Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.3

Bab 5 - Apa Yang Bisa Kulakukan Untuknya




"......Aku tidak bisa melakukannya lagi. Aku hanya bisa makan sepuluh matcha manju lagi."


"Entah sedang bangun ataupun tidur, si Izumi itu selalu makan ya."


Setelah selesai makan malam dan mandi, Izumi berbaring di sofa dan mengigau seperti itu dalam tidurnya.


Pada siang hari, dia makan camilan teh yang kami buat, saat makan malam dia menambah porsinya, setelah mandi dia makan tiga yomogi manjuu yang dia beli entah kapan, kalau seperti itu dia mungkin akan mengalami mimpi buruk.


Setiap kali aku memikirkannya, memangnya kau ini perwujudan dari nafsu makan atau apa.


"Kami akan beristirahat lebih dulu."


Eiji berdiri sambil membopong Izumi ala tuan putri.


"Ya. Kalian bisa menggunakan tempat tidur orang tuaku, seperti sebelumnya."


"Terima kasih. Kalau begitu, selamat malam."


Setelah melihat mereka berdua meninggalkan ruang keluarga, aku mengalihkan tatapanku pada jam dinding.


Jam baru saja menunjukkan waktu tengah malam.


"Kita juga harus segera tidur."


Saat aku mengatakan itu pada Hiyori.


"Ya. Tapi sebelum itu, lanjutkan tentang yang tadi siang."


"Kelanjutan dari yang tadi siang?"


Hiyori meletakkan ponsel yang sedang dilihatnya dan menoleh ke arahku.


"Setelah itu, apa ada kontak dari Aoi-san?"


Kalau dipikir-pikir, Izumi dan Eiji datang pada siang hari, di tengah-tengah perbincangan kami.


Hiyori sepertinya mengkhawatirkannya sepanjang waktu dengan caranya sendiri.


"Tidak setiap hari, tapi setidaknya dia menghubungiku setiap dua hari sekali. Aoi-san mengatakan untuk tidak terlalu banyak menghubungi karena kalau ibunya tahu, itu akan jadi merepotkan. Untuk saat ini, mengetahui kalau Aoi-san baik-baik saja sudah cukup."


"Begitu. Baguslah kalau ada kabar darinya."


"Sekarang aku harus percaya bahwa Aoi-san akan kembali, dan aku harus bersiap-siap untuk festival sekolah."


Bagiku sendiri, kupikir aku mengatakan hal yang sudah jelas.


Aku mengatakan bahwa aku akan melindungi tempat kembalinya Aoi-san dengan cara apa pun.


Aku mengatakannya dengan perasaan yang cukup untuk memperbarui tekadku di depan Hiyori.


"Tapi Akira, apa kau benar-benar tidak keberatan dengan itu?"


Terlepas dari tekadku, Hiyori melemparkan pertanyaan padaku.


Sorot mata Hiyori tampak lebih menunjukkan kekhawatiran daripada pertanyaan.


"Apa maksudmu?"


"Apa kamu menyadari bahwa jika terus seperti ini, kamu mungkin tidak akan pernah melihat Aoi-san lagi?"


"Eh---?"


Perasaan tidak nyaman yang tidak bisa diungkapkan menyelimutiku saat dia mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan ini.


Dengan keringat di tangannya yang mengepal, Hiyori terus berbicara seolah terus menyerangku.


"Akira pasti memiliki urutan prioritas yang salah."


"Urutan prioritas......?"


Aku mengulangi kata-katanya dan Hiyori mengangguk dengan tegas.


Aku memutar otakku untuk memahami arti dari kata-kata tersebut.


Namun, ketika aku masih belum bisa memberikan jawaban, Hiyori memutar kata-katanya seakan-akan ingin menjelaskan dengan hati-hati.


"Ini adalah kehendak Aoi-san bahwa dia pergi untuk menyelesaikan hubungannya dengan ibunya. Selama kamu dipercayakan dengan persiapan festival sekolah, aku mengerti bahwa kamu mencoba yang terbaik untuk melindungi tempat kembali Aoi-san. Tapi apakah yang harus Akira lakukan sekarang adalah melindungi tempat kembali Aoi-san?"


Yang harus kulakukan.......


