Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 2.4

Bab 2 - Kecemburuan Dan Keegoisan Siswi Cantik Pindahan Dari Luar Negeri




『Baiklah, ayo kita berangkat.』


Setelah aku berganti pakaian, aku memanggil Charlotte-san, yang sedang menungguku di ruang keluarga.


『Ya......!』


Charlotte bangkit dengan gembira dan berdiri di sampingku.


Dan Emma-chan tertidur dengan nyaman di pelukan Charlotte-san.


Kupikir dia mengantuk karena perutnya sudah kenyang.


Tapi aku terkejut karena Charlotte-san membiarkannya tidur, padahal dia akan pergi ke taman kanak-kanak.


"Kamu tidak membangunkannya?"


Emma-chan sedang tertidur, jadi aku kembali ke bahasa Jepang dan bertanya padanya.


Dia kemudian memalingkan wajahnya dariku dan tersenyum seolah bermasalah.


"Yah......dia lebih jinak saat dia tidur, jadi kupikir aku akan membiarkannya tidur sampai kami sampai di TK......."


"Dia tidak akan mengamuk ketika kita sampai di sana......?"

Tln : Licik juga nih Charlotte, ngga pengin diganggu berduaan


"K-Kupikir ini akan baik-baik saja......mungkin."


Ya, sama sekali tidak terlihat baik-baik saja.


Namun, akan sulit untuk membangunkan anak ini begitu dia tertidur.  


Aku mungkin bisa membangunkannya dengan video kucing seperti sebelumnya, tapi itu adalah langkah yang tidak ingin kugunakan terlalu sering.


Yang terpenting, jika dia bangun dengan buruk, aku dan Charlotte-san pasti akan terlambat.


"Yah, mau bagaimana lagi kalau sudah tertidur, untuk saat ini, ayo kita berangkat ke sekolah."


Karena itu aku memutuskan untuk tidak mengaduk sarang lebah dan pergi ke sekolah berdua dengan Charlotte-san.


Untuk saat ini, aku akan menggendong Emma-chan, karena akan membebani Charlotte-san jika dia yang menggendongnya.


Dan kemudian, saat aku akan mulai berjalan ke sekolah---tapi sesuatu yang tidak terduga menghentikan langkahku.


---Ya, aku tidak tahu kenapa, tapi tepat setelah aku mulai berjalan, Charlotte-san memegang lengan bajuku.


"C-C-C-Charlotte-san......?"



"Ah......um, itu......apa, tidak boleh......?"


Ketika aku, yang terlihat sangat gugup, berbicara padanya, Charlotte-san menunjukkan ekspresi cemas dan menatapku dengan menengadah.


"Tidak, tidak apa-apa......"


Dengan ekspresi seperti itu, tidak mungkin aku mengatakan tidak boleh.


Tentu saja aku mengangguk, dan langsung menjawab.


"T---Terima kasih......!"


Ketika aku menyetujuinya, Charlotte-san mengucapkan terima kasih lagi dengan ekspresi yang sangat bahagia.


Kemudian, dia tertawa seperti Emma-chan, mengatakan "ehehe" dan tersenyum dengan cara yang agak bahagia.


Aku berada di samping dirinya yang seperti itu dan pikiranku jadi kacau.


Lagipula, apa sih yang dia pikirkan tentangku?


Aku tidak punya jawaban untuk itu, dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.


---Dan lagi, ini belum berakhir.


"Aoyagi-kun, bagaimana kalau lewat jalan yang di sana......?"


Saat aku berjalan ke sekolah dalam suasana yang gatal, aku bertanya-tanya apa yang dia pikirkan, dan tiba-tiba dia mengajakku untuk pergi ke jalan yang tidak biasa dilalui.


"Eh, tapi......itu jalan memutar......?"


Charlotte-san menunjuk ke arah jalan, yang merupakan jalan memutar yang jauh untuk mencapai sekolah.


Itu adalah jalan yang terjal, dan bukan jenis jalan yang akan kau lalui untuk pergi ke sekolah.


Selain itu, jika kita terus berjalan memutar, kita akan hampir-hampir terlambat, mengingat kita harus mengantar Emma-chan, bukan?


"Kalau itu......aku tahu, tapi......"


Ketika aku menunjukkan hal ini padanya, Charlotte-san gelisah, memalingkan wajahnya dariku.


Apakah ada alasan kenapa dia ingin pergi melewati jalan yang berbeda?


Bagiku, sejujurnya aku senang karena bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya.


Terutama karena jalan ini terjal dan tidak terlalu ramai sampai dekat sekolah.


Dengan begitu aku bisa pergi ke sekolah seperti ini bersamanya.


......Tidak, ya.   


Aku juga seorang pria, jadi mau bagaimana lagi.


