Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J4 Bab 4.5

Bab 4 - Hari Kedua Perjalanan Kelulusan




Setelah itu kami saling bertukar hadiah yang telah kami siapkan.


Sepertinya Izumi dan Eiji juga sudah menyiapkan hadiah untukku, dan ketika aku mengeluarkan hadiah dari kantong yang kuterima, yang keluar adalah sepasang celana pendek boxer yang kelihatan mahal.


Mereka memberikan pakaian dalam padaku dan Aoi-san, sebenarnya apa maksudnya ini?


Aku merasa ada pesan yang berarti di dalamnya, tapi aku akan mencoba untuk tidak memikirkannya sekarang.


Dan dari Aoi-san dan aku, sepasang saputangan untuk untuk mereka berdua.


Hadiah yang kupilih bersama dengan Aoi-san pada malam saat berbelanja.


Mereka berdua sudah lama berpacaran, tapi sepertinya mereka tidak memiliki sesuatu yang samaan, jadi mereka sangat senang.


Setelah kegembiraan bertukar hadiah dengan cara seperti ini---


Izumi mungkin lelah bermain, dan ketika tanpa sadar, dia berguling-guling di lantai dan tertidur.


"Aku akan membawa Izumi kembali ke kamarnya."


"Kupikir akan lebih baik begitu."


Eiji menggendong Izumi dan membawanya ke kamar perempuan.


"Ini waktu yang tepat, kita sudahi saja malam ini saat Eiji kembali."


"Ya. Benar juga."


Sambil menunggu Eiji kembali, kami berdua mulai membersihkan kaleng-kaleng kosong dan kantong-kantong manisan.


Namun, setelah kami selesai bersih-bersih, Eiji tidak kembali dari kamar mandi perempuan bahkan setelah aku dan Aoi-san berganti kostum dari rusa kutub dan rok mini tanpa alas kaki menjadi yukata.


"Ini sudah terlalu lama......aku akan melihatnya sebentar."


"Ya."


Aku pergi ke kamar perempuan dan mengetuk pintunya, tapi tidak ada jawaban.


Aku khawatir terjadi sesuatu, jadi aku mencoba membuka pintunya.


"Hah?"


Tidak peduli seberapa keras aku memutar gagang pintu, pintu tidak mau terbuka.


"......Tidak mungkin."


Pada saat itu, firasat buruk terlintas di benakku.


Tidak, bukan tidak mungkin.


"Bagaimanapu aku memikirkannya, aku hanya bisa berpikir kalau......."


Saat aku menyadarinya, hatiku melonjak.


Bagaimana ini......?


Kalau begini, aku akan menghabiskan malam di kamar yang sama dengan Aoi-san.


Kau mungkin berpikir untuk apa aku gugup padahal kami tinggal bersama, tapi meskipun kami berada di bawah satu atap, kita berada di kamar terpisah, dan kami hanya tidur di ruang yang sama satu kali.


Kejadian itu terjadi pada semester pertama, pada malam hari beberapa hari sebelum upacara penutupan.


"Saat itu Aoi-san mencoba untuk membolehkanku berhubungan fisik dengannya......"


Aku teringat akan kehangatan Aoi-san yang saya rasakan di tempat tidur dengan cara yang anehnya realistis.


Tidak, tidak, kenapa sih aku mengingatnya saat ini!


Kekesalan yang murni di dalam diriku hampir meledak karena hal ini.


"Tenanglah......untuk saat ini, aku harus menjelaskan situasinya pada Aoi-san."


Aku berulang kali menarik napas dalam-dalam di depan kamar anak laki-laki dan menurunkan tegangan kekesalan di dalam diriku.


Dipaksa oleh keinginan yang kuat, aku masuk ke dalam ruangan.


"Bagaimana?"


"Kamarnya terkunci dan tidak ada jawaban saat aku memanggil."


"Eh......?"


Aoi-san juga pasti langsung memahami situasinya.


"............"   


Laki-laki dan perempuan yang sudah berumur di sebuah ruangan kecil, begitu sunyi hingga kau bisa mendengar detak jam.


Hanya ada kami berdua di ruangan ini sampai pagi, dan kalau kami harus menghabiskan waktu bersama, maka akan terasa hening.


