Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.8

Bab 4 - Yang Disukai Gadis Cantik Siswi Pindahan Dari Luar Negeri




A-Aku melakukan hal yang sangat berani.......


Di dalam kegelapan, sambil mendengarkan napas tidur Aoyagi-kun, aku menyesali apa yang telah kulakukan.


Ia demam dan aku terburu-buru untuk mengantisipasinya, tapi aku malah melakukan apa yang biasa kulakukan pada Emma ke Aoyagi-kun.


Sungguh hal yang tidak pantas dilakukan pada laki-laki seusiaku.


Aoyagi-kun, ia merasa terganggu tidak ya......?


Aku jadi khawatir ia akan menganggapku aneh dan dadaku jadi sesak karena gelisah.


Tapi......sejujurnya, kupikir itu masih aman.


Masalahnya adalah---ketika aku mencoba membaca komik bersamanya......!


Aku tidak menyangka, aku memintanya untuk duduk seperti memelukku......!


S-Sangat tidak pantas......!


Itu benar-benar berlebihan.......


Tidak heran kalau Aoyagi-kun bingung, karena seorang gadis seangkatannya membuat permintaan seperti itu.


Ia sekarang sudah tertidur dengan nyenyak, tapi.......


Sekarang, mataku sepertinya mulai terbiasa dengan kegelapan dan aku bisa melihat wajah Aoyagi-kun kalau aku mendekatkan wajahku ke arahnya.


『......』


Tidak ada seorang pun yang melihat kami sekarang kan......?


Sambil menekan dadaku yang berdegup kencang dengan tanganku, tidak bisa menahan rasa ingin tahuku, tanpa sadar aku mendekatkan wajahku.


Melihatnya seperti ini, bulu matanya......lumayan panjang ya......


Terlihat seperti seorang gadis.


Wajahnya juga rupawan dan hidungnya mancung.


Sayang sekali, rambutnya agak kusut.


Kalau saja ia menata rambutnya, ia pasti akan populer di kalangan para gadis, kan?


Padahal kalau seperti itu---di kelas, ia tidak akan dibicarakan dengan buruk.......


Tiba-tiba aku teringat apa yang terjadi di sekolah.


Hari ini pun ia bertindak sebagai satu-satunya orang jahat dan semua orang mengeluh tentangnya.


Padahal kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan Aoyagi-kun memang benar, tapi tidak ada yang mencoba memahaminya.


...... Tidak, Saionji-kun berada di pihak Aoyagi-kun, jadi mungkin ia mengerti.


Tapi posisinya berada di tengah-tengah.


Jadi, meskipun ia memihak Aoyagi-kun, orang-orang tidak akan mengatakan apa-apa tentang hal itu.


Dilihat dari luar, Aoyagi-kun sendiri saja sudah terlihat seperti orang jahat.


Melihat itu membuatku sangat sedih.


Aku orang yang berpikir seperti ini, tapi aku termasuk kelompok pengamat di kelas.


Sebenarnya aku ingin mengatakan bahwa ia benar, tapi suatu kali ketika aku mencoba membela Aoyagi-kun, ia menghentikanku hanya dengan sekilas pandang.


Kemudian, saat aku menyinggung masalah ini ketika kami sedang berdua, ia berkata, "Tidak apa-apa kok, kalau hanya segitu. Terkadang kalau tidak ada sosok orang jahat, tidak akan ada yang terbentuk. Kupikir kalau kamu masuk, pasti akan ada perbedaan pendapat dan itu akan menyebabkan pertengkaran. Karena itu, kamu tidak perlu membelaku ketika aku sedang disalahkan di sekolah. Akira yang akan melakukanya disaat aku membutuhkannya." dan sebaliknya, malah aku yang diyakinkan olehnya.


Aku mengerti apa yang dikatakan Aoyagi-kun.


Jika aku bergabung dengan pihak Aoyagi-kun, ada kemungkinan orang lain akan mengalir ke pihaknya, dan kemudian pendapat akan terbagi menjadi dua dan pertengkaran akan dimulai.


Ia tidak menyukai itu, dan mencoba untuk mendiamkan keadaan dengan menjadi orang yang jahat dan tidak membalas.


Satu orang berkorban dan semua orang terselamatkan.


Kedengarannya mungkin bagus, tapi itu adalah cara hidup yang sangat menyakitkan.


Aku tidak akan bisa melakukan hal yang sama.


Sungguh betapa baiknya ia.......


---Aku teringat percakapanku dengan Hanazawa-sensei di sekolah hari ini.


