Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.5

Bab 4 - Yang Disukai Gadis Cantik Siswi Pindahan Dari Luar Negeri




Ketika kami selesai makan malam, Charlotte-san lagi-lagi melakukan beres-beresnya sendirian.


Sepertinya dia tidak berniat melepaskan tugas beres-beresnya.


Aku jadi bosan dan memutuskan untuk melihat wajah Emma-chan saat dia mulai tertidur dalam pelukanku.


Emma-chan mungkin mengantuk karena perutnya kenyang.


Dia sekarang terlihat sangat bahagia dalam tidurnya.


"Apa ini bukti kalau dia menyukaiku jadi dia menunjukkan wajah tidurnya yang tanpa pertahanan ini?"


"Ya, benar."


"---!?"


Aku bergumam pada diriku sendiri sambil melihat wajah Emma-chan yang tertidur, dan sebelum aku menyadarinya, Charlotte-san yang telah selesai beres-beresnya berdiri tepat di sampingku.


Mungkinkah dia sengaja mencoba mengejutkanku?


"Fufu, maaf karena mengejutkanmu. Hanya saja Emma yang tidur dalam pelukanmu seperti ini itu tanda dia menyerahkan penjagaannya pada Aoyagi-kun. Atau lebih tepatnya, dia sanyat menyukai Aoyagi-kun."


"Itu juga yang dikatakan Emma-chan."


Kupikir dia sangat menempel padaku, meskipun kami bertemu belum lama ini.


"......"


"A-Ada apa?"


Entah kenapa, Charlotte-san menatapku dengan intens, jadi aku memanggilnya dengan sedikit terbata.


Dia kemudian tersenyum lembut ke arahku, memegang rambut di atas telinganya dengan tangan kanannya.


"Kalau kamu tidak keberatan, mau berjalan-jalan di luar sebentar?"


Tergantung pada bagaimana kau menangkapnya, kata-kata ini bisa dianggap sebagai undangan untuk kencan ringan.


Aku tentu saja bingung karena tiba-tiba diberitahu hal seperti itu, tapi aku tidak cukup bodoh untuk menolak undangan ini.


"Ya, dengan senang hati."


"Sukurlah."


Ketika aku mengangguk, Charlotte-san menepuk dadanya seolah-olah lega.


Aku masih terpaku oleh gerakan itu, tapi aku buru-buru mengembalikan pandanganku ke wajah Charlotte-san.


"Bagaimana dengan, Emma-chan?"


"Mari kita bawa dia bersama kita dan menjaganya agar tetap hangat jadi dia tidak masuk angin. Kalau dia bangun dan Aoyagi-kun tidak ada, dia pasti akan menangis."


"Eh, menurutmu dia akan menangis......?"


"Kupikir dia akan menangis dan rusuh."


Aku ingin tahu apa yang Charlotte-san pikirkan tentang Emma-chan.


Aku bertanya-tanya seperti itu, tapi aku tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu dan bersiap-siap untuk keluar.


"---Anginnya terasa nyaman ya......"


Saat kami ke luar, Charlotte-san menyipitkan mata dengan terlihat senang, dengan rambutnya tertiup angin malam.


Suaranya yang lembut menyenangkan untuk didengarkan, dan aku jadi ingin mendengarkannya selamanya.


Saat aku berjalan di sampingnya, aku merasakan jantungku berdetak sangat cepat.


Meskipun kami sebenarnya bertiga, Emma-chan sedang tidur, jadi praktis hanya kami berdua.


Aku berduaan dengan seseorang yang membuatku tertarik, dan jantungku berdebar-debar karena kegembiraan pada situasi tersebut, yang juga bisa dianggap sebagai kencan.


"Kamu benar."


Aku sangat gugup jadi hanya itu yang bisa kukatakan untuk membalas kata-kata Charlotte-san.



Mungkin karena kesunyian malam, tapi aku bahkan lebih sadar akan dirinya daripada biasanya ketika dia berada di kamarku.


Bahkan aku bisa merasakan nafasnya dengan jelas sekarang.


"......"


Ketika aku menjawab, Charlotte-san menatapku dengan cara yang sama seperti sebelumnya.


Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkannya, tapi aku merasa sangat gugup ketika dia menatapku.


"Umm......makanan hari ini juga lezat."


Aku kebingungan, jadi aku mencoba mengatasi suasana canggung ini dengan membicarakan sesuatu yang mungkin membuatnya senang.


Charlotte-san kemudian menatapku dengan senyum bahagia di wajahnya.


"Terima kasih. Bagaimanapun, itu membuatmu senang ketika seseorang mengatakan masakanmu rasanya enak, ya."


