Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.6

Bab 4 - Yang Disukai Gadis Cantik Siswi Pindahan Dari Luar Negeri




『---Nn......Onii-chan......gendong......』


Keesokan harinya, Emma-chan yang datang ke kamarku untuk bermain, merasa lelah bermain dan mulai tertidur.


Aku menggendongnya seperti yang diminta dan dia mulai tidur dalam pelukanku.


Jika dia ingin tidur, akan lebih nyaman untuk berbaring di atas futon, tapi dia benar-benar anak yang manja, minta digendong.


Aku mengelus kepala Emma-chan dengan lembut agar tidak membangunkannya.


"Kamu sudah menjadi seperti kakaknya yang sesungguhnya ya."


Charlotte-san yang duduk di seberangku dan menyaksikan percakapan kami menatapku dengan mata seperti melihat sesuatu yang menggemaskan.


"Ahaha, kalau jadi kakaknya Emma-chan, aku tidak keberatan."


Charlotte-san sering mengatakan padaku akhir-akhir ini bahwa aku seperti seorang kakak, jadi aku tertawa dan mengatakan apa yang kupikirkan.


Namun segera setelah itu, penyesalan muncul.


Apa sih yang sudah kukatakan......


D-Dia tidak menganggapnya aneh, kan......?


Menyesali kecerobohanku, aku mencoba untuk melihat bagaimana keadaan Charlotte-san.


Kemudian---


"Fufu, kalau seperti itu, Emma pasti akan sangat senang."


Charlotte-san mengembangkan senyum yang indah dan lembut sampai-sampai aku mengira bahwa dia adalah orang suci.


Aku bahkan berpikir bahwa dia terlalu cantik tersenyum dengan tangan menutupi mulutnya.


Sekali lagi, aku diingatkan bahwa Charlotte-san adalah seorang gadis yang sangat cantik.


"Baiklah, sekarang Emma sudah tidur, bolehkah aku mulai?"


Ketika aku sedang terpesona senyum Charlotte-san, Charlotte-san tersenyum lagi, tapi dengan senyum yang berbeda.


Kali ini senyumnya terlihat lebih ceria, seperti seorang anak kecil yang sedang membicarakan sesuatu yang disukainya.


Apa ini......kali ini dia terlihat kekanak-kanakan, tapi sebaliknya, dia terlihat lebih manis daripada sebelumnya.


Senyumnya yang dewasa memang cantik, tapi, pesona yang sesungguhnya terletak pada senyumannya yang kekanak-kanakan ini, bukan?


"Ya, boleh saja, tapi......apa kamu menunggu Emma-chan tidur karena kamu tidak ingin membacakan komik untuk adikmu?"


Mengetahui apa yang dia bicarakan, aku langsung melanjutkan topik utamanya sambil mengagumi senyumnya.


Beberapa orang tua percaya bahwa komik tidak baik untuk pendidikan, meskipun hal ini sudah semakin jarang ditemukan akhir-akhir ini.


Aku tidak yakin Charlotte-san, seorang pencinta komik dan orang yang baik hati, memiliki pandangan seperti itu, tapi aku penasaran karena dia repot-repot menunggu Emma-chan tidur.


"Tidak, bukan begitu. Emma mungkin lebih suka mengobrol dengan Aoyagi-kun daripada membaca komik, jadi aku tidak ingin mengganggunya. Selain itu, Emma tidak bisa membaca bahasa Jepang, jadi dia akan menjadi satu-satunya yang terasingkan."


Jadi itulah kenapa dia menunggu.


Bagaimanapun juga, Emma-chan mungkin adalah prioritasnya di atas segalanya.


Tentu saja, dengan asumsi bahwa dia tidak menimbulkan masalah bagi orang lain.


Charlotte-san benar-benar sangat memikirkan Emma-chan dan sangat baik hati.


Kasih sayang kakak beradik ini membuatku tersenyum melihatnya.


Aku merasakan sensasi hangat di dada saat menunggu Charlotte-san siap.


---Tapi aku segera terdiam.


Karena, Charlotte-san yang sudah menyelesaikan persiapannya, entah kenapa datang duduk di sebelahku.


Terlebih, pada jarak bahu kami hampir saling bersentuhan.


"Charlotte-san!? Kenapa kamu repot-repot duduk di sebelahku!?"


Jika dia hanya ingin aku membaca komik, seharusnya dia cukup meminjamkannya padaku, tapi aku tidak mengerti kenapa dia repot-repot duduk di sampingku, jadi aku mengajukan pertanyaan padanya.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Ketika ditanya kenapa, pipi Charlotte-san memerah dan dia perlahan membuka mulutnya.


"Itu......aku ingin membaca komik Jepang dengan teman-temanku.......tapi aku tidak punya teman yang bisa membaca bahasa Jepang.......apa tidak boleh......membacanya bersamamu......?"


"Ah, ya......boleh kok......"


Meskipun aku berpikir kalau Charlotte-san yang mendongak menatapku dengan pipi yang memerah itu curang, aku menganggu tanpa bisa menolaknya.


---Maksudku, bukankah gadis ini agak cerdik?


Dia terlalu manis, aku jatuh cinta padanya.


"Umm, kalau begitu, aku mulai ya."


Charlotte-san yang terlihat agak gugup dan tegang memperlihatkan komiknya.


Kami sama-sama gugup, mungkin karena wajah kami sangat dekat satu sama lain.


Ketika dua orang mencoba membaca komik bersama-sama, mereka mau tidak mau harus mendekatkan wajah mereka sampai batas tertentu.


Sejujurnya, jantungku sudah berdegup kencang dan berdebar.


"Jadi, komik macam apa kamu---eh......?"


