Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 1.2

Bab 1 - Gadis Kecil Berambut Perak Masuk Ke Taman Kanak-kanak




『---Onii-chan, bagaimana?』


Keesokan paginya, seorang malaikat mengunjungi kamarku.   


--Emma-chan, yang mengenakan seragam taman kanak-kanaknya, memiringkan kepalanya dengan tangan terentang seolah-olah memamerkan pakaiannya sendiri.


『I-Imutnya......!』


Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakannya, berkat senyumnya yang polos dan seragam taman kanak-kanak, yang menonjolkan kelucuan seorang anak kecil.  


『Ehehe.』


Mungkin senang karena dibilang imut, Emma-chan berpegangan pada kakiku sambil mengeluarkan tawa yang lucu.   


Apa itu, seorang malaikat?  


『Syukurlah, Emma.』


Di belakang Emma-chan, Charlotte-san, yang memiliki aura lembut seperti seorang ibu, tersenyum pada Emma-chan.   


Emma-chan menatap wajah Charlotte-san dan menganggukkan kepalanya dengan senyum lebar di wajahnya.   


Dan sekarang dia menatap wajahku dan merentangkan tangannya.


『Gendong......!』


Kata gendong kini identik dengan Emma-chan.


Dia sangat menyukai digendong sampai-sampai dia memintanya setiap kali ada kesempatan.


『Tunggu sebentar ya.』


Aku membungkuk dan perlahan-lahan mengangkat Emma-chan.   


Aku memegang badan Emma-chan dengan kuat dengan lenganku dan menahannya di tempatnya.  


『Mmm.』


Ketika aku menggendongnya, dia menekan pipinya ke pipiku.


Kelihatannya, ini adalah hal favoritnya untuk dilakukan akhir-akhir ini.


『Entah bagaimana, dengan begini, Aoyagi-kun sudah seperti seorang ayah ya.』


『Eh?』


『Ah......a-aku tidak punya maksud lain, tapi itu membuatku tersenyum, jadi......』


Ketika aku menanggapi kata-kata Charlotte-san, Charlotte-san tersipu malu dan memalingkan wajahnya sambil memegangi tangannya di atas mulutnya.  


『Onii-chan papanya Emma!?』


Sementara aku terpesona oleh Charlotte-san, mata gadis kecil ini, yang sibuk dengan dunianya sendiri, mulai berkilauan.


Bagaimana bisa anak ini salah paham seperti itu ketika dia masih memiliki ayah kandungnya......


Seperti biasa, dia seorang gadis kecil yang aneh.


『Maafkan aku, tapi aku bukan ayah Emma-chan.』


『Buuu.....』


Ketika aku menyangkalnya, Emma-chan menggembungkan pipinya dan merajuk.   


Merajuk dengan cara yang sedikit berbeda dari pada yang dulu-dulu.  


Untuk saat itu, aku menepuk-nepuk kepalanya dan menenangkannya.   


Hal ini cukup untuk membuat pipi Emma-chan langsung mengendur dan suasana hatinya menjadi gembira.  


『Sungguh, Aoyagi-kun, kamu sangat pandai menghadapi Emma ya......』


Charlotte-san, yang sedang menyaksikan percakapan antara aku dan Emma-chan, berkata seolah dia terkesan.   


Daripada aku yang pandai, kupikir karena Emma-chan yang sederhana......tapi aku tidak merasa tidak enak saat dia terkesan.  


『Haha, terima kasih. Daripada itu, aku senang Emma-chan sudah siap untuk masuk ke taman kanak-kanak.』


Sejak mereka datang ke Jepang, dia selalu berada di rumah kecuali saat kami pergi berbelanja, jadi aku berpikir tentang kemungkinan Emma-chan akan mengeluh untuk pergi ke taman kanak-kanak.


Tapi dari penampilannya, Emma-chan tampaknya tidak keberatan untuk pergi ke taman kanak-kanak.


Namun---


『Kupikir itu akan menjadi sulit mulai dari sini.....』


Saat dia berbicara dengan tatapan mata yang agak jauh, aku mengerti apa yang ingin dia katakan.


Apa yang Charlotte-san coba katakan adalah bahwa Emma-chan bersemangat karena dia akan pergi ke rumahku, tapi jika dia pergi ke taman kanak-kanak dari sini, ada kemungkinan dia akan mengeluh.   


Maksudku, dari kelihatannya, itu adalah kemungkinan yang kuat, aku bisa melihatnya.  


『Onii-chan, Emma lapar......』


Meskipun kami sudah membicarakan tentang Emma-chan sejak beberapa waktu yang lalu, sungguh mengherankan bahwa yang bersangkutan tidak tertarik.