Saat itu aku bertanya padanya tentang yang disukai Aoyagi-kun.

Baca novel ini hanya di Musubi Novel




"---Hmm? Genre komik yang mungkin disukai Aoyagi? Kenapa kau menanyakan hal itu?"


Saat makan siang, Hanazawa-sensei bertanya padaku tentang maksudku saat mengunjunginya.


"Saya berpikir untuk merekomendasikan beberapa komik padanya, tapi saya tidak tahu apa yang ia sukai, jadi saya ingin Anda memberitahukannya."


"Kalau begitu lebih baik tanyakan saja pada Saionji. Ia mengenal Aoyagi lebih lama daripada aku,dan tentu saja Saionji, sebagai sahabatnya, akan lebih banyak tahu tentang kesukaannya."


"Kalau itu ......umm......."


"Apa ada alasan kau tidak bisa bertanya padanya?"


Aku menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaan Hanazawa-sensei.


Pada awalnya, aku juga memiliki ide untuk bertanya pada Saionji-kun.


Tapi kemudian aku ingat bahwa Aoyagi-kun telah memintaku untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang hubungan kami, dan aku mempertimbangkan kembali.


Jika aku bertanya padanya tentang kesukaan Aoyagi-kun, ia pasti akan mencurigai hubungan kami.


Dalam hal ini, Hanazawa-sensei menyadari hubungan kami dan tampaknya memahami Aoyagi-kun.


Kupikir beliau adalah orang yang tepat untuk situasi ini.


"Hm......yah, kalau begitu aku mungkin bisa menjawabnya......tapi aku tidak membicarakan hal semacam itu dengannya......"


Sensei tampak sangat akrab dengan Aoyagi-kun, tapi tampaknya ada hal-hal yang tidak mereka bicarakan, mungkin karena hubungan guru dan murid.


Namun, Hanazawa-sensei menanggapinya dengan serius, jadi aku memutuskan untuk diam dan menunggu.


"Berbicara tentang Aoyagi, sepak bola adalah......tidak, itu malah berefek kebalikannya. Itu malahan akan mengingatkannya pada sesuatu yang tidak menyenangkan......"


Hanazawa-sensei bergumam agar aku tidak bisa mendengarnya, tapi pendengaranku yang baik membuatku bisa mendengar semuanya.


Kelihatannya Aoyagi-kun menyukai sepak bola.


Tapi apa maksudnya dengan sesuatu yang tidak menyenangkan ya?


Sebenarnya, aku ingin menanyakan itu, tapi aku tidak bisa karena Hanazawa-sensei mengatakannya dengan bergumam agar aku tidak bisa mendengarnya.


Dengan frustrasi, aku menatap Hanazawa-sensei dan menunggu.


"Nah, kalau kau bersikeras untuk merekomendasikannya, kupikir komik yang realistis. Terutama jika itu adalah sesuatu di mana kerja keras terbayar dan hasil yang dicapai, kupikir anak itu akan menyukainya."


Setelah memikirkannya dengan serius, Hanazawa-sensei memberi tahuku sambil tersenyum lembut.


Begitu ya, sebuah komik yang realistis dan membuahkan hasil berkat usaha.


Pada titik ini, aku memiliki sejumlah kandidat yang mengambang di benakku.


Hal ini khususnya berlaku untuk komik olahraga.


Ada banyak komik olahraga yang menggunakan kemampuan khusus, tapi ada juga banyak komik yang menekankan pada kenyataan dan hasil yang dicapai berkat kerja keras.


Ah, tapi......kalau sepak bola mengingatkannya pada hal yang tidak menyenangkan, haruskah aku menghindari komik olahraga?


Selama aku tidak tahu apa isi konten tersebut dan apa yang mengingatkannya, sebaiknya kuhindari jika memungkinkan ya.......?


"---Di sisi lain, mungkin sebaiknya menghindari apa pun yang menggambarkan keluarga yang bahagia. Jika kau mengacaukannya, anak itu mungkin akan mulai menjauhimu."


"Eh......?"


Kata-kata itu terucap tanpa diduga-duga.


Menatap wajahnya, Hanazawa-sensei memiliki ekspresi sedih di wajahnya dan mudah untuk melihat bahwa ada sesuatu yang gelap yang tersembunyi dalam kata-kata ini.


"Hanazawa-sensei, apa yang Anda maksud dengan kata-kata tadi---"


"Ah, tidak, bukan apa-apa. Pokoknya, akan lebih baik kalau komik itu realistis dan hasilnya dicapai melalui kerja keras."


