Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.4

Bab 5 - Apa Yang Bisa Kulakukan Untuknya




Malam berikutnya---


"Terima kasih untuk dua hari terakhir."


"Hubungi aku kalau sudah memutuskan hidangan terakhir."


"Ya. Mengerti."


Setelah dua hari satu malam di kamp pembuatan camilan teh, aku datang ke stasiun untuk mengantar Hiyori.


"Sampaikan salamku pada ibu. Hati-hati di jalan."


"Ya. Akira juga, berjuanglah."


"Sampai jumpa lagi."


Setelah mengantar Hiyori melewati gerbang tiket, aku pun melangkahkan kakiku menuju ke tujuan berikutnya.


Tujuan berikutnya ada di sebuah jalan beratap yang berjarak sekitar lima belas menit berjalan kaki. Itu adalah kedai teh terakhir yang aku dan Aoi-san rencanakan untuk dikunjungi bersama.


Kedai ini sepertinya telah lama menjadi favorit warga setempat dan didirikan sejak era Meiji.


Eksterior bangunan, yang memberikan kesan rumah Jepang kuno yang bagus, memiliki atmosfer bersejarah.


Kalau itu aku yang dulu, aku merasa tidak yakin untuk masuk ke sana, tapi sekarang setelah mengunjungi banyak kedai teh, aku bisa menantikan tentang jenis teh yang bisa kunikmati di sini.


Tapi, aku datang ke sini bukan untuk menikmati teh.


Aku mempersiapkan diri sebelum membuka pintu.


"Selamat datang."


Kemudian, seorang pelayan kedai segera menghampiriku.


"Saya Akamori, saya sudah membuat janji dengan seseorang."


"Orang yang akan Anda temui sudah tiba. Silahkan, saya akan mengantar Anda."


Mengikuti pelayan, aku dibawa ke sebuah ruangan pribadi di bagian belakang dan membuka pintu geser.


Di sana, terlihat seorang pria paruh baya.


"Maaf saya terlambat."


"Jangan khawatir. Aku yang datang terlalu awal."


Aku masuk ke ruangan dan duduk.


Kami belum pernah bertemu satu sama lain seperti ini sejak liburan musim panas.


"Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menemui saya meskipun ini mendadak."


"Pekerjaanku libur di akhir pekan, jadi tidak apa-apa. Selain itu, jika menyangkut Aoi, aku akan segera meluangkan waktu meskipun itu mendadak."


Pria yang memanggil Aoi-san dengan namanya tanpa honorifik sudah jelas siapa.


Pria yang kutemui adalah ayah Aoi-san.


"Namun, aku tidak menyangka tempat pertemuannya adalah di Kagetsu, jadi aku terkejut."


"Anda tahu tempat ini?


Sang ayah mengangguk penuh haru.


"Tempat ini terkenal tidak hanya karena tehnya, tapi juga puding matcha-nya. Ketika Aoi masih kecil, aku biasa membelikannya untuknya dalam perjalanan pulang kerja."


Aku teringat apa yang dikatakan Aoi-san sebelumnya.


Ketika dia masih kecil dan orang tuanya masih rukun---ayahnya sering membelikan puding untuknya saat pulang kerja, dan mereka bertiga akan menyantapnya setelah mandi bersama.


Bagi Aoi-san, itu adalah salah satu dari sedikit kenangan indah keluarganya.


"Aoi-san memberi tahu saya. Dia selalu menantikan puding yang dibelikan oleh ayahnya."


"Aku khawatir puding itu mungkin tidak cocok untuk selera anak-anak karena rasanya yang seperti matcha, tapi Aoi sangat menyukainya. Dia selalu mendesakku untuk membelikannya......."


Sang ayah mengenang kenangannya dengan binar di matanya.


Meskipun reuni keluarga mereka tidak akan pernah datang lagi, setidaknya ia tetap boleh bernostalgia.


Sambil mendengarkan kenangan sang ayah tentang Aoi-san dan puding.


"Benar juga---"


Sebuah pemikiran terlintas di benakku.


"Ada apa?"


"Ah......tidak, bukan apa-apa."


Pemikiran yang muncul di benakku adalah ide yang bagus, tapi aku memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan sekarang.


Mengesampingkan hal itu dari pikiranku untuk saat ini, aku memesan dari pelayan dan kemudian memperbaiki posisi dudukku.


"Tapi kenapa memilih tempat pertemuannya di sini?"


"Sebenarnya, sebentar lagi ada festival sekolah di SMA kami."


"Ah, begitu ya. Sudah waktunya untuk itu ya."


Sang ayah dulu tinggal di kota ini, jadi wajar saja jika ia tahu bahwa ini adalah festival sekolah di seluruh kota.


"Kelas kami akan menjalankan kafe gal rambut pirang ala Jepa---maksud saya, kedai kopi ala Jepang, dan kami akan mengunjungi berbagai kedai teh bersama Aoi-san untuk memilih camilan teh yang akan disajikan pada para pelanggan. Sebenarnya, saya juga berencana untuk datang ke sini bersama Aoi-san......."


Sang ayah pasti sudah bisa menebak dari kata-kata itu.


Ekspresi wajahnya yang tenang menjadi sedikit kaku.


"Keadaan tidak memungkinkan Aoi-san untuk ikut ke tempat pertemuan dengan Anda."


"Apa maksudmu pembicaraan hari ini adalah tentang keadaan tersebut?"


"Ya. Sebenarnya......."


Ya, inilah poin utamanya.


"Ibu Aoi-san muncul."


"Apa katamu---?"


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Senyum benar-benar menghilang dari wajah sang ayah.