"Yang tadi itu quiche bayam? Itu sangat bergaya dan sangat lezat lho."


Charlotte-san membuatnya karena dia pikir itu akan cocok dengan hamburger, tapi quiche adalah hidangan rumahan dari daerah tertentu di Prancis, dan itu adalah hidangan panggang yang disebut kue lauk, mirip dengan pai daging.


Charlotte-san benar-benar seorang gadis yang bisa melakukan apa saja, tidak hanya bisa membuat masakan Jepang, tapi dia juga bisa membuat masakan Prancis.


"Fufu terima kasih. Sebenarnya, hidangan itu, Emma selalu suka makan quiche bayam dengan hamburger, jadi aku membuatnya bersamanya."


"Heh......bagaimanapun Charlotte-san sangat memikirkan adik perempuannya ya."


Meskipun kami baru bersama untuk waktu yang singkat, mudah untuk membayangkan bahwa Charlotte-san bertindak dengan Emma-chan sebagai pusatnya.


Mungkin tidak berlebihan kalau aku mengatakan bahwa dia memprioritaskan Emma-chan dalam segala hal.


Tapi kupikir itu agak tidak biasa, bahkan jika mereka adalah kakak beradik yang rukun.


Bukanlah hal yang aneh bagi seorang kakak yang baik hati untuk mengutamakan adik perempuannya.


Tidak jarang melihat kakak perempuan mencoba menyenangkan adik perempuan mereka dengan berbagi makanan penutup dengan mereka.


Namun, dalam kasus Charlotte-san, aku merasa bahwa dia terlalu mengabaikan dirinya sendiri.


Kupikir dia menahan semuanya dan membiarkan Emma-chan melakukan apa yang ingin dia lakukan.


Karena itu, kupikir bukankah dia terlalu banyak menahan diri.


Nah, jika aku mengatakan hal itu pada yang bersangkutan, dia pasti tidak akan pernah mengakuinya.


"Memikirkan adikku......ya......Mungkin tidak seperti itu. Aku hanya tidak ingin dia merasa kesepian atau sedih."


Kalau itu bukan memikirkan adikmu, lalu apa yang disebut dengan memikirkan adikmu?


Tanpa sadar aku men-tsukkomi-nya.


Yah, aku tidak akan mengatakan hal kasar semacam itu.


Selain itu, ada satu hal lain yang membuatku penasaran.


Sejauh menyangkut kata-kata Charlotte-san, dia terlihat hanyalah seorang kakak perempuan yang baik hati yang memikirkan adik perempuannya.


Namun, suasana Charlotte-san yang mengucapkan kata-kata itu seperti memiliki beberapa makna.


Aku ingin tahu apa aku boleh melangkah lebih jauh.


Aku ingin lebih mengenalnya.


Namun, aku tidak ingin memicu bagian yang dikhawatirkannya, dan aku tidak ingin melangkah terlalu jauh dan membuatnya merasa tidak nyaman.


Pikiran ini membuatku ragu-ragu.


"Aku akan membiarkan Emma melakukan apa yang dia inginkan selama itu tidak mengganggu orang lain."


Saat aku tetap diam, Charlotte-san melanjutkan kata-katanya.


Memang benar, satu-satunya hal yang Charlotte-san katakan tidak pada permohonan Emma-chan adalah hal-hal yang dia pikir akan menyebabkan masalah bagiku.


Sedangkan untuk keegoisannya yang lain, kupikir dia menerimanya dengan senyuman.


Kupikir dia cukup ketat di beberapa area, tapi aku ingin tahu apakah itu karena dia menarik garis yang jelas.


Baginya, menyebabkan masalah bagi orang lain itu mutlak tidak boleh.


Tapi, bukankah itu berarti, di sisi lain, bahwa dia tidak bisa bergantung pada siapapun?


......Aku ingin membangun hubungan dengannya sehingga jika dia dalam kesulitan, dia bisa mengandalkanku.


"Kupikir Charlotte-san melakukannya dengan baik untuk Emma-chan. Aku yakin Emma-chan juga mengerti itu."


"Entahlah. Aku yakin dia berpikir kalau aku adalah seorang kakak yang kejam."


Kenapa dia mengatakan hal seperti itu, ya?


Aku bertanya-tanya, tapi mungkin dia mengkhawatirkan tentang apa yang dikatakan Emma-chan padanya.


"Kalau kamu khawatir tentang apa yang dikatakan Emma-chan padamu, tenang saja. Kupikir itu adalah kata-kata yang keluar karena kalian adalah keluarga."


