebingungan dan keraguan. Aku harus melawan keheningan yang tak berujung di udara, tanpa ada ikan yang terlihat. Tidak mungkin, situasi ini.
Kenapa!? Tomi-san tidak ada di sini!
Sampai tadi, percakapan telah dibuat dengan Tomi-san sebagai titik penghubung, dan tidak pernah ada satu pun percakapan di antara kami berdua.
Ketika kami bertiga mengayuh sepeda pun, aku bersembunyi di belakang Tomi-san, seperti pelari yang menghindari hambatan udara.
Tepat ketika aku berpikir ia tiba-tiba mengatakan sesuatu seperti, "Ikannya pasti akan memakan umpannya, jadi berusahalah sampai saat itu~" pikiran itu dengan cepat menghilang. Padahal ada banyak serangga menggeliat di wadah umpannya......
Orang itu berhasil, ia berhasil, bajingan itu. Ia delapan tahun lebih tua dariku, tapi bajingan itu.
....................
.............
Rasanya sangat canggung.
Satu menit terasa seperti satu jam. Aliran waktu terasa lambat. Nyanyian serangga dan gemericik air sungai terdengar sangat keras sehingga memberikan ilusi lebih jelas.
Posisi kami berdiri sangat berjauhan. Pada jarak dimana meskipun kami merentangkan tangan, ujung jari kami tidak akan saling bersentuhan. Aku berpikir dalam hati, bahwa inilah jurang pemisah di antara kami, jarak di antara hati kami.
Jika kami tidak bisa saling menjangkau bahkan saat kami mengulurkan tangan satu sama lain, maka salah satu dari kami tidak punya pilihan selain melangkah mendekat. Namun, memilih untuk menjauh itu lebih tidak menyakitkan.
Melarikan diri itu mudah, seperti obat yang memberikan kelegaan sementara dari penderitaan. Kenyamanan itu pada akhirnya menjadi kebiasaan, dan jika terus melarikan diri, kau akan kehilangan segalanya. Sama sepertiku sekarang.
Seseorang, ubahlah suasana ini. Aku tidak punya keberanian untuk melakukannya.
"Orang-orang haus akan Tuhan, dan Dia akan datang kepada mereka yang mencari-Nya. Liese, penyelamat manusia yang bodoh."
Seorang gadis bule dengan pakaian loli gotik mencolok memecahkan kebuntuan.
Aku dan Sayane menoleh ke belakang pada saat yang bersamaan. Gadis Barat itu, yang terlihat tidak pada tempatnya di tengah lanskap sawah yang luas, memegang pancing di depannya, seolah-olah itu adalah pedang atau semacamnya.
K-Kerennya......bukan itu, aku tidak ingat ada gadis seperti ini di daerah pedesaan ini.
"Joran itu......itu yang digunakan Kiyo bodoh tadi, kan?"
Sayane bertanya pada gadis itu. Saat dia mengatakannya, memang benar itu adalah joran yang sama dengan yang dibawa Tomi-san. Entah kenapa, itu juga dilengkapi dengan spinning wheel.
"Pedang ini adalah kekuatan keadilan untuk mengakhiri konflik."
"Itu terlihat hanya alat pancing bagiku."
"Meskipun hanya alat pancing, ini bisa mengeluarkan kekuatan mistis yang luar biasa lho."
Gadis itu menangkal tsukkomi-ku dengan aksen yang aneh. Dia bergerak mundur dan mengayunkan tongkatnya secara vertikal seolah sebagai ganti memberi salam. Dia pasti akan melakukan casting.
Tln: gadis kecil ini ngomongnya hiragana dan katakana dicampur aduk
Sejujurnya---aku tidak tahu kenapa dia melakukan casting di parit yang seperti genangan air ini. Mungkin itu untuk keperluan visual. Umpan yang melambung indah menukik ke permukaan dan dengan tenang tenggelam.
