Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J5 Bab 1.2

 Bab 1 - Reuni Kedua




"Hari ini pasti sangat panas di luar soalnya cuacanya sedang cerah."


Rumah nenek Aoi-san terletak di sudut  di pinggiran desa, dikelilingi oleh ladang dan lanskap Jepang kuno yang indah.


Ketika kami tiba, nenek Aoi-san menyambut di depan pintu sambil tersenyum.


"Aku akan membuatkan secangkir teh dingin."


"Terima kasih."


Rupanya, dia menunggu kedatanganku di depan rumah.


Segera setelah kami bertemu, aku disambut dengan hangat, dan kami mulai berbincang-bincang di pintu depan, tapi Aoi-san mendorong kami dan berkata "Daripada berdiri begini lebih baik masuk ke dalam."


Dalam cuaca panas seperti ini, akan sulit bagi nenek Aoi-san untuk terus berdiri dan berbicara di depan pintu masuk, jadi aku pun setuju.


Aku diantar ke ruang keluarga dan menunggu dengan sedikit gugup sampai mereka kembali.


Merasa seperti kucing pinjaman, aku melirik ke luar dari beranda untuk mengalihkan perhatianku.

Tln: 借りてきた猫/Karitekita neko, idiom


Suara sejuk lonceng angin yang tergantung di teras tumpang tindih dengan kicauan jangkrik yang datang entah dari mana. Angin yang mengalir dari taman yang terawat dengan baik sangat sejuk sampai-sampai AC tidak diperlukan.


Ini seperti pedesaan ideal yang kau lihat dalam anime atau film.


Tidak heran kalau Aoi-san senang tinggal di sini, dan aku pun tidak keberatan dengan tempat seperti ini.


Kupikir bukan ide yang buruk untuk menghabiskan hari tua dengan bersantai di tempat seperti ini.


"Akira-kun, maaf membuatmu menunggu."


"Terima kasih."


Aoi-san kembali dengan dua gelas di tangannya, menawariku satu gelas dan duduk di sampingku.


Setelah beberapa saat, nenek Aoi-san juga datang dan menyajikan semangkuk manisan di depanku. Setelah itu, dia duduk di seberang meja dariku dan membungkuk dalam-dalam untuk mengucapkan terima kasih.


"Terima kasih banyak Akira-san untuk semua yang telah kamu lakukan untuk Aoi."


"Oh tidak, tolong angkat kepala Anda."


Nenek Aoi-san melanjutkan sambil perlahan-lahan mengangkat kepalanya.


"Kalau saja Akira-san tidak menolong Aoi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya sekarang. Aku tidak bisa cukup berterima kasih karena bisa bertemu Aoi lagi atau tinggal bersamanya.


"Saya sudah menerima banyak terima kasih dari Anda."


Seperti yang kukatakan, memang seperti ini saat kita bertemu sebelumnya.


Aku tidak keberatan dengan ucapan terima kasih darinya, tapi kebanyakan menerima terima kasih juga membuatku merasa tidak enak.


Namun, akan sangat tidak sopan untuk menyepelekan perasaan terima kasih orang lain, dan kalau aku berpikir ini adalah bukti bahwa beliau sangat peduli dengan Aoi-san, maka mungkin aku harus menerima rasa terima kasihnya yang berlebihan dengan pikiran terbuka.


Meski begitu, aku merasa seperti ini terlalu banyak, tapi kali ini---


"Sayalah yang seharusnya berterima kasih."


Aku meluruskan punggungku dan membungkuk dengan sopan.


"Saya sangat bersyukur bisa menginap di sini selama saya tinggal di sini."


Sebenarnya, aku diizinkan untuk tinggal di rumah nenek Aoi selama berada di desa ini.


Tadinya aku berencana untuk menginap di hotel atau manga cafe dan sudah menyiapkan uang, tapi ketika kucari-cari, tidak ada fasilitas di mana saya bisa menginap......Walaupun di pedesaan, kau tidak akan mengira tak ada satu pun, kan?


Kalau kau mengatakan aku terlalu meremehkan pedesaan, aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.


Ketika saya berdiskusi dengan Aoi-san dalam kesulitan itu, dia berkonsultasi dengan neneknya dan beliau berkata, "Kamu bisa tinggal di sini selama beberapa hari yang kamu inginkan. Malahan aku lebih suka kamu terus tinggal di sini."


Aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan maksud dari kalimat yang terakhir, tapi sebagai seorang siswa yang hidup dengan uang saku, tidak ada tawaran yang lebih memuaskan daripada ini, dan aku memutuskan untuk tinggal tanpa ragu-ragu.


"Aku tidak bisa menawarkan banyak jamuan, tapi silakan anggap seperti di rumah sendiri. Ruang tamu yang biasanya digunakan sebagai gudang sudah dibersihkan, jadi kamu bisa menggunakannya."


"Terima kasih."


Aku berterima kasih dengan keramahan yang lebih dari memuaskan.


"Atau apa kamu lebih suka tinggal di kamar yang sama dengan Aoi?"


""Hmm?""


Aoi-san dan aku sama-sama memiliki tanda tanya di kepala kami saat mendengar pernyataan tak terduga ini.


Apa aku salah dengar......?


Kedengarannya seperti usulan yang konkrit.


"Kalau mau, kenapa tidak menggunakan satu set futon saja?"


"T-Tunggu, Nenek---!?"


Saat itu Aoi-san meninggikan suaranya sementara wajahnya berubah menjadi merah padam.


Ternyata aku tidak salah dengar.


Kurasa ini pertama kalinya aku melihat Aoi-san berbicara begitu keras.


"Aku sudah berkali-kali bilang kalau tidak perlu membicarakan hal itu!"