"Eh......?"


"Bagi Emma-chan, Charlotte-san adalah orang yang dia tidak perlu merasa sungkan saat dengannya. Itulah kenapa dia bisa memunculkan emosinya dan marah."


"Begitukah......? Anak ini, dia lumayan mengigit dengan siapa pun yang tidak disukainya lho.......?"


"Kurasa itu bukan hal yang sama."


Sikap Emma-chan ketika dia marah pada Charlotte-san tampak seperti anak kecil yang manja dan egois terhadap orang tuanya.


Sikap yang sama yang kadang-kadang kulihat di toko-toko ketika anak-anak memohon pada orang tua mereka untuk sesuatu yang mereka inginkan dan kemudian marah ketika mereka tidak mendapatkannya.


Lalu sepertinya ada kemanjaannya di sana, bahwa tidak apa-apa untuk mengatakannya karena orang itu adalah keluarganya.


......Meski begitu, sulit untuk menjelaskan hal semacam itu.


"Aku tahu itu bukan sesuatu yang bisa kukatakan karena aku baru saja bertemu dengan kalian, tapi sepertinya Charlotte-san dan Emma-chan memiliki ikatan yang kuat."


Meski aku yang mengatakannya, kupikir aku berbicara konyol, tapi aku mencari kata-kata yang akan membuat Charlotte-san tenang.


"Selain itu, Emma-chan sudah mengatakannya sebelumnya. Kalau Charlotte-san itu baik dan dia sangat menyayangimu. Karena itu, jangan terlalu mengkhawatirkannya."


"Emma mengatakan hal seperti itu......"


Charlotte-san menatap adik perempuannya dengan mata yang lembab.


Emma-chan tidak menyadari bahwa kami sedang mengawasinya, dia tertidur pulas dengan senyum damai di wajahnya.


Wajah tidur yang membuatmu bahagia melihatnya.


"Aoyagi-kun itu......"


"Hmm?"


"Aoyagi-kun itu......orang yang sangat aneh ya."


"Eh?"


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Saat aku menatap wajah Emma-chan yang tertidur sambil berpikir ingin mencolek pipinya yang mengembang dan mengempis, Charlotte-san mengatakan itu padaku tidak yakin apakah dia sedang memujiku atau tidak.


"Um, apa aku mengatakan sesuatu yang aneh......?"


"Tidak, bukan begitu."


Ketika aku bertanya balik dengan gelisah, Charlotte-san tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya.


Dia kemudian meletakkan tangan kanannya di dadanya sendiri dan tersenyum hangat.


"Ketika aku berbicara denganmu, Aoyagi-kun, hatiku merasa sangat tenang. Aku merasa nyaman ketika berbicara denganmu.......aku bisa mengerti kenapa Emma sangat menyukaimu......."


"---!?"


Jantungku berdegup kencang, terpesona oleh senyum Charlotte-san dan kata-katanya.


"Sejujurnya, aku tidak terlalu baik berhadapan dengan laki-laki. Aku takut dengan mata mereka......tapi Aoyagi-kun memiliki mata yang sangat lembut. Ini adalah pertama kalinya aku bersama seorang pria yang membuatku merasa nyaman, karena itu kupikir kamu adalah seorang pria aneh - apa sih yang aku bicarakan, ahaha......"


Karena malu, Charlotte-san tertawa dan mulai memainkan rambutnya sendiri dengan tangannya dengan gelisah.


Ah......gadis ini benar-benar curang.


Aku yakin tidak ada seorang pria pun di dunia ini yang tidak akan terkesima oleh tingkah seperti ini.


"Umm, aku senang kamu mengatakan sampai segitunya, Charlotte-san."


"B-Begitukah? Sukurlah."


Setelah itu kami sama sama malu jadi kami terus berjalan dalam keheningan.


Meski kami hanya berjalan tanpa tujuan, saat aku menyadarinya, jara diantara kami semakin dekat dengan bahu kami saling bersentuhan.


Aku tidak tahu siapa dari kami yang mendekat.


Dan meskipun hening dan sunyi, anehnya terasa nyaman.


Tapi aku juga merasa sayang untuk membiarkannya berakhir tetap seperti ini.


"Umm, hal apa yang kamu sukai, Charlotte-san?"


Kata-kata yang keluar ketika aku berpikir apa ada yang bisa kita bicarakan adalah hal yang biasa.


Namun, aku sangat penasaran tentang apa yang disukai Charlotte-san, jadi aku senang aku mengajukan pertanyaan ini.