Tln : Casting, salah satu teknik memancing dengan cara melempar dan menggulung kembali umpan yang dilemparkan, secara berulang ulang.
Dan hanya lima detik kemudian---
"Wasshoi!"
Saat gadis itu mengangkat pancingnya sambil berteriak, seekor ikan menggigit kail dan terbang di udara!
Gadis ini menangkap ikan dengan sangat mudah. Padahal kami tumbuh di sini dan ember kami masih kosong, tapi gadis yang terlihat seperti orang asing ini......bisa menangkap seekor Aburahaya dengan mudahnya.
Seolah ingin pamer pada Sayane dan aku yang tertegun, gadis itu melepaskan kembali Aburahaya itu ke dalam parit. Baiknya.
"Bermainlah dengan Liese!"
Gadis itu menyilangkan tangannya di depan dadanya yang kecil dan mengatakan itu.
Dari wajahnya yang putih bersih dan tinggi badannya yang pendek, aku yakin dia pasti berusia sekitar pertengahan sekolah dasar.
"Namanya Liese? Liese......? Rasanya aku pernah mendengarnya di suatu tempat......."
Saat aku mencoba mencari di lautan ingatanku, aku sampai pada kesimpulan tertentu.
Sebuah kesimpulan yang menjelaskan kenapa dia membawa alat pancing Tomi-san, keberadaannya di daerah pedesaan terpencil seperti ini, dan kemunculannya pada saat yang sempurna ini.
"Jangan-jangan, dia ini anak Tomi-san!"
"Eh......!?"
Aku dan Sayane yang terkejut saling bertukar tatapan.
"Istrinya, Emi-nee, itu orang Inggris, jadi anak ini keturunan campuran. Terakhir aku menggendongnya saat dia masih kecil, jadi dia sepertinya sudah tumbuh besar."
"Kurasa aku juga pernah menggendongnya saat itu. Kalau tidak salah sekitar tujuh tahun yang lalu......aku ingat namanya Liese."
"Benar. Kita sering pergi ke rumah Emi-nee dan main dengan Liese dan sebagainya."
Sayane juga sepertinya ingat dia, jadi sudah pasti dia adalah putri Tomi-san.
"Tomi-san memberimu beberapa instruksi, kan?"
"Orang biasa itu tidak mengatakan apa pun. Liese, seorang pengembara yang sendirian di daerah terpencil untuk mencari rekan. Dia adalah penyelamat revolusi, dan dia sedang dalam perjalanan pelatihan."
Tomi-san diperlakukan sebagai orang biasa tanpa ragu-ragu. Tidak, orang biasa itu memang benar, tapi bukankah biasanya papa atau semacamnya?
"Apa mungkin kamu tidak punya teman di sekolah?"
"Aku tidak berteman. Itu membuatku lemah."
Liese menikmati senja sambil memandangi hamparan sawah yang tenang. Singkatnya, bisakah aku menganggapnya, "Aku tidak punya teman dan aku sedang luang, jadi aku berkeliling," begitu?
Pola asuh seperti apa sih yang dilakukan oleh pasangan itu......? Dia tumbuh jadi aneh begini......
Namun, kemunculan Liese sangat membantu.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Ketegangan yang sudah menumpuk, agak terangkat dan udara tampak sedikit menghangat. Minus 20 derajat Celcius menjadi minus 10 derajat Celcius, bukan menghangat seperti itu. Pokoknya, dengan ketambahan Liese, aku melanjutkan memancing---
"......Apa yang kau lakukan sih."
"......Ada masalah?"
"......Tidak, tidak juga."
Masalah yang tidak akan pernah lepas dari Sayane sejak SD. Dia meletakkan Liese di atas lututnya dan duduk seperti memeluknya sambil memancing.
"Liese-chan, kamu senang bersamaku, kan~?"
