Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 1.3

Bab 1 - Gadis Kecil Berambut Perak Masuk Ke Taman Kanak-kanak




"Hei, Akihito. Rasanya suasana hatimu akhir-akhir ini sedang baik ya?"


Istirahat makan siang---saat aku sedang makan satu set makanan di kantin, Akira, yang sedang makan nasi kari di depanku, menatap wajahku dengan rasa ingin tahu.


"Benarkah?"


"Ya, raut wajahmu menunjukkan kalau kau menjalani hari yang memuaskan."


Hari-hari yang memuaskan---memang, begitulah.


Aku bersama Charlotte-san, yang sangat populer dan kini menjadi idola sekolah, setiap pagi dan malam, dan aku dimanjakan oleh adik perempuannya, Emma-chan, yang imut seperti malaikat.


Bagaimana mungkin hal ini tidak memuaskan?


Tapi aku tidak pernah berpikir mereka akan memperhatikannya......


"Apa itu terlihat jelas di wajahku?"


"Ya, kau terlihat senang. Sama seperti saat di SMP."


"......"


Aku menghentikan sumpitku saat mengambil udang goreng, hidangan utama dari paket A.   


Aku kemudian menatap wajah Akira dengan tajam.


"Mungkinkah, kau mendapat telepon dari rumahmu---"


Akira, yang tadinya berbicara dengan senang hati, berhenti berbicara ketika melihat wajahku.


Kemudian, ekspresinya menjadi gelap, seolah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya.


"Maaf, kurasa tidak begitu......"


"Tidak, kau tidak perlu minta maaf, tapi......tidak mungkin aku akan mendapat telepon."


"......Hei, Akihito. Apa kau tidak akan bermain sepak bola lagi? Bersamaku lagi, seperti dulu---"


"Akira, sudah kubilang jangan bicarakan itu lagi. Aku tidak punya kualifikasi untuk itu."


"Kau lah satu-satunya yang mengatakan itu......!"


"Tidak, bukankah kau melihat reaksi di sekitar kita saat itu, Akira? Selain itu, bagaimana aku, yang telah merebut sepak bola dari mereka, bisa turun ke level mereka dan bermain sepak bola sekarang?"


"Itu juga, bukan salahmu---"


"Itu salahku. Jika bukan karena aku, semua itu tidak akan terjadi."


"Akihito......"


Akira mengertakkan giginya dengan frustasi.   


Aku tersenyum pada Akira yang seperti itu.  


"Sudahlah, jangan bicarakan hal ini lagi. Yang lebih penting, apa kau siap untuk ujian?"


"Ugh---! K-Kau......tiba-tiba membawa topik ujian......Jangan mengungkit-ungkitnya lagi!"


Akira menatapku dengan kesal, terbatuk-batuk, seakan air masuk ke tenggorokannya.


"Tidak, kau yang terlalu berantakan. Ujiannya dimulai besok, ingat?"


"T-Tenang saja, aku tidak akan dapat nilai merah, mungkin."


"Kenapa berbicaramu jadi kaku begitu......?"


Aku melihat sahabatku, yang memiliki tatapan jauh di matanya, dan tahu betul bahwa ia tidak siap untuk ujian.


"Nanti, aku akan memberikan buku catatan yang berisi bagian-bagian yang mungkin akan diujikan dalam setiap mata pelajaran, dan kau harus menghafalnya. Setidaknya kau akan terhindar dari nilai merah."


"Akhihito.......! Kau adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki!


"Kau ini, kau tidak boleh mengatakan itu di depan para gadis, karena mereka akan berpikir kau adalah pria yang mau nyamannya saja."


Aku tersenyum pahit pada Akira, yang terlihat sangat senang dan memegang kedua pundakku. 


"Ha......!? Apa itu sebenarnya alasan kenapa aku tidak populer......!?"


"Tidak, kurasa karena kau terlalu agresif terhadap orang yang kau inginkan."


Selain itu, Akira bukannya tidak populer.


Meskipun sempat absen setelah mengalami cedera serius, Akira merupakan salah satu penyerang yang saat ini menarik perhatian di level pemain muda.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Kini, setelah cederanya pulih sepenuhnya, ia bisa dipanggil ke tim nasional untuk generasinya.


......Jika saja ia tidak cedera, ia pasti sudah dipanggil sekarang tanpa kekosongan itu, tapi.......   


Karena Akira memiliki kemampuan seperti itu, ia cukup populer di kalangan gadis-gadis pencinta sepak bola dari sekolah lain.