"Yang kusukai, ya? Apa ya---"


Aku hanya mengajukan pertanyaan dengan ringan, tapi Charlotte-san mulai berpikir dengan serius.


Dia terlihat agak seksi di bawah sinar bulan saat dia berpikir sambil meletakkan jarinya di bibirnya.


Tanpa sadar aku terpesona oleh sosoknya.


"---Kupikir, itu komik."


Ketika aku sedang mengagumi Charlotte-san, dia mengatakan sesuatu yang membuatku tidak bisa mempercayai telingaku, dengan senyum bahagia di wajahnya.


"......Eh? Apa tadi?"


"Aku paling suka komik. Oh, tapi aku juga tidak bisa mengesampingkan anime."


Charlotte-san yang sepertinya tidak menyadari kebingunganku mulai ragu-ragu antara komik dan anime.


Sejujurnya, kupikir dia tidak perlu terlalu memusingkan itu.


Kukira dia tidak tertarik dengan hal semacam itu, karena dia memiliki aura seperti seorang nona muda, tapi kelihatannya dia sangat tertarik dengan hal itu.


Yah, apapun yang disukai Charlotte-san itu terserah dia, jadi tidak apa-apa......


"---Ah, aku juga suka cosplayer......!"


"Eh?"


C-Cosplayer......?


Hei, mungkinkah gadis ini......?


"Para cosplayer itu mengagumkan, kan!? Mereka benar-benar terlihat seperti karakter anime! Aku juga ingin mencoba cosplay suatu hari nanti......!"


Dikonfirmasi.


Gadis ini adalah apa yang kita sebut sebagai otaku.


Juga, aku sudah pasti ingin melihat cosplay Charlotte-san.


"Kamu tahu, aku sangat senang bisa datang ke Jepang. Karena Jepang penuh dengan komik yang sangat kusukai, dan kualitas animenya sangat tinggi. Dan juga ada begitu banyak cosplayer!"


"B-Begitu ya."


Meski, para cosplayer mungkin hanya berada di area terbatas di Jepang.


"Aku belajar bahasa Jepang karena aku ingin membaca komik Jepang! Anime juga, aku ingin menonton anime, dan karena itu dibuat di Jepang, jadi aku berusaha untuk bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang!"


"B-Begitu ya."


"Selain itu, tempat yang dinamakan Akiba? Itu kota yang penuh dengan cosplayer, kan? Aku sangat ingin pergi ke Akiba."


"H-Hee......"


Begitu pembicaraan beralih ke komik, anime dan cosplayer, Charlotte-san mulai berbicara dengan penuh semangat.


Fakta bahwa dia bahkan mencari tahu di mana para cosplayer berada, menunjukka betapa dia menyukai mereka.


Sepertinya dia benar-benar menyukainya.


Sejujurnya, aku tidak bisa mengikuti perbedaan semangatnya.


Tapi---


Aku mencuri pandang sekilas ke wajah Charlotte-san.


Wajah Charlotte-san saat dia berbicara dengan gembira adalah wajah paling lucu dan mempesona yang pernah kulihat.


Aku tidak bisa mengikuti topiknya, tapi jika dia bersenang-senang, bukan ide yang buruk untuk menjadi pendengar.


Malahan, kalau aku bisa melihat ekspresinya yang seperti ini, aku akan terus mendengarkannya.


"Setelah itu----ah ......m-maaf......!"


Charlotte-san yang sedang asyik berbicara tiba-tiba tersadar.


Kegelapan membuatku sulit untuk melihatnya, tapi sepertinya wajahnya berubah menjadi merah padam.


Dia pasti malu menyadari bahwa dia telah terus berbicara sendirian begitu lama.


"Tidak apa-apa kok, jadi Charlotte-san sangat menyukai komik, anime, dan cosplayer ya."


Aku tersenyum pada Charlotte-san yang meminta maaf.


Melihat Charlotte-san yang malu-malu membuatku tersenyum.


Dan meskipun aku tidak bisa mengikuti percakapan, aku tidak keberatan mendengarkannya.


Malahan, aku senang mengetahui sisi lain Charlotte-san.


"Aoyagi-kun, kamu benar-benar orang yang baik ya......."


Charlotte-san, yang menggumamkan sesuatu, entah kenapa meletakkan tangannya di pipinya dan menatap wajahku.


Ada apa sebenarnya?


"Ada apa?"


"Ah, tidak......Aoyagi-kun, komik seperti apa yang kamu suka?"


Aku memanggilnya, mengira dia ingin mengatakan sesuatu, namun aku langsung berpikir bahwa aku telah gagal.