"Kalau begitu, ayo kita berangkat lewat sana. Kurasa ada baiknya kita pergi dan menikmati pemandangan yang berbeda sesekali untuk perubahan."


Karena ekspresi Charlotte-san berubah menjadi muram, jadi aku mengangguk sambil tersenyum, mencoba untuk menjadi seceria mungkin.


Kemudian ekspresinya menjadi cerah dengan sebuah pekikan.


"T-Terima kasih banyak......!"


Ya, bagaimanapun juga, dia terlihat lebih baik dengan ekspresi yang cerah daripada ekspresi yang gelap.


Aku ingin Charlotte-san selalu tersenyum.


"Tidak perlu berterima kasih untuk itu."


Aku tersenyum padanya lagi dan melangkah maju.


Kemudian aku mendengar suatu gumaman di belakangku.


"---Bagaimana ini......kalau terus seperti ini......aku akan terus bermanjaan padanya......"


Ketika aku berbalik untuk melihat apa itu, aku melihat Charlotte-san menunduk dan meletakkan tangan kirinya yang bebas di pipinya.


Dan dia menggumamkan sesuatu.   


Apa anak ini memiliki kebiasaan berbicara sendiri?


Nah, sungguh bodoh kalau aku repot-repot mengomentarinya.


Aku selalu membuatnya panik saat aku memanggilnya di saat seperti ini, dan aku ingin membiarkannya melakukan apa yang dia suka.


Aku membiarkannya begitu saja dan Charlotte-san dan aku berangkat ke TK terlebih dahulu.


Tentu saja, aku harus berpisah ditengah perjalanan.


---Saat aku berpikir tentang hal itu, ada masalah yang membuatku berpikir dua kali.  


"Haa......haa......maaf......Aoyagi-kun......"


Charlotte-san, yang saat ini berjalan di sampingku saat kami menuju TK, terlihat sangat sesak.


Nafasnya terengah-engah dan wajahnya, yang meneteskan keringat, terlihat sangat kesakitan.


Charlotte-san tampaknya tidak bisa berjalan sendiri lagi dan berjalan sambil berpegangan pada lenganku, bukan pada lengan bajuku.


Entah bagaimana, aku menyadari bahwa dia tidak terlalu atletis ketika aku melihat pendidikan jasmaninya, tapi aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan menjadi selemah ini secara fisik.


Kelihatannya tidak hanya kemiringannya yang agak curam, tapi juga pijakannya yang buruk, sulit baginya.


Bagaimanapun, Charlotte-san hampir terjatuh di setiap kesempatan.


Dengan sedikit kehati-hatian, seharusnya tidak menjadi masalah, tapi mungkin Charlotte-san memiliki badan yang lemah.


Itulah kenapa dia langsung roboh dari posisinya.


Dan, karena dia berusaha keras untuk memaksakan diri kembali ke posisinya, kekuatan fisiknya sangat terkuras.


Dia terlihat sedikit lebih baik sejak dia mulai berpegangan pada lenganku, tapi mungkin itu hanya untuk ketenangan pikiran semata karena dia sudah menguras sebagian besar tenaganya.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Untuk melengkapi semuanya, tanjakan yang jauh lebih sulit dan lebih curam daripada tanjakan sebelumnya, menghentikan langkahnya.


Charlotte-san, yang berusaha untuk mendaki bukit tanpa merepotkanku, kehabisan tenaga di tengah perjalanan mendaki bukit.


.....Seharusnya aku memberitahunya bahwa jalannya curam sebelum aku terbawa arus.


Aku agak bersalah dengan apa yang kulakukan pada Charlotte-san.


"Umm, kamu baik-baik saja? Kalau kelihatannya terlalu sulit, mau beristirahat sejenak?"


Dia sepertinya sangat kesakitan, jadi aku menyarankan untuk beristirahat.


"T-Tapi......kalau kita melakukan itu, kita akan terlambat.......Aoyagi-kun, silakan pergi tanpa Emma dan aku......Aku akan menyusulmu......"


"Tidak mungkin aku bisa melakukan itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu?"


Membiarkan Charlotte-san dalam kondisi seperti saat ini bisa membahayakan nyawanya karena dehidrasi dan serangan panas.


Meskipun sekarang bulan September, tetap saja berbahaya karena suhu udara dalam beberapa tahun terakhir sama dengan musim panas.


"Tapi ujian dimulai hari ini......"


"Itu......apa boleh buat. Kalau tidak bisa tepat waktu, ya sudahlah."


"Tidak......Aoyagi-kun, kalau kamu pergi sekarang, kamu masih bisa tepat waktu.......Lagipula, aku tidak ada ujian......"