"Aoi-san sekarang sudah pulang ke tempat ibunya.


"Bisa kamu ceritakan lebih detail?"


"Tentu saja."



Kemudian aku mulai menceritakan pada sang ayah apa yang telah terjadi sampai saat ini.


Tentang ibu Aoi-san yang muncul pada awal bulan Oktober. Tentang meskipun saat itu situasinya sudah mereda, sang ibu muncul lagi dan mencoba membawa Aoi-san pulang ke rumahnya menggunakan hak asuh orang tua sebagai perisai. Tentang tujuannya yang jelas dia mengincar tunjangan anak.


Aku juga menyampaikan tentang keinginan Aoi-san untuk memulai keluarganya kembali dengan ibunya.


Ini memalukan......tapi, aku juga mengatakan padanya tanpa menyembunyikan bahwa kepatuhan Aoi-san terhadap kata-kata ibunya mungkin dimaksudkan untuk melindungiku dari ancaman ibunya dengan tanggung jawab hukum.



"Egois seperti biasa......"


Sang ayah mengepalkan kedua telapak tangannya di atas meja.


Ayah Aoi-san adalah seorang pria yang tenang, sikapnya lembut dan orang yang baik, tapi bukan berarti ia bisa tetap tenang dalam situasi ini.


Ia berusaha keras untuk menahan amarahnya, tapi sepertinya tidak bisa mengendalikannya.


Sang ayah kemudian memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam sebelum mendongak ke atas.


"Maaf. Aku sedikit kehilangan kedali."


"Tidak. Saya mengerti perasaan Anda."


Kupikir, hal itu berbeda denganku, yaitu, cara ia dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya.


"Bicara dengan jujur, menurut saya Aoi-san dan ibunya tidak akan bisa berdamai."


"Ya. Aku juga berpendapat sama sepertimu, Akira-kun."


"Tentu saja, akan lebih baik jika mereka bisa memulai dari awal, tapi saya rasa itu tidak mungkin. Saya yakin Aoi-san juga tahu itu......tapi saya pikir dia masih percaya pada kemungkinan sekecil apapun dan kembali ke ibunya."


Sang ayah merasa sedih mengetahui perasaan Aoi-san.


Melihat seorang sang ayah yang sangat memahami Aoi-san, mau tak mau aku berpikir.



---Kalau saja orang ini mendapat hak asuhnya, semuanya pasti akan berbeda.



"Terlepas dari hasilnya, saya pikir penting bagi Aoi-san untuk menyelesaikan hubungannya dengan ibunya. Sehingga kehidupan Aoi-san tidak diombang-ambingkan oleh ibunya lagi kedepannya."


Tidak ada gunanya membicarakan tentang pengandaian.


Aku mengatakan pada sang ayah kenapa aku memintanya untuk datang ke sini.


"Saya ingin melakukan apa yang saya bisa untuk Aoi-san."


"Itu sebabnya kamu memanggilku ke sini, bukan?"


Aku mengangguk sebagai jawaban.


Bagaimanapun, apa yang akan kulakukan tidak akan tercapai tanpa kerja sama dari sang ayah.


"Saya punya permintaan untuk ayah."


Aku mengatakan pada sang ayah apa yang aku pikirkan.


Metode ini pasti mengejutkan baginya.


Sewaktu aku menjelaskan kepadanya, ia tampak terkejut sepanjang waktu.


Tapi meskipun ia terkejut, kurasa ia mengerti.



Setelah selesai menjelaskan semuanya, dia menganggukkan kepala tanda ia mengerti.


"Mungkin......tidak ada cara lain untuk melindungi masa depan Aoi-san selain dengan cara ini."


"Begitu ya......"


"Saya menyadari beban berat yang dipikul ayah. Tapi tolong pinjamkan saya kekuatan Anda demi Aoi-san. Jika ada yang bisa saya lakukan, saya akan melakukan apa pun yang Anda katakan."


Sekarang setelah saya menceritakan semuanya, yang bisa kulakukan hanyalah terus menundukkan kepala.


Sementara ruang pribadi ini sunyi, pelayan membawakan secangkir teh.


Dia menyajikannya padaku dan sang ayah, dan tepat setelah pelayan meninggalkan ruangan---


"Akira-kun, tolong angkat kepalamu."


Atas permintaan sang ayah aku mendongak.


"Kupikir kata-kata aku akan melakukan apa pun untuk Aoi seharusnya diucapkan olehku sebagai ayahnya. Aku mungkin bukan ayah yang baik dalam banyak hal, tapi perasaanku sama dengan perasaanmu, Akira-kun. Jika ada yang bisa kulakukan untuk Aoi, aku akan berusaha keras untuk bekerja sama.


"Kalau begitu---"


"Seperti kata Akira-kun, kupikir ini adalah cara terbaik untuk mengubah situasi saat ini. Jika kita memikirkan masa depan Aoi, cepat atau lambat itu adalah masalah yang harus kita pikirkan, dan aku yakin waktu yang tepat untuk memikirkannya adalah sekarang."


Sang ayah menyesap teh matcha dan kemudian dengan tenang merilekskan matanya.


"Terima kasih telah memikirkan Aoi dengan serius. Sekali lagi, aku sangat bersukur bahwa Akira-kun ada di sisi Aoi. Baik aku dan Aoi tidak bisa cukup berterima kasih pada Akira-kun."


"Tidak, itu,"


"Aku ingin kamu menyerahkan sisanya padaku."


"Ya......mohon bantuannya."


Dengan begini, aku berhasil mendapatkan kerja sama dari sang ayah.


Kami pun mulai mempersiapkan waktu yang tepat.


Akhir Bab 5

1 comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.4"