"Mmm, aromamu memikat dan terasa menyenangkan. Orang biasa itu berbau seperti orang tua, tapi aku mengakui Sayane punya aroma yang sangat menyenangkan. Seperti badut yang bisa dimanipulasi, seorang wanita yang ingin kupeluk dan kutembus."
"Uwah~ Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, tapi kamu sangat imut~♪ Aku ingin membawamu pulang bersamaku~♪"
Sayane menggeliat dengan matanya meleleh. Hentikan suara lembut yang tidak cocok untukmu itu. Anak ini, begitu dia melihat gadis kecil yang imut, dia akan sangat bersemangat, jadi dia punya julukan 'Loliyama'.
"Loliyama si lolicon masih sehat ya."
"Hah? Sudah kukatakan berkali-kali kalau ini itu sikap keibuan. Kalau kau mengatakannya lagi, aku akan memukulmu."
Dia sedikit kesal dengan ekspresi seperti iblis......
Saat aku berkonsentrasi untuk memancing dalam diam, agar tidak mengganggunya lebih jauh,
"Ugh, ugh......Kya.....aahhh......."
Jeritan kecil terdengar dari sebelah.
Sayane memperlihatkan wajah pucat di depan setumpuk serangga umpan yang menggeliat.
Anak ini yang tidak bisa menyentuh serangga tidak bisa memasang umpan. Tomi-san yang bertugas memasang umpan juga tidak ada, dan dia kebingungan, seperti tidak tahu harus berbuat apa.
"Ui~"
"Kyaaaaaah! Jangan ke sini! Bodoh! Jangan konyol! Kubunuh kau!"
Saat aku bercanda dan mendekatkan serangga umpan padanya,
"Uuh......?"
Sayane dengan matanya yang seperti akan menangis memukul perutku dengan keras.
Rasanya sarapanku akan keluar dari perutku......
Sayane sangat tegas saat berhadapan dengan manusia, tapi dia payah menghadapi anjing ganas dan serangga kecil. Sebagian besar karena alasan sederhana bahwa mereka membuatnya takut saat kecil.
Aku tahu ini bukan urusanku, tapi aku memeriksa ranselku dan menawarkan sosis ikan padanya.
"......Mau pakai ini?"
Aku membeli sosis ikan di sebuah toko kelontong yang kami lewati dalam perjalanan ke rumah orang tua Sayane. Aku membelinya untuk berjaga-jaga saat berpikir kalau dia tidak bisa menyentuh umpannya.
"......Apa boleh buat, aku akan meminjamnya."
Dasar suka bicara besar.
Setelah mendekat, Sayane menerima umpan dan melanjutkan memancing dengan sepotong sosis yang disematkan pada kailnya. Setelah beberapa saat, Liese merasa lapar dan, "Aku lapar, tapi aku tidak akan kalah dalam perang suci," katanya sambil mengunyah sosis.
"......Kau belum menangkap ikan satupun, kan?"
"......Kau juga belum, kan. Kau bahkan tidak bisa menyentuh cacing."
Entah kenapa aku terpancing, jadi aku meladeninya.
Memang benar, satu-satunya yang selalu menangkap ikan adalah Tomi-san.
"Hanya saja aku tidak bisa memancingnya dengan sosis."
Datanglah sebuah alasan.
"Kalau begitu, kenapa tidak menggunakan serangga saja sebagai umpan?"
"Diam. Jangan bicara padaku."
Dia dengan dingin marah padaku.
Setelah beberapa percakapan yang canggung---
"Oh, aku dapat."
Aku merasakan sedikit getaran pada joranku. Ketika aku mengangkat ujung joran, aku menangkap seekor ikan aburahama kecil. Aku menatap Sayane dengan ekspresi puas di wajahku dan melihat dia menggigit bibirnya karena frustrasi.
Kalau dipikir-pikir, sejak dulu dia selalu keras kepala dan tidak mau kalah. Aku merasakan permusuhannya dalam diam.
"Liese-chan, aku akan sedikit serius, jadi maaf ya."