"Maaf, Charlotte-san. Kalau aku meninggalkanmu di sini, aku akan menyesal dan aku tidak akan bisa berkonsentrasi pada ujianku sampai kamu tiba. Sebaliknya, aku lebih suka kamu membiarkanku pergi denganmu karena kalau aku sedikit terlambat, waktu ujianku mungkin hanya akan berkurang. Ini adalah keegoisanku, tapi bisa kamu mendengarkanku?"


"A-Aoyagi-kun......Ugh......aku benar-benar minta maaf......."


Charlotte-san meminta maaf lagi, hampir sambil menangis.


Dia baik hati dan karena itu mungkin mengalami kesulitan dengan situasi ini yang merepotkanku.


Sejujurnya, aku tidak pernah berpikir sedikit pun bahwa hal ini akan terjadi hanya karena berangkat ke sekolah, dan sejujurnya, terlambat pada hari ujian adalah ide yang buruk.


Tapi apa yang terjadi sudah terjadi, dan akulah yang akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan ini ke sekolah.


Jadi, ini bukan salahnya, ini salahku karena tidak memberitahunya bahwa jalan ini curam, atau karena memutuskan untuk mengambil jalan yang akan membahayakan waktu meskipun ini adalah hari ujian.


"Jangan pedulikan itu, bisa kamu lebih bertumpu padaku? Kalau seperti itu, akan lebih mudah bagimu, Charlotte-san, jadi kita bisa berjalan lebih cepat. Lalu kita bisa membicarakan sesuatu yang menyenangkan."


Aku terus tersenyum dan berbicara dengan Charlotte-san, mencoba untuk ceria agar dia tidak terlalu memikirkannya.


"Oh ya, ceritakan padaku tentang komik yang kamu sukai, Charlotte-san."


Kemudian, karena berpikir bahwa topik favoritnya mungkin bisa mengalihkan perhatiannya, jadi aku mencobanya.


"Tapi Aoyagi-kun tidak tertarik......"


"Meskipun aku tidak tertarik, itu adalah sesuatu yang kamu sukai, Charlotte-san, jadi aku akan senang jika kamu menceritakannya padaku."


"Eh!? I-Itu......!"


Ketika aku menyampaikan apa yang kupikirkan, Charlotte-san sangat terkejut, seakan dia dirinya yang kelelahan tadi itu bohong.


Hal ini menyebabkan Emma-chan, yang sedang tidur di gendonganku, menggeliat dan membuat ekspresi muram.


Namun sepertinya dia masih dalam tidur yang lelap, dan mulai mengeluarkan suara napas tidur yang lucu sekali.


Setelah memastikan bahwa Emma-chan bernapas dengan tenang dalam tidurnya, aku mengalihkan pandanganku kembali ke Charlotte-san.


Lalu, entah kenapa, wajahnya berubah menjadi merah padam dan mulutnya bergerak-gerak.


"A-Ada apa?"


"S-Soalnya, b-barusan yang kamu katakan itu......"


"Kata yang baru saja kukatakan? ---Ah."


Aku memikirkan kembali kata-kataku dan menyadari bahwa aku baru saja mengatakan sesuatu yang tak terduga.


Sial......kalau begini, sama saja aku mengatakan kalau aku punya perasaan pada Charlotte-san, bukan?


Kurasa itu sebabnya Charlotte-san langsung mundur dariku.


"M-Maaf, aku tidak bermaksud apa-apa."


Sebenarnya, aku memiliki perasaan yang meluap-luap pada Charlotte-san, tapi aku tidak memiliki perasaan licik seperti itu ketika aku mengatakan apa yang baru saja kukatakan.


Satu-satunya hal yang kumaksudkan adalah, bahwa aku benar-benar senang jika itu adalah tentang cerita yang dia sukai.


Oleh karena itu, aku memperlihatkan hal tersebut, tapi kali ini tiba-tiba dia kecewa.


"......"


"A-Ada apa?"


"Tidak, bukan apa-apa......"


Ya, jelas ada sesuatu.


Aku bisa melihatnya, tapi aku tidak tahu apa yang baru saja kukatakan yang membuatnya seperti ini, dan aku tidak bisa melangkah maju.


Saat sedang seperti itu, dia tersenyum padaku.


Ternyata, dia masih memiliki energi yang tersisa......pikirku dalam hati.


"Aku mungkin akan keluar jalur saat berbicara tentang komik lho?"


Saat dia mengatakan hal ini, dia menunjukkan sisi jahilnya dengan menjulurkan lidahnya sambil mengedipkan mata.


Mungkin, dia juga mencoba mengubah suasana.


Melihatnya seperti itu, aku dengan mudah terpikat oleh sisi nakal Charlotte-san.


Pada akhirnya, setelah itu, Charlotte-san, yang masih mengalami kesulitan berjalan sendirian, memeluk lenganku lagi dan kami pun pergi ke TK, sambil membicarakan tentang komik.


