Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J4 Bab 6.2

Bab 6 - Hal yang Kupinta Pada Tuhan Hari Itu




Keesokan harinya, hari terakhir di tahun itu---




Eiji dan Izumi datang ke rumah kami, dan itu adalah malam ketika kami berlima berkumpul bersama untuk pertama kalinya setelah sekian lama.


"Baiklah, ayo kita mulai!"


Izumi berteriak sambil meletakkan kantong besar yang dibawanya di dapur.


Ini adalah salah satu poin kuat Izumi yang selalu menggerakkan tangannya di sebelum mulutnya, tapi seperti bagaimanapun, aku menginginkan penjelasan.


"Bagus sekali kau penuh energi seperti biasanya di akhir tahun, tapi apanya yang dimulai?"


"Apa yang dilakukan setiap rumah di akhir tahun?"


Dia membalas dengan balik bertanya.


Yah, aku bisa membayangkan ketika dia mencoba menggunakan dapur.


"Karena itu, sekarang kita akan membuat mie soba di malam tahun baru bersama-sama!"


"Membuat!?"


Saat kupikir akan seperti yang kubayangkan, ternyata lebih dari itu.


Sebuah komentar tak terduga membuatku menoleh.


"Maksudmu, kita akan membuatnya dari tepung soba?"


"Tentu saja♪"


Izumi menjulurkan ibu jarinya seperti biasa dan memasang wajah ceria.


"Aku sebenarnya ingin membuat osechi, tapi Hiyori mengatakan kalau ibunya akan membuatnya untuk kita, jadi kupikir kita harus membuat soba untuk Malam Tahun Baru. Karena kalau hanya merebus soba yang kita beli rasanya kurang, dan kupikir akan lebih berkesan jika membuat soba dari tepung."


Memang benar itu akan meninggalkan kesan yang kuat dalam ingatan.


Ketika aku memikirkannya, ini akan menjadi salah satu kenanganku yang paling berharga bersama Aoi-san.


"Bagaimana kau akan menyiapkan tepung sobanya? Jangan bilang kau akan menggilingnya dari biji soba?"


"Jangan khawatir, aku sudah menyiapkan tepung sobanya. Teman nenekku memiliki toko mie soba, dan aku meminta pemiliknya untuk membagikan tepung soba miliknya. Ketika aku memintanya, dia dengan baik hati meminjamkan peralatannya juga!"


Izumi mengeluarkan peralatan yang digunakan untuk membuat soba dari dalam kantong itu.


Mangkuk besar, tongkat untuk meratakan adonan, dan saringan halus untuk menyaring tepung.


Kantong itu memang sangat besar jadi aku penasaran apa yang ada di dalamnya, tapi begitu ya.


"Memang bagus kau punya semua bahan dan peralatannya, tapi apa kau tahu cara membuatnya?"


"Kemarin, aku mencoba membuatnya untuk keluargaku. Rasanya tidak seperti sesuatu yang akan kau sajikan di restoran, tapi cukup enak untuk dimakan."


"Itu dibuat oleh seorang amatir, jadi kalau penampilannya tidak terlihat bagus, itu berarti sukses kan."


"Kita bisa bertanya pada Izumi bagaimana cara membuatnya, dan mencari tahu di situs video kalau tidak mengerti."


Eiji memutar video pembuatan mie soba di ponselnya.


Memang, ada banyak pedoman yang harus dicari.


"Kalau begitu, mari kita mulai setelah kita memutuskan tugas kita!"


Dan dimulailah pembuatan soba di Malam Tahun Baru.


Eiji dan aku bertanggung jawab untuk membuat soba, karena ternyata ini butuh kekuatan yang banyak.


Aoi-san membantuku dan Izumi membantu Eiji dalam membuat soba untuk sejumlah orangnya, dan Hiyori untuk membuat saus soba.


Hiyori pandai membuat manisan, tapi dia tidak pandai memasak dengan penggunaan halus seperti sedikit atau secukupnya.


Aku agak khawatir apa dia bisa, tapi Izumi mengatakan bahwa dia bisa mengatasinya dan mulai bekerja, sebagian karena dia telah menyiapkan memo yang merinci resep yang telah dipelajari Izumi dari neneknya.


Seperti yang diharapkan dari Izumi, yang berteman baik dengan Hiyori, dia tahu persis apa yang dia lakukan.


Sambil menyaksikan Hiyori, Eiji dan yang lainnya mulai bekerja.


"Haruskah kita mulai juga?"


"Ya. Ayo."


Aku dan Aoi-san pun mulai bekerja di meja makan.     




Di bawah ini adalah resep yang Izumi pelajari dari pemilik kedai soba.