"Aku yakin semua orang berpikir bahwa yang terbaik bagi Aoi-san adalah untuk bisa berdamai dengan ibunya, dan Aoi-san sendiri pasti kembali ke ibunya untuk tujuan itu. Namun, ini bukanlah masalah yang bisa ditangani sendiri oleh Aoi-san---karena jika bisa ditangani, Aoi-san dan ibunya tidak akan pernah seperti ini."


Kata-kata ini membuatku terkejut.


"Hasilnya mungkin tidak akan berubah meskipun Aoi-san mencoba sekali lagi untuk melakukan apa yang tidak bisa dia lakukan sendiri. Setidaknya selama sang ibu tidak berubah, hal yang sama akan terus berulang. Kupikir situasi ini bukan lagi sesuatu yang bisa ditangani oleh usaha Aoi-san saja."


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Ketika Hiyori memberi tahuku, aku akhirnya menyadarinya dan tanpa sadar menutup mulutku dengan tangan kiri.


Bagaimana mungkin aku mengabaikan sesuatu yang begitu jelas?


"Mungkin Aoi-san memahami hal itu. Aku tidak tahu kenapa dia kembali ke ibunya sendirian jika dia mengerti, tapi Aoi-san punya alasan untuk berdiri sendiri meskipun dia tahu itu tidak mungkin."


"......Kalau itu."


Meskipun Hiyori tidak tahu alasannya, aku tahu.


Untuk melindungiku.......


Untuk tidak melibatkanku dengan hal itu, Aoi-san pulang ke rumah ibunya sendirian.


Untuk menjaga agar permusuhan ibunya tidak berbalik padaku, dia memilih untuk menghadapinya sendirian.


"Persiapan festival sekolah, secara ekstrem, bisa dilakukan tanpa Akira. Nyatanya, tidak hanya Izumi dan Eiji-kun, tapi semua orang di kelas juga ikut membantumu, bukan? Tapi hanya Akira yang bisa mendukung Aoi-san. Jadi kurasa apa yang harus Akira lakukan sekarang bukanlah percaya pada Aoi-san dan menunggu."


"......"


"Percaya kata-katanya dan menunggu tidak selalu berarti kebaikan. Menurutku, mengulurkan tangan secara paksa meskipun mereka menolak adalah suatu kebaikan, meskipun terkadang kau mengabaikan harapan dan keinginan mereka. Setidaknya sekali, Akira pasti pernah menolong Aoi-san dengan cara seperti itu."


Aku mengingat kembali saat aku membawa pulang Aoi-san yang sendirian di tengah hujan, tanpa menanyakan keadaannya.


Memang, pada saat itu, aku tidak bisa tidak mengulurkan tanganku untuk Aoi-san bahkan jika aku mengabaikan keadaannya.


"......Seperti katamu, Hiyori."


Ketika aku memberi tahu Eiji dan Izumi bahwa Aoi-san telah kembali pada ibunya, Eiji bertanya padaku, 'Apa yang akan kau lakukan jika Aoi-san tidak bisa berdamai dengan ibunya?' Aku menjawab, 'Pada saat itu, aku akan memilih cara apa pun.'



Tidak, itu salah---Kalau seperti itu, itu sudah terlambat.


Sekarang adalah waktunya untuk bertindak, apa pun caranya.



Apa yang harus kulakukan bukanlah melindungi tempat Aoi-san kembali.


Bukan mempersiapkan diri ketika Aoi-san tidak bisa berdamai dengan ibunya, atau menyemangatinya ketika dia meninggalkan rumah, tapi untuk menghadapinya bersama-sama.


Namun, tanpa kusadari, aku telah melepas Aoi-san pergi sendirian.......


Aoi-san memilih untuk menghadapi ibunya sendirian untuk menghindarikanku terlibat.


Kupikir aku melindungi Aoi-san, tapi justru aku yang dilindungi.


Aku merasa pusing dengan kebodohanku sendiri, tapi aku tidak punya waktu untuk meratap.


"Terima kasih, Hiyori. Karena telah membangunkanku."


Ketika mengucapkan terima kasih, Hiyori menggigit bibirnya dan menundukkan pandangannya.


"Akira benar-benar percaya dengan kata-kata Aoi-san. Karena itulah aku ragu apakah aku harus mengatakannya. Bukan hanya Akira, tapi Izumi dan Eiji-kun juga percaya Aoi-san dan berusaha yang terbaik, tapi aku bertanya-tanya, haruskah aku mengatakan sesuatu yang terlihat seperti meredam usaha kalian. Namun, aku tidak ingin semuanya terlambat tanpa mengatakan apapun."