Ketika aku mencoba menanyakan lebih detail, beliau tampak seolah mengatakan, "Aku keceplosan!" dan mengalihkan pembicaraan.


Namun, aku bukan gadis yang sepolos itu untuk ditipu agar mau mendengarkannya.


"Umm, tolong jangan mengelaknya. Apa yang sebenarnya dihadapi Aoyagi-kun?"


Jika ia dalam kesulitan, aku ingin membantunya.


Aku bertanya pada beliau dengan mengingat hal ini, tapi Hanazawa-sensei menggelengkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain.


"Itu bukan sesuatu yang bisa kubicarakan."


"Hanazawa-sensei!"


"Jangan berteriak, ini ruang staf, oke?"


Karena suaraku yang keras, guru-guru di sekitar kami menatapku dengan cemas.


Tentu saja, itu adalah kesalahanku karena berteriak di ruang staf.


Namun, kalau beliau tetap mengelak seperti ini......


"Kalau kau ingin tahu, itu harus datang dari mulut Aoyagi."


'......Apa ia, akan mau membicarakannya?"


"Mustahil kurasa."


"......"


Bagaimanapun aku sedikit tidak menerimanya, dan aku dengan diam menatap Hanazawa-sensei.


Hanazawa-sensei kemudian membuka mulutnya sambil tersenyum pahit.


"Jadi kau juga bisa menentang dan membuat wajah seperti itu ya. Tapi, kalau kau bersama dengan Aoyagi seharusnya kau mengerti, kan? Ia itu orang yang cukup rumit."


"......Hari ini juga, ia mengambil peran sebagai orang jahatnya sendirian."


"Ya, seperti itulah ia. Ia adalah tipe anak yang bersedia mengorbankan dirinya jika itu membuat orang lain bahagia. Bagaimana mungkin orang seperti itu mengatakan sesuatu yang akan membuat orang lain mendapat masalah tentang urusannya?"


Apakah itu keceplosan atau memang disengaja?


Entah yang mana, tapi Hanazawa-sensei menyiratkan bahwa apa yang diemban oleh Aoyagi-kun adalah hal yang mengganggu dan akan merepotkan orang lain.


Aku benar-benar ingin tahu apa yang ia hadapi.......


"Namun, bukankah Anda terlalu kejam untuk meminta saya mencari tahu dari Aoyagi-kun sendiri?"


"Yah, aku ingin tahu? Tentu saja kalau Aoyagi yang sekarang itu mustahil, tapi bukan berarti tidak mungkin, bukan?"


"Umm, tolong jangan menjahili saya......"


"Bukan begitu, jika itu tidak mungkin oleh Aoyagi yang sekarang, maka kau bisa membuatnya mengubah cara berpikirnya sendiri. Itulah kenapa aku mengatakan bahwa hal ini tidak mustahil."


Entah kenapa, Hanazawa-sensei menunjukkan ekspresi lembut di wajahnya dan mengatakannya dengan mata yang seakan-akan mengharapkan sesuatu.


Begitu ya, jadi begitulah.


Hanazawa-sensei memang seorang yang jahil.


"Anda mengatakan hal-hal yang rumit ya. Bukankah ini lebih sulit daripada kata-kata yang diucapkan Aoyagi-kun?"


"Meskipun begitu, kamu memiliki ekspresi yang sangat termotivasi, Charlotte. Aku sudah memikirkannya sejak kau bertanya tentang komik kesukaannya, kau lumayan tertarik dengan Aoyagi kan."


"---!?"


Seluruh badanku terasa panas mendengar kata-kata Hanazawa-sensei, yang menyeringai dan membuat ekspresi jahil di wajahnya.


Wajahku sangat panas sampai-sampai kupikir mungkin akan beruap.


"Ya, ya, wajahmu memerah dan seperti biasa kau anak yang manis ya."


"B-Bukan seperti itu! S-Saya tidak bermaksud seperti itu.......! Tidak, memang benar ia orang yang sangat baik, ia memanjakan adik saya setiap hari, tapi---"


"Hoo, memanjakan adikmu setiap hari? Dengan kata lain, kau menghabiskan setiap hari bersama Aoyagi di kamarnya atau di kamarmu sendiri? Ternyata kau sangat agresif ya?"


"Hah! S-Sudah saya bilang, kalau itu......!"


"Aku tahu, aku tahu. Teruskan, berjuanglah."


"Anda sama sekali tidak mengerti kan!?"


"Charlotte, seperti yang kukatakan sebelumnya, ini adalah ruang staf. Jangan berteriak terlalu keras."