Aku khawatir membiarkan Charlotte-san menggendong Emma-chan dalam kondisi seperti ini, jadi aku memutuskan untuk berjalan sampai ke pintu masuk TK.


Jalannya menurun dari titik tengah, jadi tampak sedikit lebih mudah bagi Charlotte-san.


Ketika kami tiba di TK, Charlotte-san menggendong Emma-chan dan masuk ke TK.


Beberapa saat kemudian, aku mendengar Emma-chan menangis saat terbangun di TK.


Bagaimanapun juga, karena dia terbangun di TK, jadi Emma-chan tampaknya mengamuk.


---Namun, tangisan itu berhenti dengan sangat cepat dan Charlotte-san, yang terlihat sedikit lelah, kembali menghampiriku.


"Kerja bagus. Kamu baik-baik saja?"


"Ya......Maafkan aku karena membuatmu menunggu."


Ketika aku memanggilnya, Charlotte-san tersenyum bermasalah dan meminta maaf.


Padahal dia pasti lelah, tapi sungguh mengagumkan betapa perhatiannya dia.


"Tidak, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."


Aku tersenyum padanya agar Charlotte-san tidak khawatir.


Kemudian, dia melirik ke arahku dan meluncur memeluk lenganku.


Sedikit mengintip wajahnya, dia benar-benar anak yang begitu manis.


Aku membuka mulutku, mencoba memasang wajah poker agar dia tidak tahu kalau aku berdebar.


"Jadi, apa Emma-chan baik-baik saja?"


Meskipun tangisannya berhenti lebih awal, aku khawatir karena aku bisa mendengar Emma-chan menangis, jadi aku menanyakannya sambil berjalan sedikit lebih cepat.


Kekuatan Charlotte-san tampaknya sedikit pulih, jadi sepertinya dia akan bisa sampai ke sekolah.


"Dia sudah menantikan untuk berangkat bersama Aoyagi-kun dan cukup kesal karena dia bangun dan menemukan bahwa dia sudah di TK."


"Ah......apa dia berpikir kalau dia akan dibangunkan saat aku selesai berpakaian?"


"Mungkin.......Tapi begitu dia menyadari bahwa Claire-chan melihatnya, dia langsung tenang."


"Oh, benarkah? Karena itu ya tangisannya berhenti lebih cepat dari yang kukira."


"Ya. Kupikir dia mungkin malu karena teman-temannya yang sebaya akan melihatnya menangis atau bertingkah."


"Meskipun masih kecil, tetap saja punya gengsi ya."


"Sepertinya begitu. Anak itu, meski terlihat seperti itu, dia cerdas, jadi mungkin dia memiliki tekad yang lebih kuat daripada anak-anak umumnya."


Meskipun begitu, dia sangat manja, tapi lebih baik tidak mengatakan hal-hal yang membosankan begitu.


Dan mengenai Emma-chan yang cerdas, aku setuju dengannya.


Dia tahu banyak kata di usianya.


Aku mendengar bahwa dia sering menonton anime dengan Charlotte-san, jadi mungkin itulah cara dia belajar bahasa, tapi meskipun demikian, itu pada tingkat di mana aku penasaran bagaimana dia bisa mengingatnya.


Dan jika itu bahasa Inggris, bahasa ibunya, dia bisa menulis tanpa masalah.

Tln : Tau kan ya apa itu bahasa ibu


Seperti yang diharapkan dari adik Charlotte-san.


"Kurasa kita tidak perlu terlalu khawatir untuk besok."


Selama kita membawanya ke TK, dia akan menjadi pendiam setelahnya, berkat efek teman.


Jika kami tahu sebanyak itu, sepertinya kami tidak akan mengalami kesulitan untuk membawa Emma-chan ke TK.


"Aku rasa begitu."


Menanggapi perkataanku, Charlotte-san tersenyum balik padaku.


Kami jadi diam dan menikmati suasana hanya berdua dalam perjalanan menuju sekolah.


---Meskipun, jarak dari sini ke sekolah cukup dekat, dan sedikit lebih jauh lagi, ada lebih banyak siswa yang berangkat ke sekolah.


Jadi, seperti yang sudah dijanjikan, kami pergi secara terpisah dari tempat di mana lebih banyak siswa pergi ke sekolah.


Ketika aku membiarkan Charlotte-san pergi mendahuluiku, aku khawatir kalau-kalau dia terlihat kesepian, tapi aku tidak punya pilihan lain.


Jika terbongkar secara tidak sengaja masih bisa dimaklumi, tapi kalau kita sengaja meningkatkan risiko dan akhirnya terbongkar, itu hanya akan membuat kita terlihat bodoh.


Sebisa mungkin, aku tidak ingin membebaninya.


Sambil memikirkan hal itu, aku menjaga jarak dengan Charlotte-san sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kecurigaan, dan kami berdua berjalan menuju sekolah.

1 comment for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 2.4"