Sambil memindahkan Liese yang berada di pangkuannya ke samping, Sayane membungkuk ke depan dan melemparkan kailnya jauh ke arah dalam air di mana ikan mungkin bersembunyi. Jari-jari kakinya sudah tidak menyentuh tepian lagi.
Parit kecil ini lebarnya kurang dari dua meter. Tepi dekat airnya lembab oleh rumput liar, dan jika kau menaruh setengah kakimu di tempat seperti itu......
"Sayane, mundur sedikit ke belakang---"
Baru saja aku akan memberikan peringatan untuk kebaikannya!
Tanah berlumpur membawa kakinya dan, seperti yang kutakutkan, Sayane kehilangan keseimbangan. Refleks yang terkondisi. Aku mencoba menopangnya, tapi......
Itu terjadi begitu cepat......jadi kami akhirnya terjatuh ke dalam parit yang hitam.
Percikan airnya lebih kuat dari kembang api. Kami harus berdiri di sana, setinggi pinggang di dalam air, tertegun.
"......Kau yang terburuk."
"......Itu kalimatku."
Meskipun kedalaman air yang dangkal sudah diketahui sebelumnya, kami berdua tidak bisa menghindari basah kuyup dengan air keruh yang kotor. Beruntung kami memakai baju jersey SMP Tabi. Kalau kami memakai pakaian mahal atau sepatu, mungkin kami tidak bisa pulih dari kejadian ini.
Ponselku tahan air, jadi kurasa tidak apa-apa......Rumput mati menempel di rambut dan wajah kami, dan seluruh tubuh kami berbau seperti lumpur......
"Liese......aku akan menghargai kalau kamu membantuku."
"Ditolak. Kotor."
Mengerikan. Bahkan anak-anak sekolah pun sudah menyerah padaku.
"Fufu......."
Tiba-tiba, Sayane memegang mulutnya dan tersenyum seolah dia akan terbahak-bahak,
"A-Ada apa?"
"Tidak......bukan apa-apa. Aku hanya merasa nostalgia."
Dia dengan cepat memalingkan muka dan dengan tidak nyaman berjalan ke tepi.
Aku juga memikirkan hal yang sama. Jika ini adalah deja vu dari masa ketika kami menikmati setiap harinya, maka akan lebih sulit lagi untuk merasakan kekosongan dan kehilangan situasi saat ini. Semuanya berbeda dengan lima tahun yang lalu bagi kami berdua.
Kami berdua yang mengenakan jersey, yang telah menyerap banyak air, merangkak ke darat sambil meneteskan air,
"Uwah, kalian berdua sama kotornya! Kalian sedang kompetisi renang?"
Yang menanti kami adalah tawa yang sangat menyebalkan. Aku yakin Sayane juga merasa sama ketika Tomi-san kembali, mengolok-oloknya, dengan niat membunuh yang aneh!
"......Dinginnya. Aku bisa masuk angin kalau terus begini."
Sayane menggigil. Merendam diri dalam air seperti ini pada musim ini, bahkan bagiku, terasa sedingin itu di kulit.
"Kurasa kalau kalian memeras jersey kalian, seharusnya tidak ada masalah. Kalau ada handuk, kalian juga bisa mengeringkan badan kalian sebelum kembali."
"Kembali ke rumah dalam keadaan seperti ini, rasanya seperti menjadi sorotan publik."
"Panen padi sudah selesai dan tidak ada seorang pun di sekitar sini, jadi kenapa kau tidak pergi ke tempat teduh di tepi sungai? Tidak akan ada yang melihat kecuali burung, kucing dan anjing!"
"Bukan itu masalahnya. Melepas pakaian di tempat terbuka......Itu sebabnya aku tidak suka orang desa."
Keberanian Tomi-san yang mengatakan hal tersebut dengan tenang adalah sesuatu yang patut dicontoh. Meskipun mungkin bisa diucapkan pada anak-anak, mengatakannya pada seorang wanita berusia sembilan belas tahun adalah luar biasa.
