Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.1
Bab 5 - Apa Yang Bisa Kulakukan Untuknya
Ditengah-tengah absennya Aoi-san, waktu tetap berlalu seperti biasa.
Aku menghabiskan hari-hariku mempersiapkan festival sekolah dan bekerja paruh waktu dengan semangat baru.
Agar Aoi-san bisa tenang saat dia kembali---
Di atas segalanya, untuk melindungi tempat Aoi-san---
Hari-hari membenamkan diri dalam apa yang harus kami lakukan berlalu dalam sekejap mata, dan hanya tinggal tiga minggu lagi sebelum festival sekolah.
Dengan bantuan Izumi dan Eiji, serta teman-teman sekelas, persiapan untuk festival sekolah berjalan dengan baik.
Kupikir misiku untuk mempelajari pelayanan pelanggan juga terwujud berkat pekerjaan paruh waktuku.
Ngomong-ngomong, aku yang memberi tahu pak manajer bahwa Aoi-san akan mengambil cuti dari pekerjaan paruh waktunya.
Pak manajer mengatakan 'Oke' dan setuju tanpa bertanya apa pun padaku. Pak manajer pasti sudah menduga ada sesuatu yang tidak beres karena ia sudah mengkhawatirkan Aoi-san sejak dia tidak masuk sekolah.
Justru pada saat-saat seperti inilah aku berterima kasih atas pertimbangan pak manajer.
Jadi secara umum tidak ada masalah, satu-satunya masalah adalah pilihan menu.
Seharusnya kami sudah selesai mengunjungi kedai-kedai teh, tapi aku tidak sempat mengunjungi kedai teh yang terakhir karena Aoi-san kembali ke tempat ibunya dan aku adalah satu-satunya anggota komite festival, jadi aku sibuk.
Aku sempat berpikir untuk pergi sendiri, namun pada akhirnya aku tidak bisa menemukan waktu, dan hari Sabtu pun tiba.
Ketika aku sedang sendirian di dapur menyiapkan peralatan memasak, tiba-tiba interkom berdering.
"Oh, datang juga."
Kemudian, tanpa jeda sejenak, interkom berdering lagi.
Interkom berdering lagi dan lagi, mendesakku untuk datang dan menyambutnya sesegera mungkin.
"Ya ya, aku sedang ke sana, jangan menekannya lagi."
"Lama."
Di sana, ada adik perempuanku---Hiyori, yang tidak berekspresi dan mengeluh.
Pada saat-saat seperti inilah, aku merasa lega oleh penampilan Hiyori yang tidak berubah.
"Terima kasih sudah datang jauh-jauh ke sini."
"Jangan khawatir. Aku juga menantikan hal ini."
Hiyori biasanya tidak menunjukkan emosinya, jadi suaranya datar dan tanpa banyak intonasi, tapi dari suaranya yang sedikit lebih tinggi daripada biasanya, kelihatannya dia sangat menantikannya.
Aku mengambil barang bawaan Hiyori dan kami pergi ke ruang keluarga bersama.
"Apa kamu sudah mendapatkan semua alat yang kutulis dalam pesanku?"
"Ya. Aku sudah menyiapkan semuanya dengan bantuan Izumi."
"Begitu. Baguslah."
Alat-alat yang dimaksud Hiyori adalah alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat camilan teh.
Hari ini dan besok, kami akan mengundang Eiji dan Izumi ke rumah untuk mengikuti perkemahan membuat camilan teh selama dua hari satu malam, untuk belajar dari Hiyori tentang cara membuat camilan teh untuk menu yang akan disajikan di festival sekolah.
Rencananya, aku akan berbelanja bahan makanan setelah menentukan menu, jadi aku meminta Hiyori untuk memberi tahuku terlebih dahulu alat apa saja yang diperlukan, dan aku meminjam atau membeli beberapa dari Izumi.
"Meski begitu, aku terkejut kamu bisa membuat camilan teh, Hiyori."
"Aku tidak pernah membuatkannya untukmu, tapi Izumi sering memintaku untuk membuatnya untuknya."
"Ada beberapa hal yang tidak kau ketahui meskipun tinggal bersama ya. Kamu bisa memasak juga?"
"Kalau memasak aku tidak bisa. Aku bisa membuat camilan teh karena kita menimbangnya dalam gram jadi aku tidak akan pernah membuat kesalahan, tapi untuk memasak, dimana jawabanya adalah sedikit atau secukupnya, rasanya aku tidak bisa melakukannya"
Begitu ya.