Hanazawa-sensei yang menyeringai dan usil itu memukul kepalaku.


Dia benar-benar mempermainkanku.


"Yah, seriusan, aku senang kalian bisa bergaul dengan baik."


"Apakah ini untuk mempermainkan saya......?"


"Ternyata kau juga tahu kata-kata seperti itu ya......Tidak, aku bilang aku serius. Anak itu sejujurnya lebih dewasa dalam pemikirannya daripada beberapa murid lainnya. Dan ia memiliki latar belakang yang tepat untuk itu. Jadi aku hanya berharap kau bisa membantu anak itu."


"Apa saya bisa membantunya......?"


"Aku tidak hanya berbicara tentang meminjamkan kebijaksanaanmu. Bersama sebagai teman. Sebagai pemberi nasehat. Itu sudah cukup. Tentu saja, jika kau ingin lebih dari itu, silakan saja. Intinya adalah aku ingin kau berhubungan baik dengan Aoyagi."


"Jadi seperti itu ya. Namun demikian, Anda tidak perlu khawatir. Aoyagi-kun adalah orang yang luar biasa dan saya ingin berhubungan baik dengannya."


Aku membalas dengan senyuman kepada Hanazawa-sensei, yang mengkhawatirkan Aoyagi-kun, agar beliau merasa tenang.


Tapi---


"Kau menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya ya."


Hanazawa-sensei memberikan senyum menggoda lagi.


"B-Bukan begitu......! Yang barusan itu......!"


"Ya, ya, pokoknya aku senang kalian terlihat akur."


"Sensei......!"


"Ups, waktu makan siang hampir habis. Cepat kembali ke kelas, Charlotte."


---Setelah itu, alasanku tidak didengar dan aku disuruh kembali ke kelas.



『Aoyagi-kun......sebenarnya berapa berat hal yang kamu emban?』


Aku bertanya dengan suara kecil pada Aoyagi-kun yang masih tertidur dengan nyenyak.


Aku yang sekarang tidak bisa membuat Aoyagi-kun menceritakannya.


Karena itu, dengan tulus aku berdoa agar suatu hari nanti kami bisa memiliki hubungan di mana ia bisa menceritakannya padaku.


『Baiklah, keegoisanku sampai sini dulu, kesehatan Aoyagi-kun adalah prioritas utama.』


Aoyagi-kun terlihat baik-baik saja sampai beberapa saat yang lalu, tapi aku khawatir demamnya tiba-tiba naik.


Jika keadaan semakin memburuk, ia tinggal sendirian dan tidak ada yang membantunya, bukan?


Aku dapat telepon dari ibu bahwa dia akan menginap di kantor hari ini, jadi tidak akan menjadi masalah jika aku tidak pulang, kan......?


Selain itu, aku tidak punya kunci rumahnya, kalau aku pulang, rumah Aoyagi-kun akan dibiarkan tidak terkunci dan tidak dijaga.


Jadi, bagaimanapun ini masih merupakan respons alami.


---Aku memutuskan untuk bertindak berdasarkan pikiran yang muncul di benakku saat membuat alasan seperti itu pada entah siapa.


Pertama-tama, aku akan membawa futon untuk Emma dari rumah dan menaruhnya di kamar terpisah untuk mencegah flu menular.


Kemudian, aku membungkus bantal es dengan handuk yang kubawa dari rumah dan dengan hati-hati meletakkannya di bawah kepala Aoyagi-kun agar tidak membangunkannya.


Aku juga menempelkannya di dahinya untuk membantunya merasa lebih baik sesegera mungkin.


Setelah itu, aku tetap berada di sisinya sampai ia bangun.


......Aneh, bukan?


Aku baru bertemu dengannya selama beberapa hari, tapi entah kenapa aku tidak bisa meninggalkannya sendirian.


Selain itu, ada juga bagian diriku yang merasa nyaman ketika berada di dekatnya.


Aoyagi-kun benar-benar orang yang misterius.


......Mungkin karena ia orang yang misterius.


Aku sekarang berpikir seperti ini.


"Aoyagi-kun......aku menghormati pemikiranmu. Namun, kalau hanya kamu sendiri yang harus menderita, aku tidak akan bisa menahan diri selamanya oke? Aku ini orang yang cukup egois lho?"


AKu menuangkan pikiranku ke dalam kata-kata, memanfaatkan dirinya yang sedang tidur dan tidak bisa mendengarku.

2 comments for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.8"

  1. Replies
    1. Mau Nanya Ini Urutannya Dari J1 ke J2 Apa J2 ke J1. Apa Gmn

      Delete