Pertama, timbang tepung soba dan tepung yang digunakan sebagai pengikat dengan perbandingan delapan banding dua.


Untuk kami bertiga, Aku, Aoi-san dan Hiyori, standarnya adalah 200 gram tepung soba dengan 50 gram tepung terigu dan 110 gram air.


Saring soba dan tepung terigu melalui saringan, campur secara merata di dalam mangkuk dan tambahkan dua pertiga air yang telah disiapkan, aduk dengan tangan untuk meratakan air ke seluruh tepung.


Dengan begini, tepung soba bisa terikat kuat oleh air.....sepertinya.




"Rasanya, jadi gugup kalau-kalau gagal ya......"


Tanganku berhenti ketika aku menyadari kalau kami menambahkan air, kami tidak akan bisa mangambilnya kembali.


Aku menjalani prosesnya dengan catatan dan video pembuatan mie soba di sisiku, tapi rasa cemas tidak hilang.


"Kalau gagal, ayo kita coba lagi."


Berbeda dengan kekhawatiranku, Aoi-san tersenyum dan berbicara dengan positif.


"Izumi-san membawa lebih banyak tepung soba, jadi kita akan baik-baik saja."


"Benar juga."




Dengan dorongan Aoi-san, aku mendapatkan kembali ketenanganku dan melanjutkan pekerjaan.


Aoi-san menuangkan air dan aku dengan cepat membalikkan air ke seluruh tepung dengan ujung jariku.


Yang penting pada tahap ini bukanlah menguleni tepung, tapi mengaduknya dengan cepat agar merata.


Saat tepung menjadi butiran-butiran kecil, tambahkan sisa air dan aduk lebih lanjut, dan saat butiran menjadi lebih besar, satukan menjadi satu gumpalan.


Selebihnya, kau hanya perlu menguleni, dan ketika adonan sudah mengilap, adonan siap untuk dibuat.


"Apa begini sudah cukup?"


"Ya, ya. Kupikir itu sudah cukup baik."




Langkah selanjutnya adalah meregangkan adonan dengan penggilas tepung beras, yang sering terlihat dalam pembuatan soba, tapi ini tampaknya menjadi bagian yang paling sulit.


Adonan ditaburi tepung agar tidak saling menempel, tapi tidak meregang sejauh yang diharapkan.


Dalam video tersebut, adonan digulung dalam bentuk bulat dan kemudian sudut-sudutnya direntangkan untuk membentuk kotak, tapi tidak peduli apa yang kulakukan, hasilnya tidak akan pernah berbentuk kotak.


Sambil berusaha keras, aku berhasil membentuknya, lalu melipat adonan berulang kali, seperti yang kulihat sebelumnya.


Terakhir, aku menggunakan pisau untuk memotong adonan menjadi bagian yang sama, dengan jarak sekitar satu milimeter, dan selesai.




""......""


Di depan soba yang sudah jadi, aku dan Aoi-san memiliki perasaan yang campur aduk.


Karena hasilnya agak kurang.


Warnanya bagus, dan jumlahnya diukur secara akurat, sehingga tampak seperti soba, setidaknya sampai batas tertentu.


Namun, ketebalannya sangat tidak merata sehingga bahkan sebelum memakannya, aku bisa melihat bahwa teksturnya terlihat buruk.


Apa yang salah sudah jelas, ketebalannya tidak bisa dibuat seragam selama proses peregangan adonan. Selain itu, saat memotong adonan, lebarnya tidak konsisten dan adonan tidak dipotong dengan interval yang sama.


Adonan tidak sampai seperti udon, tapi tidak sepenuhnya soba.


Hanya kekencangannya saja yang terlihat sangat kuat.


"Bagaimana dengan kalian?"


Ketika aku bingung apa yang harus kulakukan, Izumi mengintip ke arahku.


Aku tidak bisa menyembunyikannya, jadi aku menunjukkan padanya kehancuran apa adanya.


"Ya. Kalian melakukannya dengan baik!"


""Eh?""


Tanpa sadar, aku dan Aoi sama-sama menyuarakan keraguan kami.


"Bagaimanapun kau tidak bisa mengatakan ini bagus kan."


Ini terlalu berlebihan untuk menyanjung.


"Kalau ini adalah pertama kalinya kamu membuat soba, maka kamu sudah melakukannya dengan baik. Kupikir ini malah sangat baik."


"Begitukah......?"


"Setidaknya ini terlihat lebih baik daripada yang kubuat kemarin."


Tanpa sadar, aku menatap Aoi-san dan menghela napas lega.


Kalau dia bilang begitu, sepertinya ada hasilnya kami berusaha keras.


"Ngomong-ngomong, seperti apa yang kau buat kemarin, Izumi?"