Tidak, tidak, kami tidak akan tidur di kasur yang sama, jadi tenanglah, diriku.


"Mau bagaimana lagi, Aoi-san, kamu tidur di kamar ini hari ini."


"Ya......benar juga."


Entah kenapa, Aoi-san mengangguk dengan kuat.


Apa ini hanya imajinasiku, bahwa ekspresinya terlihat seakan dia sudah mengambil keputusan?


Pokoknya, pada saat seperti ini, yang terbaik adalah tertidur sebelum memikirkan hal lainnya.


Aku membuka lemari pakaian untuk meletakkan kasur dan membeku saat melihat pemandangan yang kulihat.


"Yang benar saja......"


Hanya ada satu set kasur di dalam lemari pakaian.


Tidak, tidak, padahal pagi ini ada dua untukku dan Eiji, jadi kenapa?   


Apapun itu,ini mungkin juga salah satu bentuk perhatian mereka.


"Akira-kun, ada apa......eh?"


Aoi-san juga memahami situasinya dan berseru.


"Apa mereka masih melakukan resepsionis pada jam segini ya?"


Bagaimanapun, kupikir kami tidak bisa tidur di futon bersama.


"Kalau cuma ada satu, kenapa tidak tidur bersama......"


Saran yang tidak terduga dari Aoi-san.


Bagaimanapun, aku merasakan tekad yang aneh dari Aoi-san.


"Seriusan tidak apa-apa kalau kita tidur bersama?"


"Selama Akira-kun tidak keberatan......"


"Aku tidak keberatan sama sekali......"


Dengan begini, kami tidur di atas futon yang sama.


Aku sudah merapikan futon dan bersiap-siap untuk tidur, tapi aku tidak bisa masuk ke balik selimut.


Kalau kami berada di bawah selimut bersama dalam suasana seperti ini, aku akan sangat gugup dan bersemangat sampai-sampai aku tidak akan bisa tidur sampai pagi.


Akan lebih baik untuk membicarakan hal lain dan menenangkan satu sama lain.


"Benar juga."


Kalau seperti itu tidak apa-apa.


"Aku punya sesuatu untuk Aoi-san."


"Sesuatu untukku?"


Aku mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan pita di atasnya dari tasku.


"Aku malu memberikannya di depan Izumi dan Eiji, jadi aku tidak yakin kapan harus memberikannya......ini, hadiah Natal untukmu, Aoi-san."


Ketika aku memberikan hadiah itu, Aoi-san menutupi mulutnya dengan tangan dan menunjukkan ekspresi terkejut.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


"Sejujurnya, aku tidak tahu hadiah apa yang harus kuberikan......jadi aku meminta Izumi untuk membantuku memilihkan hadiah pada hari Sabtu lalu. Aku yang memilih pakaian dalam yang diberikan Izumi sebelumnya, tapi sebagai gantinya, Izumi membantuku memilih hadiah."


Setelah penjelasan Izumi tadi, "Kenapa Akira-kun yang memilih hadiah dari Izumi-san?", kupikir itu akan dipertanyakan, atau lebih tepatnya disalahpahami, jadi aku menjelaskannya.


Bagaimanapun, kedengarannya seperti sebuah alasan.


"Boleh aku membukanya?"


"Tentu saja."


Aoi-san membuka pita dan membuka kotaknya.


"Ini---"


Isinya adalah sebuah kalung dengan motif bunga hortensia.


Aoi-san dengan lembut mengeluarkannya, mengambilnya dan terkesiap kaget.


"Kuharap kamu menyukainya......"


Namun Aoi-san membeku dengan kalung di tangannya.


Aoi-san menatap kalung itu dengan ekspresi yang bisa jadi terkejut ataupun bingung.


......Jangan-jangan dia tidak menyukainya?


Segera setelah kegelisahan itu---


"Ini hadiah dariku untukmu, Akira-kun."


Aoi-san merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang tidak kuduga sebelumnya.


Itu adalah kotak yang sama dengan kalung yang kuberikan padanya. Semuanya sama, mulai dari ukuran dan warna kotak hingga pola pita berwarna Natal dengan jahitan hijau di atas dasar merah.