"Tapi, hei, ia sudah datang jauh-jauh untuk menemuimu, dan kalian berdua sudah tinggal bersama untuk waktu yang lama, jadi kamu tidak perlu merasa malu sekarang, kan?"


"Nenek, tolong jangan bahas itu lagi......!"


Aoi-san memohon, menyembunyikan wajahnya yang merah dengan kedua tangannya.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Ah, begitu ya.......dengan kata lain, ini sepertinya adalah niat baik nenek Aoi-san sendiri.


Aku agak penasaran karena itu adalah usulan yang nakal atau mungkin kelewatan, tapi dengan kata lain, nenek Aoi-san mungkin berpikir bahwa kami berpacaran dan pacar Aoi-san sudah datang jauh-jauh untuk menemuinya.


Kalau memang demikian, aku akan sangat berterima kasih atas perhatiannya, tapi sayangnya situasinya sedikit berbeda.


Meskipun aku berharap itu akan terjadi di masa depan, kami masih berteman sekarang, nek.


"Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Mengerti, Akira-san."


Dia mengalihkan pandangannya ke arahku seolah-olah mengatakan, "Serahkan padaku!"


Mohon bantuannya, tidak mungkin aku mengatakan hal seperti itu.


Sama seperti Aoi-san, aku kesulitan menjawab ketika diminta persetujuan.


"Maafkan saya karena tidak bisa memenuhi harapan Anda, tapi kami masih berada dalam hubungan dimana hal seperti itu membuat kami malu."


Pokoknya, aku menjawab sambil merasa menyesal untuk berbagai hal.


"Eh......?"


Kemudian, nenek Aoi-san membuat ekspresi terkejut dan menatap Aoi-san dan aku secara bergantian.


Wajar saja kalau terkejut, kan?


"B-Begitukah?"


"Itu sebabnya aku sudah bilang berkali-kali, kan......?"


"Kupikir Aoi hanya malu dan mengelaknya......"


Suasana canggung yang hebat menggantung di antara kami bertiga.


Aku merasa kasihan pada Aoi-san yang sering diejek oleh keluarganya tentang  kehidupan percintaannya.


"Oh, ya ampun......kalau begitu, gunakan kesempatan ini dan beruanglah!"


"Ah ya......."


Aoi-san memerah sampai ke telinganya sambil meneriakkan sesuatu yang tidak bisa didengar lagi.


Aku juga berharap demikian.


"""......"""


Ruang keluarga diselimuti suasana yang aneh.


......Gimana ini.


"Umm......Kalau begitu, Nenek mau pergi belanja untuk makan malam dulu!"


Entah karena tidak tahan dengan udaranya atau memang sudah berencana untuk melakukannya, Nenek berdiri setelah mengatakan itu.


"Kalau mau belanja, aku saja."


"Ah, kalau gitu aku akan pergi dengan Aoi-san juga."


Nenek Aoi-san menggelengkan kepalanya sambil bersiap untuk pergi.


"Jangan khawatir. Nenek akan pergi dengan teman Nenek."


Kalau memang begitu, mau bagaimana lagi.


"Begitu. Hati-hati di jalan."


"Ya. Kalau begitu Nenek pergi."


Mengatakan itu, nenek Aoi-san menyelesaikan persiapannya dan meninggalkan rumah.


Kami berdua yang tertinggal di ruang keluarga saling berpandangan.


"......Apakah aku membuat kalian merasa tidak nyaman?"


"Tidak kok. Malahan kami yang membuatmu merasa tidak nyaman."


Aoi-san meringkuk dengan raut wajah yang sedikit bermasalah.


Sedikit rasa lelah terlihat jelas saat menghadapi perhatian Neneknya.


"Nenekku, dia sangat berterima kasih padamu, Akira-kun. Bukan hanya hari ini saja nenek seperti itu, tapi juga saat nenek dan aku membicarakanmu, dan saat nenek membicarakan Akira-kun pada para tetangga."


"Bahkan pada tetangga?"


Sejauh mana mereka membicarakan kami?


Bagaimanapun, aku tidak berpikir semua orang di lingkungan ini tahu......tapi, jangan-jangan nenek Aoi-san menyebarkan informasi yang salah seperti, "Pacar cucuku akan datang!" dengan penuh semangat?


Itu sangat mungkin terjadi, atau lebih tepatnya, kemungkinan tidak begitu itu kecil.


"Aku akan memberitahu nenek untuk tidak terlalu perhatian."


"Tidak, tidak, itulah yang kumaksud, kamu tidak perlu terlalu perhatian. Aku merasa sedikit geli, tapi aku tidak merasa buruk kok. Dan aku senang mengetahui beliau sangat peduli dengan Aoi-san."


"Terima kasih. Dan......."


"Dan?"


Aoi-san masih malu-malu untuk berbicara.


"Aku akan memberitahunya untuk tidak bersikap aneh......


"Ya......."


Aku hanya akan menerima niat baiknya.


""......""


Ruang keluarga sekali lagi diselimuti oleh suasana yang aneh.


Tanpa sadar, senyum pahit mengembang di bibirku.


"Kita mau apa sampai nenek pulang?"


"Untuk saat ini, aku akan mengantarmu ke kamar."


"Baiklah. Terima kasih."


Kami meninggalkan ruang tamu dengan membawa barang bawaan di tangan dan aku sekalian diberi tur keliling rumah.


Aku baru saja tiba. Kau mungkin berpikir bahwa kami memiliki banyak hal untuk dibicarakan, apakah tidak apa-apa kami hanya bersantai, tapi kami punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama dan juga untuk berbicara.


Di atas segalanya, kebersamaan saja sudah cukup, dan musim panas baru saja dimulai.


Kalau dipikir-pikir, kurasa tidak perlu terburu-buru.

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J5 Bab 1.2"