"Keluargaku mengatakan 'Mie kishimen dengan warna dan rasa mie soba ya'."   

Tln: Kishimen, mie udon pipih dengan ketebalan sekitar 1mm. 


Terima kasih atas analogi yang mudah dipahaminya.


Tapi aku jadi ingin mencobanya.


"Apa kalian sudah selesai?"


"Ya. Eiji-kun mengerjakan sebagian besar pekerjaannya sendiri."


Karena penasaran dengan kualitas pengerjaannya, kami pun pergi untuk melihat soba yang dibuat Eiji.


""......""


Melihat apa yang baru saja kami lihat, aku dan Aoi-san tidak bisa berkata-kata.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Karena soba itu jauh lebih bagus dari soba yang kami buat.


"Eiji, ini pertama kalinya kau membuat soba juga, kan?"


"Ya. Ini jauh lebih sulit dari yang kubayangkan."


Ia bicara dengan keringat di dahinya yang samar-samar dan senyumnya yang segar.


Aku selalu berpikir kalau pria tampan itu indah, bahkan saat berkeringat setelah membuat soba......aku berpikir bahwa Tuhan menciptakan Eiji dengan spesifikasi yang tinggi, dengan wajah, kepala dan kepribadian yang baik, serta ketangkasan yang baik.


Berapa banyak kebajikan yang harus kau kumpulkan di kehidupan sebelumnya untuk terlahir kembali sebagai pria seperti Eiji?


"Izumi, saus sobanya sudah siap. Coba cicipi."


"Dimengerti♪ Mana mana......"


Izumi menggunakan sendok untuk menuangkan saus ke piring kecil dan memasukkannya ke dalam mulutnya.


"Ya, ini udah enak!"


Dengan begitu persiapan mie soba Malam Tahun Baru sudah selesai.


Sisanya tinggal bersantai dan merebusnya sebelum Malam Tahun Baru.




Setelah itu, kami duduk mengelilingi meja dan mengenang setahun ini.


Memasuki SMA, bertemu Aoi-san, menghabiskan liburan musim panas bersama, membuat festival sekolah sukses besar---tidak begitu banyak, tapi kami memiliki banyak kenangan yang tidak bisa kami ceritakan dalam satu malam.


Semua orang tahu bahwa tidak semua kenangan itu indah.


Namun, di akhir tahun, kita harus bahagia karena kita semua bisa tersenyum.




"Soba sudah siap!"


Sudah lewat pukul 23:00 ketika malam hampir berakhir.


Dengan kurang dari satu jam tersisa di tahun ini---


"Akhirnya!"


"Tolong kosongkan mejanya."


Izumi dan Hiyori buru-buru memasukkan kantong keripik yang telah mereka kosongkan untuk mengisi perut ke tempat sampah.


Aku membawa soba Malam Tahun Baru untuk lima orang bersama Aoi-san ke meja yang sudah dirapikan.


Bahan-bahan untuk soba Malam Tahun Baru yang baru saja dibuat adalah kombinasi sederhana dari daun bawang dan pasta ikan. Aroma lezat dari saus soba semakin menggugah selera makanku, sebagian karena kami menunda makan malam hingga larut malam.


Ditengah TV yang memutar program musik akhir tahun, semua orang menyatukan tangan mereka.  


"Kalau begitu, ayo kita makan."


"Ah, tunggu sebentar."


Kemudian, seolah-olah dia baru saja teringat, Aoi-san menepukkan kedua tangannya di depan dadanya.


Ketika dia mengangkat ponselnya, dia mengaktifkan kamera dan mengarahkan lensa ke sisinya.


"Ini juga kenangan yang berharga."


"Aku juga akan mengambil gambarnya♪"   


Izumi kemudian menirukannya dan mengangkat ponselnya.


Aoi-san membuka pengaturan kamera dan melepaskan rana sambil menyesuaikan sudut dan kecerahan.


Setelah beberapa kali pemotretan ulang, dia berhasil mengambil gambar yang memuaskan, tersenyum puas dan meletakkan ponselnya.


"Maaf membuat kalian menunggu ya."


Aku tersenyum dan menggelengkan kepala.


Kalau ini juga akan menjadi kenangan berharga bagi Aoi-san, aku akan menunggu selama yang dibutuhkan.


Aku memastikan bahwa Izumi juga sudah selesai mengambil gambar, dan kami semua menyatukan tangan lagi.


"""""Selamat makan."""""


Semua orang lapar, dan kami semua mengambil seteguk soba dengan sumpit di tangan pada saat yang bersamaan.


Setelah melihat yang lain menyantap soba mereka, aku mengambil sumpitku beberapa saat kemudian.