Aku melihat komik yang dia tunjukkan dan aku kebingungan.


Kupikir, jika dia akan merekomendasikan sebuah komik, maka komik tersebut akan menjadi sesuatu yang terkenal di dunia, seperti komik bajak laut yang terkenal dengan karakter yang mengenakan topi jerami, atau komik tentang seorang bocah ninja yang memiliki monster yang tersegel di dalam tubuhnya.


Aku menduga dia akan merekomendasikan setidaknya jenis komik tersebut.


Tapi yang dia rekomendasikan adalah genre minor.


Setidaknya, genre yang tampaknya tidak terlalu banyak karyanya.


"Kamu terkejut?"


Charlotte-san, yang menyadari kebingungan dalam ekspresiku, tersenyum jahil.


Sebenarnya apa sih maksudnya dengan itu?


"Mungkin Aoyagi-kun mengira aku akan merekomendasikan karya-karya terkenal di dunia padamu, bukan? Atau paling tidak, kamu mungkin mengira aku akan merekomendasikan karya-karya dari genre populer."


Tepat sasaran......


Semua yang dikatakan Charlotte-san adalah apa yang kupikirkan.


"Ya, itulah yang kupikirkan. Namun aku tidak menyangka---"


"Aku akan merekomendasikan komik tentang menggambar komik---bukan?"


Charlotte-san mengambil alih kata-kataku dan aku pun mengangguk.


Pada sampul komik yang dia rekomendasikan, terdapat ilustrasi seorang anak laki-laki yang sedang menghadap sebuah naskah dengan pena G.


Hal itu saja sudah memberi tahuku bahwa anak laki-laki itu sedang mencoba menggambar komik, dan fakta bahwa itu adalah ilustrasi sampulnya memberi tahuku bahwa ceritanya berpusat pada menggambar komik.


Seingatku, karya ini dimuat secara berseri dalam majalah shounen populer yang terbit setiap hari Senin.


Itu merupakan topik yang hangat pada waktu itu, bahkan aku pun yang tidak membaca manga tahu sedikit tentangnya.


"Untuk menjelaskan secara detail akan menjadi spoiler, jadi aku akan menjelaskannya dengan ringan. Ini adalah cerita tentang dua pemuda yang ingin menjadi komikus."


"Begitu ya. Umm, apa tujuanmu memilih komik ini?"


Setelah menjelaskan konsep komik tersebut, aku bertanya pada Charlotte-san kenapa dia memilih komik ini.


Aku bisa memikirkan beberapa alasan yang mungkin.


Tapi hanya dia yang tahu jawaban sebenarnya.


Sekarang, aku ingin tahu apa yang dipikirkan Charlotte-san, daripada komiknya.


Pemikirannya, caranya bertindak dengan cara yang tidak sesuai dengan logikanya sendiri.


"Itu rahasia."


---Tapi Charlotte-san meletakkan jari telunjuknya di bibirnya, mengedipkan mata dan tidak memberi tahuku jawabannya.


Sudah kuduga anak ini itu nakal, imut dan curang.


Kalau dia melakukan hal seperti ini, aku jadi tidak bisa memaksa untuk bertanya padanya.......


"B-Begitu ya."


"Fufu, maaf. Pertama-tama, aku ingin kamu membacanya tanpa prasangka apa pun. Kemudian aku akan menjelaskan kenapa aku merekomendasikan komik ini pada Aoyagi-kun."


Kali ini sepertinya dia memiliki skenarionya sendiri.


Kalau begitu, aku hanya akan diam dan menyerahkannya padanya.


"---Entah kenapa, aku jadi deg-degan."


Ketika membalikkan sampulnya, Charlotte-san bergumam malu-malu.


Saat aku melihatnya, pipinya masih berwarna merah.


Tapi wajahnya tersenyum dan dia terlihat menikmatinya.


Dan aku pun merasa bahagia pada saat ini dengan hati yang berdebar-debar.


Tapi---


"S-Sulit membacanya ya......"


Setelah beberapa detik membaca, Charlotte-san mengatakan itu sambil tersenyum bermasalah.


Agak sulit bagi kami berdua untuk membaca buku seukuran komik bersama-sama.


"Yah, mau bagaimana lagi."


Namun begitu, sayang sekali jika harus berakhir seperti ini.


Akan bagus kalau ada cara lain yang bisa kami lakukan untuk membaca bersama, tapi kurasa tidak ada.


"K-Kalau begitu, Aoyagi-kun, aku akan meminjamkan komik in---"


Kalau kami tidak bisa membacanya bersama-sama, maka aku harus membacanya sendiri.


Tentu saja aku mengira bahwa Charlotte-san juga telah sampai pada kesimpulan itu, tapi entah kenapa dia membeku saat mengulurkan komik itu padaku.


Kemudian, seakan sedang memikirkan sesuatu, tatapannya mulai mengembara.


Akhirnya---dia memalingkan wajahnya yang merah padam dan menatapku dengan mata yang basah.


"Umm, ada apa......?"


"Itu......"


Entah apa yang dia pikirkan, Charlotte-san menyatukan jarinya dan mulai bergumam.


Dia tampak gelisah dan sepertinya mencoba mengatakan sesuatu yang sangat sulit untuk dikatakan.


Aku tidak bisa memanggilnya dengan ceroboh, jadi aku menatap wajahnya dan menunggunya mengatakan sesuatu.


Kemudian, dia menatapku dengan senyum malu-malu di wajahnya, menyampirkan rambutnya di atas telinga dengan tangan kanannya.


"Kalau kamu tidak keberatan, aku ingin meminta meminta sesuatu......"


Keinginannya itu, kukatakan dengan jujur, sesuatu yang sangat tak terduga.

3 comments for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.6"