Charlotte-san, kau seharusnya menanyakan apa yang kusukai, tapi kau malah mengikatku dengan sebuah komik.......


Bagaimana aku harus menjawabnya?


Sejujurnya tidak banyak membaca komik.


Artinya, aku hanya meminjam dan membaca komik dari Akira yang terkadang merekomendasikannya padaku.


Aku tidak memiliki komik favorit, dan tentu saja aku tidak tahu banyak tentang komik.


Setidaknya aku bisa memberi tahu judul-judul yang kupinjam dari Akira, jadi aku bisa menjawabnya.......


"Aku---"


Aku hendak menjawab pertanyaan Charlotte-san, tapi aku menutup mulutku saat hendak membukanya.


Sangat mudah untuk berbohong disini.


Namun aku yakin kebohongan itu akan segera terbongkar.


Kalau aku menjawab dengan judul komik tersebut, entah dia tahu atau tidak, Charlotte-san pasti tertarik.


Akan sangat buruk jika dia tahu.


Dan pastinya akan jadi membahas tentang karya itu, dan dia akan bertanya mengenai karakter favoritku, perkembangannya, dan semacamnya.


Maka tidak akan lama sampai aku hancur.


Di atas segalanya---


Aku mencuri pandang ke wajah Charlotte-san lagi.


Sebisa mungkin, aku tidak ingin berbohong pada gadis yang menatapku dengan mata yang begitu polos.


Karena itu aku memutuskan untuk mengatakan dengan jujur.


"Maaf, aku tidak banyak membaca komik. Jadi aku tidak tahu."


"Eh......jadi, begitu ya......"


Charlotte-san terlihat kecewa ketika mendengar jawabanku.


"Umm, maaf......"


"Tidak, tidak apa-apa.......Kenapa kamu tidak membaca komik?"


"Itu......karena aku belum punya kesempatan untuk membelinya......."


Aku sendiri tidak pernah membeli komik karena suatu alasan.


Itulah kenapa aku belum banyak membaca sampai sekarang.


"......"


Maaf ya, Charlotte-san menatapku dengan tatapan penuh perhatian saat aku berpikir seperti itu.


Apa yang dia pikirkan sekarang?


Apa dia pikir aku adalah pria yang tidak nyambung diajak bicara?


Atau apa dia pikir aku pria yang membosankan?


Apa yang harus kulakukan, udaranya telah berubah dari sebelumnya dan terasa canggung.......


"---Um......"


Ketika aku merasa tidak nyaman dengan keheningannya, entah kenapa Charlotte-san menegadah menatap kearahku.


Aku, yang teralihkan oleh hal lain, mundur selangkah karena terkejut, tapi Charlotte-san menutup jarak yang terbuka dengan cepat.


"Itu, aku ingin memberikan usulan......kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau aku meminjamkan komikku?"


"Eh, kenapa?"


"Karena kalau kamu belum membacanya, aku yakin kamu tidak memahami keindahan komik. Karena itulah aku ingin kamu membaca komik yang kumiliki dan melihat betapa indahnya komik......."


Usulan Charlotte-san benar-benar melebihi ekspektasiku.


Sejujurnya, itu adalah sesuatu yang lebih baik tidak kubicarakan.


Kalau aku mencurahkan waktu lebih banyak untuk hal lain, tentu akan sulit menemukan waktu untuk belajar.


Kalau seperti itu, aku harus melewati batas dan mengurangi jam tidurku.


"Tidak, kalau itu......"


"Selain itu......aku sendiri ingin Aoyagi-kun tahu apa yang kusukai.......komik benar-benar luar biasa, jadi......"


"......"


Kalau kau mengatakannya seperti ini, tidak mungkin aku bisa menolak


Aku bisa sepenuhnya memahami perasaan Charlotte-san.


Kukira kalau kau menyukai sesuatu, kau ingin merekomendasikannya kepada orang lain.


Meski begitu, aku tidak menyangka dia akan mengatakan hal seperti itu padaku.


"Baiklah, terima kasih. Kalau begitu, maaf, tapi boleh aku meminjamnya?"


"Ah---ya, tentu saja!"


Mungkin dia senang dengan tanggapanku, Charlotte-san tersenyum lebar dan menaikkan suaranya.


Senyumnya sangat manis dan mengingatkanku lagi bahwa dia adalah seorang gadis yang mempesona.


Karena itu aku ingin berbicara dengannya lebih banyak, tapi---


『---Waaaaaa!』


Suara keras Charlotte-san mengagetkan Emma-chan dan membuatnya terbangun, karena itu aku tidak bisa melakukannya.

Post a Comment for "Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 4.5"