Penampilannya sangat tidak menarik jadi aku tidak bisa mengatakan sesuatu yang menyanjung, tapi bagaimana dengan rasanya......aku membawa soba ke mulutku dengan sedikit ragu.


"Enak......!"


Aoi-san meninggikan suaranya seolah dia berbicara untukku.


Meskipun mie nya punya ketebalan yang berbeda, jadi tingkat kematangannya tidak merata dan teksturnya pun bervariasi, mie ini memiliki rasa soba yang tepat, dan aroma soba menyebar di dalam mulut di setiap gigitannya, baik karena tepung soba maupun karena dibuat dengan tangan.


Saus cocolan yang dibuat oleh Hiyori juga enak, karena dia mengikuti resepnya dengan tepat.


"Ya. Ini enak♪"


Di samping Izumi, yang setuju sambil tersenyum, Hiyori juga mengangguk-anggukkan kepalanya.


Rasanya memang enak, seperti yang dikatakan semua orang.


"Sayang sekali mie soba-nya punya ketebalan yang berbeda, terlebih lagi karena rasanya yang enak......"


"Lain kali kita bisa membuatnya lebih baik."


Eiji benar, aku yakin kami bisa melakukan yang lebih baik di lain waktu.


"Aku seorang amatir, tapi aku terlalu serakah untuk membuatnya lebih baik."


"Kalau begitu tahun depan, mari kita membuat soba bersama lagi."


Aoi-san yang menggumamkannya.


Biasanya, usulan seperi ini disuarakan oleh Izumi.


"......Benar juga. Mari kita semua berkumpul lagi tahun depan dan buat soba."


"Kedengarannya bagus. Ayo kita lakukan itu♪"


Tentu saja, Eiji dan Hiyori setuju.


Kalau itu adalah aku beberapa waktu yang lalu, aku akan menghindari membicarakan masa depan.


Karena bagiku, perpisahan adalah bagian normal dari kehidupan dan aku telah menyerah pada gagasan bahwa hal itu tidak dapat dihindari setelah begitu banyak perpisahan. Aku menghindari membicarakan masa depan seolah-olah aku berpaling dari batas waktu yang semakin dekat.


Tapi sekarang, setelah aku bertemu dengan Eiji, Izumi dan, yang terpenting, Aoi-san, dan telah menerima perpisahan kami, dan sekarang aku mengerti bahwa perpisahan tidak hanya menyedihkan, membicarakan masa depan seperti sebuah harapan bagiku.


Sungguh melegakan bisa memikirkan tentang masa depan tanpa berakhir dengan kesedihan.


Aku benar-benar percaya bahwa berkat semua orang di sini, aku bisa dengan jujur menantikan setahun dari sekarang.


Aku tidak bisa tidak memikirkan hal itu, bahkan lebih dari rasa soba yang kumakan.


"Nah, tahun ini akan segera berakhir."


Jam terus berdetak dan tepat sebelum tahun baru menyingsing.


Semua orang telah menghabiskan soba mereka, meletakkan sumpit dan mengalihkan perhatian ke TV.


Kami bergabung dengan hitungan mundur yang sudah dimulai di sisi lain layar.


Saat satu tahun berakhir dan tahun yang baru dimulai---


"Selamat tahun baru!"


Seperti biasa, Izumi yang memimpin dan berteriak.


Dengan Izumi yang memeluk Hiyori di sampingku, aku menoleh ke arah Aoi-san di sampingku.


"Selamat tahun baru. Mohon bantuannya juga tahun ini."


"Selamat tahun baru. Aku juga, mohon bantuannya tahun ini."


Ketika aku melihat wajahnya, yang dengan lembut menundukkan matanya, aku tidak bisa mengatakan berapa kali aku hampir salah paham.


Kupikir, terlalu berlebihan kalau aku berpikir bahwa Aoi-san memaksakan diri untuk bersikap ceria karena dia sangat sedih mengucapkan selamat tinggal.


Tentu saja aku tahu aku tidak salah paham---karena fakta bahwa Aoi-san tersenyum seperti ini sekarang sudah menjadi bukti bahwa dia tidak normal.


Karena itu, mari kumpulkan kenangan agar Aoi-san tidak perlu bersedih di masa depan.


Kenangan hari ini pasti akan membantu hal itu.


"Ayo, kita sudah selesai makan soba, ayo kita pergi Hatsumode."


"Di luar dingin, jadi pastikan pakai yang hangat-hangat!"


Maka kami pun membungkus diri dengan mantel dan meninggalkan rumah, menghembuskan napas yang memburu.


Di bawah langit berbintang yang bersinar terang di udara musim dingin yang jernih, kami menuju kunjungan kuil pertama kami.

*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J4 Bab 6.2"