Namun, entah kenapa, Akira tidak mengincar gadis-gadis penggemar itu.


Dalam benak Akira, popularitas di kalangan penggemar sepertinya tidak termasuk dalam kategori populer.


"Haa......Charlotte-san bahkan tidak mau main, tidak peduli berapa kali aku mengajaknya......"


Tiba-tiba, nama Charlotte-san keluar dari mulut Akira, dan aku terkejut.


Aku masih belum memberitahu Akira bahwa aku semi tinggal bersama Charlotte-san, dan ini mulai terasa tidak nyaman.  


"Ahaha......yah, dia juga sibuk. Itu berarti dia merawat adiknya, dan itu tidak bisa dihindari, bukan?"


"Ya, tapi......bagaimanapun juga, sepertinya dia punya pacar ya......"


"Eh......apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"


"Apa ya, perbedaan suasananya? Saat aku berbicara dengannya, suasananya berbeda dengan saat kami baru bertemu......"


Akira memiliki naluri yang liar.


Ini bukan masalah logika, tapi masalah intuisi dan tebakan yang bagus.


Namun demikian, seperti yang sudah diduga, Charlotte-san tidak punya pacar.


Setelah menghabiskan begitu banyak waktu bersama, akan mudah untuk mengetahui apa dia punya hubungan dengan seorang laki-laki.


Yang terpenting, dia tidak akan datang ke kamarku untuk main.


Kami baru saja saling mengenal dalam waktu yang singkat, tapi aku bisa melihat bahwa dia adalah orang yang mampu menentukan batasan-batasan.


"Ketika baru bertemu, itu baru dua minggu yang lalu bukan. Tidak mungkin kita dapat dengan mudah mengenali perubahan yang terjadi begitu cepat."


"Begitukah......? Tapi dari penampilannya, aku cukup yakin dia menyukai seseorang......"


"B-Begitu ya......"


Charlotte-san menyukai seseorang---itulah yang ia katakan, dan sebuah pikiran terlintas di benakku.


Tapi tentu saja aku tidak bisa membicarakannya, dan jika aku salah, aku akan sangat malu.


Maksudku, mungkin itu tidak memiliki makna yang dalam, karena di negara lain orang mencium pipi sebagai salam.


Karena itu, aku memutuskan untuk tidak membahasnya di sini.  


"Yah, kurasa kita tidak akan sampai pada kesimpulan apa pun di sini. Ayo kita kembali ke kelas."


Aku mendesak Akira sambil tersenyum.   


Kami kemudian berdiri dan aku tiba-tiba teringat sesuatu.


"Oh, ngomong-ngomong...... bagaimana kalau kita adakan pesta penyambutan untuk Charlotte-san di hari terakhir ujian?"


"Ah. Kita belum melakukannya, kalau dipikir-pikir!"


Aku berhasil menelan komentar "Hei, kau melupakannya?" dan melanjutkan berbicara sambil tersenyum.


"Ini adalah kesempatan yang bagus, kenapa kau tidak mengundangnya? Aku yakin semua orang akan senang untuk bergabung.


"Benar juga. Aku juga kebetulan sudah selesai latihan, jadi aku akan memanggilnya!"


Kelihatannya Akira cukup antusias dengan ide tersebut.


"Ini sebenarnya tidak perlu dikatakan, tapi yang pertama kali harus kau lakukan adalah memastikan dengan Charlotte-san. Selain itu, dia pasti punya situasinya sendiri, jadi jika dia ragu-ragu atau apa pun itu, kau tidak bisa memaksanya.


"A-Ah, itu benar.......Oke, aku akan berhati-hati."


"Terima kasih."  


"Hah, kenapa kau berterima kasih padaku?"


"Oh, tidak......aku baru saja melakukan kesalahan. Aku mengandalkanmu, Akira."


Aku tersenyum, berusaha menutupinya dan segera pergi untuk mengembalikan piring-piring itu ke dapur.


Akira memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu, namun mengikutiku tanpa mengatakan apa-apa.


Kami berdua kemudian menyerahkan piring-piring itu kepada pelayan kantin dan kembali ke kelas.


Sepertinya, Akira tidak akan mengundang Charlotte-san dengan paksa.


Sisanya diserahkan pada penilaian Charlotte-san.


---Tapi meski begitu, telepon dari rumah, ya.......


Itu tidak mungkin.


Mereka hanya menggunakanku, mereka bukan orang tua kandungku, mereka bahkan tidak berniat menjadi keluargaku sejak awal---

Post a Comment for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 1.3"