Izumi mengatakan hal yang sebaliknya, tapi aku bisa memahami apa yang dikatakan Hiyori.
Aku selalu merasa bahwa Izumi dan Hiyori itu berlawanan, dan setiap kali aku bertanya-tanya, kenapa mereka bisa begitu akrab, tapi mungkin karena mereka berlawanan, jadi mereka saling melengkapi dan cocok satu sama lain.
Mungkin karena keduanya berlawanan, jadi mereka saling tertarik satu sama lain, seperti magnet.
"Izumi dan Eiji-kun belum tiba?"
"Ya. Sebenarnya, mereka seharusnya sudah berada di sini sekarang, tapi......."
"Izumi si tukang tidur selalu seperti ini."
Tidak ada penjelasan yang diperlukan bagi Hiyori, yang sangat memahami gaya hidup Izumi.
"Eiji memberi tahuku kalau mereka akan sedikit terlambat."
"Aku jadi lega karena itu seperti biasanya."
Baik aku maupun Hiyori tidak terkejut dengan hal ini sekarang.
Malahan aku akan khawatir kalau dia tiba tepat waktu, kurasa itu tidak sopan kalau aku mengatakan itu.
"Sebelum Izumi dan Eiji-kun tiba, aku ingin mendiskusikan menu denganmu dan Aoi-san, tapi---"
Hiyori mengatakan itu sambil melihat ke sekeliling ruang keluarga.
Dan akhirnya, dia menyadari bahwa Aoi-san tidak ada.
"Di mana Aoi-san?"
Aku menjawab dengan tenang, berusaha untuk tidak mengejutkan Hiyori.
"Dia tidak di sini saat ini."
"Tidak di sini?"
Namun demikian, bagi Hiyori, ketenanganku mungkin terlihat tidak wajar.
Alis Hiyori, yang biasanya menjaga wajahnya tetap tanpa ekspresi, sedikit menekuk.
"Apa maksudmu?"
Hiyori menghampiriku seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak akan mengizinkanku menyembunyikan apa pun darinya.
Dari awal, aku tidak berniat menyembunyikannya, jadi aku duduk di samping Hiyori, dan mulai menjelaskan apa yang sudah terjadi.
Ibu Aoi-san muncul di depan kami beberapa saat yang lalu.
Dia meminta Aoi-san untuk tinggal bersamanya lagi, tapi dari cara bicaranya, dia mungkin mengincar uang tunjangan anak yang dibayarkan oleh ayahnya. Dia juga mengatakan kalau dia mengetahui bahwa kami tinggal bersama dan mencoba untuk membawa pulang Aoi-san dengan menggunakan status orang tua sebagai perisai.
Aoi-san kemudian untuk sementara waktu menemui ibunya untuk menyelesaikan masalahnya dengan sang ibu.
Kami terus menunggu dan percaya pada Aoi-san, dan seminggu pun berlalu.
"Begitu......"
Setelah selesai menceritakan semuanya, Hiyori secara jelas menunjukkan emosinya.
Wajahnya tanpa ekspresi seperti biasanya, tapi dia mencengram erat roknya dengan kedua tangannya yang berada di atas lututnya.
Hiyori sangat jarang menunjukkan emosinya dan jarang mengekspresikannya dengan kata-kata. Namun, dia terkadang mengekspresikan perasaannya melalui tindakannya hanya jika dia tidak bisa menahannya.
Cara yang sepele untuk mengekspresikan emosi yang bahkan tidak akan disadari oleh orang yang tidak mengenal Hiyori secara mendalam. Kekuatan di tangannya seakan mengekspresikan perasaan Hiyori yang tidak tersampaikan.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Hiyori membuka tangannya dan berbicara.
"Lalu, apa kamu baik-baik saja, Akira?"
Hiyori, seperti halnya Izumi, mengkhawatirkanku.
Sungguh, melihat kemiripan mereka sampai pada tingkat seperti ini membuatkuu ingin tersenyum.
"Terima kasih. Tapi tidak perlu khawatir tentangku."
"Sukurlah kalau begitu. Setelah itu, Aoi-san---"
Interkom berdering toba-tiba ketika Hiyori hendak mengatakan sesuatu.
