Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 7.2
Bab 7 - Lalu, Kami Mencurahkan Seluruh Waktu Pada Persiapan
"Puding matcha dari kedai Kagetsu?"
Hiyori sudah ada di rumah ketika kami pulang, Izumi dan Eiji bergabung dengan kami beberapa saat kemudian.
Ketika kami berkumpul di ruang keluarga dan menjelaskan situasinya pada Hiyori, alisnya berkedut.
"Kamu pernah memakannya juga, Hiyori?"
"Ya. Aku bahkan sangat menyukainya. Puding matcha di sana sangat luar biasa."
Aku sepenuhnya setuju dengan kesan Hiyori.
Memang benar, puding matcha itu sangat enak.
"Tapi, mustahil untuk mereplika rasa tersebut."
Hiyori berkata dengan datar.
"Aku sudah mencoba beberapa kali, tapi aku tidak bisa mereplikanya dengan sempurna. Ceritanya akan berbeda jika ada resepnya, tapi sulit untuk menciptakan rasa itu dengan hanya meraba-raba saja. Terlebih kita tidak punya banyak waktu."
"Begitu ya......"
Sejujurnya, sejak awal aku juga tidak berpikir kami bisa mereplikanya.
Bahkan, empat hidangan pada menu hari ini pun sepertinya tidak bisa dibuat ulang dengan sempurna.
Daripada itu, hasil dari keliling kedai teh ini hanya sebagai referensi, karena tujuan awalnya bukan untuk mereplikan rasanya, tapi untuk memilih sesuatu yang bisa seimbang saat dimakan bersama matcha.
Tapi hanya puding ini......yang bisa menciptakan kembali rasa kenangan Aoi-san dan ayahnya.
Saat itu, ruang keluarga nyaris diselimuti suasana yang berat.
"Aku tidak bisa mereplikanya. Tapi, bukan berarti tidak mungkin."
"Apa maksudmu?"
"Intinya, bukan tidak mungkin jika kita bisa membuat sesuatu yang rasanya lebih enak dan mendekati rasa Kagetsu."
Kami terdiam, tidak bisa memahami arti kata-kata itu secepat kata-kata itu keluar.
Eiji kemudian meminta konfirmasi yang diucapkan Hiyori.
"Jadi, kamu mengatakan bahwa apa yang tidak bisa kita tiru dengan sempurna---atau lebih tepatnya, justru karena kita tidak bisa menirunya lah, kita bisa mengganti apa yang kurang untuk membuat yang menurut kita enak?"
"Benar. Itu lebih realistis daripada mereplikanya dengan sempurna."
Aku sedikit khawatir itu mungkin malah akan sulit untuk melakukan itu.
Namun, tidak ada waktu lagi, dan tidak ada cara lain selain mempercayai Hiyori.
"Pada akhirnya, rasa adalah masalah selera, jadi tidak mutlak. Karena itu, indikatornya adalah Aoi-san."
"Aku......?"
"Yang paling penting itu Aoi-san menganggap rasanya enak. Jika tujuannya adalah agar ayahnya memakannya, kupikir itu yang terbaik. Mungkin lebih baik untuk mereplika cita rasa Kagetsu, tapi jangan terlalu terkekang dengan hal itu."
"Ya. Aku mengerti."
Aoi-san mengangguk dengan tegas.
"Oke. Kalau sudah diputuskan begitu, ayo kita mulai."
Masing-masing dari kami mengenakan celemek, berdiri di dapur dan segera mulai membuat puding matcha.
Pembuatannya adalah sebagai berikut.
Pertama, aduk telur dan gula sampai tercampur, lalu tambahkan bubuk matcha dan krim sesuai urutan tersebut dan aduk lagi.
Kemudian tambahkan susu hangat sedikit demi sedikit, aduk agar tidak menggumpal, dan saring dengan menggunakan saringan halus. Hal ini untuk menghilangkan sisa gumpalan atau buih telur dan membuatnya halus di lidah.
Tempatkan dalam mangkuk, tutup dengan aluminium foil dan panggang dalam oven microwave dalam air panas selama 40 menit.
Terakhir, dinginkan dalam kulkas selama setidaknya dua jam sampai mengeras.
Tapi kami tidak punya waktu sekarang, jadi kami memutuskan untuk mencicipinya dalam satu jam.
"Purwarupa pertama."
Kami semua terkesiap di depan puding yang dikeluarkan Hiyori dari kulkas.
"Oke. Mari kita coba."
Kami mengambil sebuah wadah kecil seukuran sekali gigit dan sebuah sendok.
Begitu kami dengan gugup memasukkannya ke dalam mulut, tanpa sadar suaraku bocor.
"......Enak."
Pudingnya sangat enak, dengan keseimbangan yang baik antara rasa manis puding dan sedikit rasa pahit yang menyebar di mulut. Menurutku, rasanya sebanding dengan puding komersial.
Hanya saja.......
"Ini enak tapi berbeda."
Sepertinya Hiyori sangat memahami hal itu.
Menurutku, kualitas rasanya berbeda dengan rasa Kagetsu.
"Bagaimana menurutmu, Aoi-san?"
"Kupikir ini enak, tapi kurasa seperti yang dikatakan Hiyori-chan."
"Begitu ya......"
Seperti yang sudah diduga, kupikir tidak mungkin mereplikanya dalam sekali coba.......
"Selanjutnya aku akan mencoba mengubah jumlah krim kocoknya. Karena kupikir rasanya jauh berbeda di mulut."
Hiyori menyingsingkan lengan bajunya dan menggerakkan tangannya seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak punya waktu untuk merasa galau.