"Bukalah."


Aku benar-benar tidak menduganya, tapi ketika aku membuka pita dan membuka kotak itu, aku terkesiap.


"Ini......?"


Di dalamnya terdapat kalung versi pria yang kuberikan pada Aoi-san.


Memang, kalung yang kuberikan pada Aoi-san awalnya untuk sepasang, dan meskipun Izumi merekomendasikan agar kami membeli yang serasi, aku terlalu malu jadi aku hanya membeli kalung wanitanya saja sebagai hadiah.


Tapi......


"Aku juga terkejut."


Aoi-san sepertinya mengerti situasinya dan mulai berbicara dengan tenang.


"Sabtu lalu, Akira-kun meminta Izumi-san untuk membantu memilih hadiah, kan?"


"Ya."


"Sebenarnya, aku pergi berbelanja dengan Izumi-san pada hari Minggu."


"Eh......?"


Dengan satu kata itu, aku bisa menebak semuanya.


"Pada hari Sabtu, Izumi-san mengajakku 'Ayo mencari hadiah untuk Akira-kun besok!' Ketika kami sampai di toko, dia merekomendasikan toko itu padaku, dan berkata, 'Ini pasti bagus!'. Aku heran kenapa dia sangat merekomendasikannya, tapi ternyata ini yang dia maksud......"


Tiba-tiba aku teringat---ketika aku membeli hadiah untuk Aoi-san di toko perhiasan bersama Izumi, Izumi membicarakan sesuatu dengan pelayan toko dan kemudian keluar dari toko sambil berkata bahwa dia akan menelepon temannya.


Aku tidak memperhatikannya pada saat itu, tapi.......


Dengan kata lain, Izumi pasti meminta pelayan toko untuk menyimpan kalung itu dan pergi membelinya bersama Aoi-san keesokan harinya, agar aku dan Aoi-san bisa saling membelikan kalung pasangan.


Kalau dia tidak melakukannya, tidak akan jadi seperti ini.


Tak disangka dia telah menyiapkan kejutan seperti itu......Aku sedikit skeptis ketika fakta bahwa akulah yang memilih pakaian dalam terungkap, tapi kalau dia membuat pengaturan seperti ini, mau tak mau aku memaafkannya.


Sebaliknya, aku hanya bisa merasa bersyukur.


"Akira-kun, boleh aku mencobanya sekarang?"


"Tentu. Aku akan mencobanya juga."


Kami mencoba kalung yang kami berikan satu sama lain.


Aku bisa langsung memakainya, tapi Aoi-san sedikit kesulitan untuk memakainya.


"Mau kubantu memakaikannya?"


"Ya. Tolong."


Aoi-san menyerahkan kalung itu padaku dan membelakangiku, menyibakkan rambutnya ke belakang memperlihatkan tengkuknya.


Tengkuk Aoi-san yang indah, yang tidak bisa tidak saya lihat saat dia menguncir rambutnya di kolam renang, saat dia mengenakan yukata di festival musim panas, atau saat dia berganti pakaian dengan yukata di penginapan.


Aku tidak pernah berpikir bahwa akan tiba saatnya aku bisa memujanya seperti ini tanpa sungkan-sungkan......


"Akira-kun, ada apa?"


"A-Ah. Maaf!"


Ketika aku begitu terharu dan mengaguminya, Aoi-san bertanya dengan nada cemas.


Sambil batuk-batuk pelan untuk mengelak, aku memakaikan kalung tersebut ke leher Aoi-san dan memasang jepitannya.


Aoi-san kemudian menoleh ke arahku sekali lagi.


"B-Bagaimana?"


Di antara kerah yukata-nya, di leher Aoi-san terdapat kalung bunga hortensia yang diwarnai dengan batu safir.


Saat aku melihat pegawai toko memakainya di toko perhiasan, aku tidak ragu bahwa itu akan terlihat bagus untuk Aoi-san, tapi pemandangan yang sebenarnya saat dia memakainya jauh lebih cocok untuknya daripada yang kubayangkan.


"Ya......terlihat sangat bagus untukmu."


"Terima kasih. Akira-kun juga, itu terlihat cocok untukmu."