Dia sepertinya menginginkan makanan lebih dari apapun saat ini.  


『Benar juga. Charlotte-san, aku minta maaf, tapi bisakah kamu membantu?』


Emma-chan dalam gendonganku tampaknya sudah mencapai batasnya, jadi aku meminta Charlotte-san untuk sarapannya.   


Lalu dia tersenyum masam.  


『Ya, tolong tunggu sebentar.』


Charlotte-san, dengan pipinya yang sedikit memerah, mengatakan itu, mengambil makanan yang telah dia masukkan sebelumnya dari kulkasku dan mulai mencuci tangannya dengan hati-hati di tempat cuci tangan.   


Kemudian dia mulai menyiapkan sarapan---dan aku hanya bisa menatap punggungnya.   


Seorang gadis cantik dengan seragam sekolah yang sama denganku sedang berdiri di dapurku, menyenandungkan sebuah lagu.


Ketika aku memikirkannya lagi, aku masih tidak percaya ini terjadi.


Meskipun keadaan agak canggung akhir-akhir ini, namun aku masih merasa sangat gembira dengan momen ini.


Namun---


『Onii-chan, ayo main?』


Aku tidak bisa hanya menatap Charlotte-san selamanya.


Aku mengalihkan pandanganku pada Emma-chan, yang memiringkan kepalanya dengan manis dalam pelukanku.


『Mau main apa?』


『Mmm~?』


Menanggapi pertanyaanku, Emma-chan mulai berpikir dengan kepala yang dimiringkan.


Kemudian dia menempelkan wajahnya ke dadaku.


Permainan macam apa ini?


Aku mengamati apa yang dipikirkan Emma-chan.


Kemudian, Emma-chan menatapku.


『Ehehe.』


Hanya dengan menatap mataku, Emma-chan mengendurkan pipinya sambil tersenyum.


Ya, dia memang imut seperti biasanya.


Sepertinya Emma-chan lebih suka dimanjakan daripada bermain bersama.


Jadi, aku mengelus kepala Emma-chan dengan lembut.


Emma-chan, yang senang kepalanya dielus, menyipitkan matanya dengan senang hati.


Sambil ditenangkan oleh ekspresinya yang seperti kucing, aku memastikan Emma-chan tidak tertidur.   


Tak lama kemudian, sarapan Charlotte-san sudah siap.


『---Hari ini juga enak sekali.』


Setelah aku menyuapi Emma-chan, aku memakan makanan itu sendiri dan mengatakan bagaimana kesanku tentang makanan itu.


Kemudian, Charlotte-san sedikit memerah pipinya, dan berseri-seri karena malu.


『Aku senang mendengar kamu mengatakannya......Aoyagi-kun.』


Entah itu basa-basi atau dia benar-benar berpikir begitu---


Mungkin yang terakhir.


Charlotte-san yang sekarang mengecat pipinya dengan warna merah dan menatapku dengan mata yang sedikit menyala.


Kau akan tahu apakah kata-kata yang diucapkannya adalah basa-basi atau bukan---kecuali jika kau sangat tidak peka.  


『Umm......terima kasih untuk semuanya.』


『Tidak, ini adalah apa yang kami minta kamu lakukan untuk kami......Aku juga, terima kasih banyak......』


『『......』』


Kami berdua saling berterima kasih dan kemudian kami berdua terdiam.


Benar-benar selalu seperti ini sejak ciuman itu.


Aku ingin mengobrol dengannya, tapi ketika kami berdua bersama, aku langsung sadar akan dirinya dan kata-kata tidak keluar dengan baik.


Meski, jika aku menempatkan Emma-chan di antara kami, kami bisa berbicara dengan normal---hmm?


Kalau dipikir-pikir, Emma-chan dari tadi diam saja......


Tiba-tiba berpikir begitu, dan aku menurunkan pandanganku ke dalam pangkuanku.   


Lalu---


『Fuuu, fuuu....』


Gadis kecil berambut perak itu mengeluarkan suara tidur yang lucu.


『Ah......』


Emma-chan memiliki kemungkinan besar untuk tertidur setelah makan, tapi aku mengalihkan pandanganku darinya.


Meski terkantuk-kantuk, dia akan berusaha untuk tetap terjaga jika aku mengajaknya bicara, tapi begitu dia tertidur, sulit untuk membangunkannya.


Dia adalah tipe anak yang akan badmood ketika dia bangun dari tidurnya.