"Hiyori......"


"Aku ingin terus berteman dengan Aoi-san."


Karena kebpribadian Hiyori yang kering dan cara berpikirnya, dia sering dianggap sebagai orang yang dingin oleh orang-orang di sekelilingnya.


Dia adalah tipe gadis yang bergaul dengan orang-orang dengan skala sempit dan mendalam, jadi dia sangat disukai dan bergaul dengan baik dengan orang-orang yang memahaminya, tapi dia sering dijauhi oleh mereka yang tidak cocok.


Sebagai hasilnya, aku tahu bahwa dia kesulitan dengan hubungannya dengan orang lain sampai sekarang.


Namun di dalam hati, Hiyori adalah orang yang penuh kasih dan sangat bertanggung jawab, serta jauh lebih dewasa dan berpikiran luas daripada aku. Aku senang bahwa Hiyori memilih kata-katanya dengan sangat baik dan menuangkan perasaannya ke dalam kata-katanya.


Selalu Hiyori lah yang paling tenang dalam situasi seperti ini.


Aku tidak bisa mengatakan berapa kali aku diselamatkan oleh luasnya pandangannya, yang berbeda dengan Eiji.


"Jangan khawatir. Aku akan membuat banyak kesempatan untuk kamu dan Aoi-san untuk lebih dekat."


"......Ya."


"Terima kasih."


Dengan lembut aku menepuk kepala Hiyori dan mengucapkan terima kasih.


Tidak banyak adik perempuan yang bisa diandalkan seperti ini di dunia ini.


Karena itu sebagai seorang kakak, aku ingin memenuhi keinginan adikku untuk akrab dengan Aoi-san.


Aku tidak pernah merasa aku adalah kakak Hiyori lebih dari yang kurasakan sekarang.



Setelah Hiyori kembali ke kamarnya, aku tinggal sendirian di ruang keluarga untuk menjernihkan pikiran.


Aoi-san saat ini sedang berusaha untuk memutuskan masa depannya bersama ibunya.


Dan dia pasti bekerja keras sendirian untuk bisa kembali ke rumah ini.


Sesuatu yang kupikirkan lagi.


Apa yang harus kulakukan bukanlah melindungi tempat Aoi-san kembali, tapi untuk menyelesaikan masalah bersama dengan Aoi-san sehingga kami bisa berjalan di masa depan yang kami berdua inginkan.


Masalah ibu Aoi-san sudah bukan hanya masalah Aoi-san.


Jika aku ingin bersama Aoi-san, itu seharusnya menjadi masalahku juga.


"Pikirkan tentang hal ini......."


Seperti kata Hiyori, Aoi-san pasti tidak akan bisa memperbaiki hubungannya dengan ibunya.


Meskipun begitu, hubungan antara Aoi-san dan ibunya harus diselesaikan dengan suatu cara.


Bahkan jika hasilnya tidak seperti yang diinginkan Aoi-san, agar aku dan Aoi-san masih bisa menghabiskan waktu bersama di masa depan---tidak, agar Aoi-san menghabiskan hari-hari bahagia tanpa perubahan setelah aku pindah sekolah, setidaknya aku harus memastikan bahwa ibunya tidak menghalangi.


Aku tidak akan membiarkan dia terlibat dalam kehidupan Aoi-san lagi.


"Namun, selama dia masih ibunya......"


Dengan kata lain, sebagai wali, sulit untuk tidak terlibat sama sekali.


"......Tidak, tunggu."


Sebuah kata terlintas di benakku dan aku terperangah.


Aku menyadari sebuah kemungkinan dan mencarinya di ponselku.


"Aku bisa---"


Kata-kata itu keluar tanpa sadar ketika aku melihat hasil pencarian.


Bukan tidak mungkin untuk membebaskan Aoi-san dari ibunya.


Tapi kalau menggunakan cara ini tidak mungkin hanya dengan aku dan Aoi-san saja.


Aku membuka aplikasi pesan pada ponselku dan menggulir daftar teman.


Sudah dua bulan sejak aku berhubungan dengannya, dan ini pertama kalinya aku yang menghubunginya.


Aku menggantungkan secercah harapan dan mengirim pesan pada seseorang tertentu.

*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.3"