Seorang gadis yang basah kuyup dengan jersey bepergian melintasi daerahnya dengan sepeda roda tiga......Agar tidak menjadi perbincangan tetangga yang memalukan, Sayane yang enggan menghadapinya akhirnya dengan berat hati pergi ke tempat teduh di tebing untuk merapikan penampilannya.
Aku, Tomi-san dan Liese pergi ke depan parit.
"Liese! Ayo adu kekuatan ayah dan anak buat tau siapa yang bisa menangkap ikan lebih banyak!"
"Ketahuilah tempatmu, rakyat jelata. Biarlah Juru selamat yang menghakimi para perampok umat manusia."
"Bukan rakyat jelata, tapi Papa, kan? Ya, coba panggil aku Papa."
"Kau memiliki banyak kepribadian."
"Di mana kesalahanku dalam membesarkanmu ya......"
Sang Orang tua dan anak yang rukun (?) memancing di belakangku, aku terus meremas jaket jerseyku. Di sisi lain tepian, seharusnya juga ada Sayane.
Meskipun tidak banyak pejalan kaki di jalan, namun kurasa aku masih seorang anak laki-laki yang sehat ketika aku berfantasi tentang adegan tidak senonoh, yaitu, mengenakan pakaian dalam di udara terbuka dan secara hati-hati menyeka tubuhnya yang basah.
Mungkin saja dia juga memasukkan tangannya ke dalam dalamannya, dan mengelus keringat dan kelembapan yang menempel di sana.
"Heh heh heh, kau berpikir yang aneh-aneh ya~"
Tomi-san menggodaku sambil tersenyum. Tidak, kau pasti juga memikirkan hal itu.
"Bagaimanapun, kau jadi bisa sedikit mengobrol dengan Sayane ya."
"Ah......"
Tomi-san menunjukkan hal ini padaku dan aku akhirnya harus menyadarinya. Saat Tomi-san pergi, aku bisa bercakap-cakap dengannya, meskipun dengan kikuk. Percakapan itu benar-benar canggung dan jarak masih sangat jauh, tapi......
"Ketika aku berada di tengah-tengah kalian, kalian pasti akan mengandalkanku. Namun, bukan berarti itu bagus, jadi kupikir aku akan mengirim Liese."
"Itu bukan......urusanmu."
"Begitu ya, aku minta maaf soal itu."
Tomi-san tersenyum dengan senyum yang ringan, seakan ia bisa melihat menembusku. Aku menatap kakiku dan menahan emosi setengah hati yang aku tidak tahu bagaimana menghadapinya.
Aku ingin tahu apakah Tomi-san percaya pada keajaiban. Tidak mungkin aku dan Sayane bisa kembali ke hubungan kami yang dulu. Karena tidak mungkin dia akan memaafkan sampah yang melarikan diri.
Setelah beberapa menit, Sayane yang cemberut kembali. Dia masih sedikit lembab, tapi akan mengering seiring dengan berlalunya waktu.
"Sayane, Shuu punya fantasi erotis tentangmu."
"......Menjijikan."
Aku merasa malu pada diriku sendiri karena tidak bisa menyangkal pada Sayane yang menarik pipinya dengan kuat.
Maksudku, tolong jangan campur tangan dengan perkara yang tidak perlu, Tomi-san. Sudah cukup sulit bagiku dibenci seperti orang yang rendah seperti ini, tapi jika citra seorang cabul juga melekat padaku, tidak ada yang bisa kulakukan.
Setelah itu---kami melanjutkan memancing hingga sore hari, dan tak perlu dikatakan lagi bahwa hanya Tomi-san dan Liese yang mendapatkan hasil tangkapan yang besar.
******
Post a Comment for "Kimi no Wasurekata wo Oshiete [LN] J1 Bab 1.2"