『Maaf, Charlotte-san.』


Aku minta maaf pada Charlotte-san karena meskipun aku harus berhati-hati agar Emma-chan tidak tertidur, tapi aku membiarkannya tidur.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Tapi Charlotte-san perlahan menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.


"Tidak, itu bukan salah Aoyagi-kun."


Pasti karena Emma-chan mengantuk.


Dia beralih ke bahasa Jepang dan memberiku senyuman lembut.


"Tapi kita harus membangunkannya kalau dia tertidur......"


"Begitulah cara mengasuh anak. Anak-anak kecil mengikuti keinginan mereka dan itu tidak bisa dihindari."


"Tapi akan gawat kalau tidak membangunkannya, bukan?


"Itu......benar juga. Akan lebih mudah kalau kita membawanya ke taman kanak-kanak seperti ini, tapi kalau dia bangun di sana, dia mungkin akan panik......"


Dari apa yang telah kuketahui, Emma-chan tidak nyaman berada di tempat yang tidak dia kenal.


Jika dia terbangun di tempat yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan ditinggalkan di sana tanpa mengetahui alasannya, hal itu akan membuatnya panik.


"Aku akan membangunkannya."


Pokoknya, akulah yang menidurkannya, jadi aku yang akan disalahkan.


"Tapi......jika kamu membangunkannya saat dia tertidur, tidak peduli kalau itu Aoyagi-kun......Emma, kupikir dia akan mengamuk, jadi......"


"Tidak apa-apa kok, kalau hanya begitu. Bahkan jika dia meronta-ronta, itu masih dalam kategori anak kecil."


......Yah, sejujurnya, Emma-chan bisa jadi cukup merepotkan......


Maksudku, terakhir kali aku menyusun kartu domino untuk meminta maaf padanya, itu sangat sulit karena setiap kali aku menjatuhkannya, dia langsung mengamuk.......


Tapi itu jelas lebih baik daripada mengganggu Charlotte-san dengan kesalahanku.


『---Emma-chan, ayo bangun. Ini sudah pagi lho.』


Kata-kata yang kulontarkan padanya tidak tepat karena dia sudah bangun sebelumnya, tapi aku memanggilnya dengan bahasa yang biasa digunakan saat membangunkan Emma-chan.   


Aku menepuk pipinya dengan lembut dan mencoba merangsangnya dari luar juga.


Lalu---


『Nnnn......!』


Emma-chan meraih jariku tanpa membuka matanya.


Mungkin maksudnya adalah aku harus berhenti melakukan itu.   


Nalurinya cukup bagus untuk seorang anak semuda itu untuk menangkapnya tanpa melihat.


"Tidak berhasil ya......"


Di depan adiknya yang tidak terbangun, Charlotte-san tersenyum bermasalah.


Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja.


Aku meraih ponsel di atas meja dan mulai menjalankannya.   


Charlotte-san menatapku dengan penasaran, tapi aku tidak menjawabnya, berpikir bahwa lebih cepat bertindak daripada mengucapkan kata-kata.


Dan kemudian---


《Nyaa~. Funyaa~》


Saat aku mendekatkan ponselku ke telinga Emma-chan, suara mengeong kucing mulai terdengar dari ponselku.


"Ah, suara kucing......"


"Eh?"


"Hmm......? Itu suara kucing, kan......?"


Aku menatap Charlotte-san dengan terkejut, dan dia menatapku dengan ekspresi kaget.


"Ya, tapi......"


Apa, kau bisa mendengar suara ini?


Charlotte-san, apa mungkin pendengaranmu sangat bagus?   


---Kenapa aku terkejut?


Itu karena saat ini volume ponselku sangat kecil.


Aku akan menaikkan volume secara bertahap agar Emma-chan tidak terkejut, tapi......sejujurnya, bahkan aku pun hampir tidak bisa mendengarnya.


Namun, aku tidak tahu bahwa Charlotte-san, yang duduk agak jauh, akan bisa mendengarnya.   


Aku belum pernah bertemu dengan seseorang yang memiliki pendengaran yang setajam ini.   


Pokoknya, aku perlahan-lahan meningkatkan volumenya, karena Charlotte-san akan mengira aku bersikap aneh jika aku terus seperti ini.   


Kemudian kelopak mata Emma-chan perlahan-lahan mulai bergerak.


Tampaknya, hal ini memberikan efek yang sedikit banyak.


Aku menunggu sebentar.


Kemudian mata Emma-chan perlahan-lahan terbuka.


『Kucing......』


Matanya yang setengah terbuka, terlihat samar-samar dan tampak jelas bahwa dia mengigau.   