Aku berpikir sambil menatap Aoi-san, yang tersenyum gembira.


Aku akan senang kalau hal ini bisa menambah satu lagi kenangan indah pada kenangan Aoi-san yang berkaitan dengan hortensia.


Meskipun aku tidak bisa melupakan kenangan masa lalu dan kenangan menyakitkan, aku ingin memberinya sebanyak mungkin momen kebahagiaan setiap kali dia melihat bunga hortensia mulai sekarang.


"Hei Akira-kun, ayo foto bareng?"


"Ya. Oke."


Kami mendekat dan menekan tombol kamera, kemudian memeriksa foto yang kami ambil.


Bunga hortensia ungu di leherku dan bunga hortensia biru di leher Aoi-san tampak bersinar.



Aku yakin foto ini akan menjadi salah satu kenangan indah yang paling tak terlupakan.


"......Haruskah kita segera tidur?"


"Ya."


Kami melepas kalung itu, dengan hati-hati memasukkannya ke dalam kotak, mematikan lampu dan masuk ke bawah selimut.


Mungkin berkat waktu damai yang kami habiskan di sana, aku jauh lebih tenang daripada beberapa menit yang lalu.


"Selamat malam."


"Selamat malam."


Kalau begini aku bisa tidur.


Itulah yang kupikirkan, tapi......ternyata tidak seperti itu.


Kami berdua berada di dalam futon untuk satu orang, jadi jarak kami sangat dekat, atau lebih tepatnya hampir bersentuhan.


Kukira pendengaran dan penciumanku lebih tajam karena penglihatanku hilang dalam kegelapan. Aku bisa mendengar napas Aoi-san dalam tidurnya, dan hanya dengan bergerak sedikit saja, aroma pemandian air panas dan aroma Aoi-san bercampur dari selimut.


Karena itu, aku tidak bisa menghentikan hasrat yang sudah kutenangkan dengan susah payah agar tidak muncul kembali.


Berapa lama waktu berlalu saat aku terus membeku, tidak bisa bergerak?


"Nn......?"


"---!?"


Aoi-san membalikkan badannya, mengeluarkan napas tidur yang manis, dan berpegangan pada lenganku.


Aku hendak mengeluarkan suara anehdan nyaris tidak bisa menahannya, lalu mengalihkan pandanganku untuk melihat kondisi Aoi-san, diterangi oleh cahaya bulan yang masuk melalui celah tirai.


Bibir Aoi-san berada pada jarak di mana aku bisa menciumnya dengan satu gerakan.


"......"


Dia tertidur......kan?


Untuk sesaat, akal sehatku terguncang, dan iblis bernama hasrat duniawi berbisik di kepalaku.


『Dalam situasi ini, bahkan jika ketahuan menciumnya, itu adalah sebuah kecelakaan dan aku memiliki alasan, dan dari awal, situasi ini berarti banyak hal yang oke-oke saja, kan? Sebaliknya, bukankah tidak sopan kalau aku tidak menyentuhnya?』


Memang seperti yang dikatakan iblis, tapi malaikat akal sehat dalam diriku tetap membujukku.


『Aoi-san yang tidur nyenyak dalam situasi ini adalah tanda kepercayaan. Bahkan jika dia tidak mengetahuinya, kalau kau disesatkan oleh motif sementara dan melakukan apapun yang kau inginkan, kau tidak akan pernah bisa menatap wajah Aoi-san dengan benar lagi.』


Apa itu tidak masalah untukmu?


"......"


Aku menarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan agar tidak menimbulkan suara.


Kau tidak bisa membuat Aoi-san sedih dengan motif yang bersifat sementara, kan?


"......Selamat malam."


Aku menyelimuti Aoi-san hingga ke bahunya dan kemudian memejamkan mata.


Aku tidak tahu apakah keputusan ini benar atau salah, tapi Armageddon, pertempuran yang merepotkan antara malaikat dan iblis yang sedang dimainkan di otakku dimenangkan oleh malaikat dengan selisih yang tipis.


Namun, sama sekali tidak ada jaminan bahwa malaikat akan menang di lain waktu.


Akhir Bab 4

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J4 Bab 4.5"