Wajahnya masih tanpa ekspresi seperti biasanya, aku merasa bisa melihat perasaan Hiyori dari caranya mengambil inisiatif untuk mulai bekerja. Dengan caranya sendiri, dia berusaha demi Aoi-san.
Memang benar, tidak ada waktu untuk terdiam.
"Hiyori, waktu kita akan terbuang sia-sia, jadi mari kita buat beberapa pola secara bersamaan. Kalau kamu ingin mengubah jumlah bahan, cukup beri kami instruksi dan kami akan membuatnya persis seperti yang kamu inginkan."
"Oke."
Dengan cara ini kami bisa membuat beberapa pola sekaligus.
"Eiji, catat semua jumlah yang diinstruksikan Hiyori untuk kita buat. Kalau kami berempat tanpa Eiji membuat pola yang berbeda pada waktu yang sama, akan sulit untuk membuat catatan, kau tidak keberatan?"
"Tidak masalah."
"Oke. Ayo kita lakukan!"
Setelah beberapa jam melakukan uji-coba berulang kali seperti ini---
Jumlah pola yang dibuat melebihi sepuluh pola, dan saat kami hampir seperti tidak bisa merasakannya dengan baik.
"Ini---"
Saat aku mencicipi salah satu purwarupa, tanpa sadar aku bertukar pandang dengan Aoi-san.
"Ya. Kupikir yang ini."
Mereka bertiga juga mengambil purwarupa yang sama sebagai tanggapan atas reaksiku dan Aoi-san.
Sementara Izumi dan Eiji mengatakan bahwa itu enak, Hiyori juga mengangguk setuju.
"Ya. Rasanya sedikit lebih pahit daripada puding matcha di Kagetsu, tapi rasa dan kehalusannya sebanding. Mungkin ini tidak cukup bagus untuk para profesional, tapi ini sempurna sejauh yang bisa kita lakukan."
Kalau Hiyori mengatakan demikian, tidak diragukan lagi.
"Bagus. Kalau begitu ayo kita buat dengan pola yang ini."
Selebihnya adalah berpacu dengan waktu.
Pembuatan puding matcha kami berlanjut hingga larut malam.
*
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Sekitar pukul 2.30 dini hari, beberapa saat setelah tanggal berganti---
Setelah membuat puding dengan lancar, kami menghentikan pekerjaan kami sejenak.
Jumlah per porsinya kecil karena ini untuk menu, dan meskipun untuk 200 porsi, ini bukanlah pekerjaan yang sulit. Kami berhenti setelah selesai membuat sekitar 150 porsi dan beristirahat sejenak sebelum membuat sisanya.
Dengan pemikiran tersebut, kami semua pergi tidur.......
Aku sudah berbaring di futon tapi tidak bisa tidur, jadi aku kembali ke dapur sendirian.
Kalau biasanya, jam segini aku sudah tidur, dan meskipun seharusnya aku sudah lelah setelah seharian penuh mempersiapkan festival sekolah dari kemarin pagi, namun aku sama sekali tidak mengantuk.
Malahan, aku tidak bisa tidur lebih dari biasanya, mungkin karena aku menantikan hari ini.
"......Dasar, memangnya aku ini bocah yang mau karyawisata apa......."
Aku jadi ingin menggerutu pada diriku sendiri.
"Baiklah, ayo kita lakukan."
Bagaimanapun, kalau tidak bisa tidur, lebih baik aku melakukan sedikit pekerjaan.
Sekitar 30 menit setelah aku kembali membuat puding sendirian di dapur.
"Akira-kun."
Aku mendengar suara yang lembut memanggilku dan mendongak.
Kemudian, Aoi-san yang mengenakan piyama sedang berdiri di ruang keluarga.
"Maaf. Apa aku membangunkanmu?"
"Tidak. Aku terbangun untuk pergi ke toilet dan melihat cahaya."
Aoi-san masuk ke dapur dan mengatakan demikian.
Tentu saja, sudah jelas apa yang sedang kulakukan.
"Aku ikut membuatnya juga."
"Terima kasih. Tapi kamu harus beristirahat, Aoi-san. Aku melakukan ini karena aku tidak bisa tidur."
Kemudian entah kenapa Aoi-san mengalihkan pandangannya dengan malu-malu.
"Sebenarnya......aku juga tidak bisa tidur."
"Aoi-san juga?"
"Ketika aku memikirkan tentang hari ini, aku merasa deg-degan. Aku malu aku seperti anak SD yang mau karyawisata."
Aku tidak bisa menahan senyum.
Aku tidak menyangka dia sama sepertiku.
"Begitu ya. Kalau begitu, ayo kita buat bersama."
"Ya."
Malam semakin larut dan sudah lewat jam 3 pagi---
Aku membuat puding bersama Aoi-san di dapur.
Dalam keheningan malam, hanya suara peralatan memasak yang bergema di bawah sedikit cahaya dapur.
Setelah festival sekolah berakhir, hanya tersisa satu setengah bulan lagi di tahun ini.......
Bahkan saat melakukan ini, hitungan mundur menuju perpisahan tanpa henti mengambil waktuku.
Namun, ketika aku berpikir bahwa waktu yang kuhabiskan untuk membuat puding bersama orang yang berharga bagiku seperti ini, suatu hari nanti akan dikenang sebagai kenangan yang tidak tergantikan, perasaan yang membanjiri hatiku bukan hanya kesedihan.
Tiba-tiba aku berpikir.
Mungkin. Tidak, aku yakin.
---Aku yakin orang-orang akan menyebutnya sebagai kebahagiaan.
Akhir Bab 7
Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 7.2"