Namun demikian, dia kelihatannya sedang mencari kucing dari cara tatapannya yang mengembara.


『Emma-chan, kamu sudah bangun?』


『Hmmm......?』


Ketika aku memanggilnya, matanya yang tidak fokus menoleh ke arahku.


『Di mana kucingnya......?』


『Kucingnya ada di sini.』


Aku menunjukkan ponselku, yang mengeluarkan suara kucing mengeong, pada Emma-chan.


Emma-chan kemudian meraih ponsel itu.


Aku telah mempertimbangkan kemungkinan bahwa dia akan marah jika dia membuka matanya karena mengira ada kucing, hanya untuk mengetahui bahwa itu sebenarnya adalah sebuah video, tapi dia tampak lebih tertarik untuk menonton video kucing.


Jadi aku menyerahkan ponselku pada Emma-chan.  


"Sungguh menakjubkan, aku tidak menyadari betapa mudahnya bagi Emma untuk bangun.......Mulai besok, aku akan melakukannya juga."


Charlotte-san, yang telah menyaksikan percakapan kami, terlihat sangat terkejut dan bergumam.



Aku tidak tahu bagaimana dia melakukannya setiap pagi, tapi sepertinya dia kesusahan.


Hanya saja---


"Mungkin itu tidak akan berhasil berkali-kali."


Kali ini adalah pertama kalinya dan dia baru saja membuka matanya karena mengira ada kucing.


Tetapi setelah dia terbiasa, hal itu tidak akan menstimulasinya saat tertidur, dan begitu dia mengetahui bahwa kucing itu sebenarnya tidak ada di sana sebagai alat untuk membangunkannya, dia bahkan tidak akan membuka matanya.


Kau tidak bisa melakukan hal ini lebih dari sekali.


"Sayang sekali......"


Bahkan tanpa penjelasan verbal dariku, Charlotte-san yang tanggap kelihatannya menyadari apa yang ingin kukatakan.   


---Dan, ketika kami berbicara berdua seperti ini, Emma-chan sepertinya akan tertidur lagi......


『Emma-chan, ayo kita pergi ke luar segera?』


Kupikir Emma akan tertidur lagi jika akub tidak melakukan sesuatu, jadi aku memanggilnya, yang sedang menonton video dengan mata mengantuk.


『Ke luar......? Ke mana......?』


Hah?


Emma-chan, apa kamu tidak sadar kalau kamu akan masuk ke taman kanak-kanak?


Aku mempertanyakan kondisi Emma-chan dan mengalihkan pandanganku ke Charlotte-san.


Kemudian, dia perlahan menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi yang lain, tersenyum seolah dia tidak punya pilihan.


Sepertinya, dia sudah menjelaskannya.


『Ke taman kanak-kanak.』


『......Onii-chan juga, bersama-sama......?』


Emma-chan, yang menatapku dengan mata mengantuk, memiringkan kepalanya dan bertanya.


Sejujurnya, aku ingin pergi juga jika aku bisa menemaninya.   


Namun seperti yang sudah diduga, kurasa tidak tepat bagiku untuk menemaninya ke taman kanak-kanak karena aku bukan keluarga, dan bahkan jika aku hanya menemaninya dalam perjalanan, ada kemungkinan Emma-chan akan mulai manja di persimpangan jalan.


Di atas segalanya, jika aku terlihat bersama Charlotte-san, hal itu akan menimbulkan masalah baginya karena rumor yang beredar.


Jadi ada beberapa kata yang harus kujawab di sini.


『Maaf ya, tapi aku tidak bisa pergi dengan Emma-chan.』


『Muuu......』


Aku menggelengkan kepala dan Emma-chan menggembungkan pipinya tanda tidak setuju.


Lalu dia mulai menepuk-nepuk tanganku.


Kurasa dia mengatakan bahwa dia ingin pergi denganku.


Kelihatannya, dia sudah bangun.


『Emma, ayo berangkat denganku, oke?』


『Ya~......』


Ketika Charlotte-san menatap wajah Emma-chan, Emma-chan mengangguk dengan enggan.


Sejak kejadian sebelumnya, sepertinya dia sedikit lebih baik dalam mendengarkan.   


Memang, masih ada bagian yang tergantung pada suasana hatinya, tapi kalau memang demikian saat dia bangun dari tidurnya, kami mungkin bisa mengharapkan lebih banyak lagi di masa depan.   


Setelah itu, setelah Charlotte-san dan Emma-chan pergi, dan aku berangkat ke sekolah sendirian.

1 comment for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J2 Bab 1.2"