Kupikir Eiji dan Izumi pasti sudah datang, jadi aku mencoba menyambut mereka di depan pintu.
"Hiyori-cha~n!"
Tidak lama setelah aku bangkit dari sofa, suara Izumi yang ceria bergema dari pintu depan.
Segera setelah itu, suara mereka masuk rumah terdengar dan diikuti dengan terbukanya pintu ruang keluarga.
"Selamat datang! Aku merindukanmu lho!"
Izumi langsung memeluk Hiyori begitu dia masuk.
"Aku pulang. Apa kabar?"
"Aku baik-baik saja, tapi aku kekurangan vitamin Hiyori karena aku tidak bisa melihatmu."
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Dan dimulailah kegiatan Izumi dan Hiyori yang biasa.
"Haaaaaaa......"
Izumi mendekatkan wajahnya ke kepala Hiyori seakan sedang mencium kucing, mengendus-endus dan tampak gembira. Izumi memeluk Hiyori dan membelai kepalanya.
"Aroma Hiyori benar-benar menenangkan......"
Setiap saat, aku benar-benar tidak tahu siapa di antara mereka yang lebih tua.
Biasanya aku hanya akan berpikir 'dasar', tapi sekarang aku merasa betah dengan pemandangan yang tidak asing lagi.
Eiji yang masuk ke ruang keluarga kemudian juga melihat mereka sambil tersenyum.
"Baiklah. Sekarang kita semua sudah di sini, mari kita mulai."
"Ya. Ayo kita lakukan!"
Duduk mengelilingi meja, Izumi segera mulai membagi tempat.
"Hari ini dan besok kita berkumpul untuk menentukan menu yang akan disajikan di kafe gal pirang bergaya Jepang dan untuk membuat purwarupa camilan teh, tapi---ngomong-ngomong, Akira-kun, apa kamu sudah mengunjungi semua kedai?"
"Aku belum bisa mengunjungi satu kedai saja, tapi aku sudah mengunjungi banyak kedai, jadi kupikir itu akan baik-baik saja. Kami mengambil foto camilan teh yang kami makan dan menyimpannya di cloud, aku akan mengirimkan URL-nya pada kalian bertiga sekarang."
"Terima kasih♪"
Ketika aku mengirimkan URL melalui aplikasi pesan, semua orang mulai memeriksa foto-foto dengan ponsel di tangan mereka.
"Hee, kamu pasti sudah banyak berkeliling dan makan ya."
"Ya. Berkat itu, aku jadi menyukai camilan teh."
"Itu hal yang bagus!"
Kami melihat foto-foto itu sebentar sambil mengobrol seperti itu.
"Aoi-san bahkan lebih kecanduan teh dan camilan teh daripada aku. Bahkan, dia ingin mengunjungi lebih banyak kedai daripada yang direncanakan, jadi dia pergi ke sana kemari pada hari liburnya, sepulang sekolah, pada hari Sabtu setelah pulang kerja paruh waktu, dan di waktu luang lainnya. Itulah kenapa aku tidak bisa mengunjungi satu kedai saja."
"Begitu ya~. Aoi-san telah mempelajari kenikmatan minum teh~"
Izumi menganggukkan kepala sambil melihat foto-foto itu.
Dia mungkin senang memiliki lebih banyak rekan dengan minat yang sama.
"Kalau Aoi-san sudah pulang, aku harus membawanya ke kedai pilihan pertamanya!"
"Ya, lakukan itu untuknya."
Aku yakin Aoi-san juga akan senang.
"Jadi, ada berapa jenis camilan teh untuk menu yang disajikan?"
"Mari kita lihat, kurasa aku ingin lima jenis."
Kembali ke topik pembicaraan, Izumi sepertinya sudah memikirkannya terlebih dulu dan langsung menjawab.
"Kamu mungkin berpikir lima jenis itu terlalu banyak, tapi tidak apa-apa jika ukuran per satuannya kecil, jadi aku ingin meningkatkan variasinya. Ini adalah sesuatu yang kau nikmati dengan teh, jadi menurutku lebih banyak jenis lebih memuaskan daripada kuantitasnya."
"Begitu ya......"
Memang benar, ketika aku berkeliling kedai teh, aku juga ingin menikmati berbagai kue teh.
Karena aku berbagi dengan Aoi-san, aku bisa menikmati berbagai hidangan dalam porsi kecil, tapi kalau aku sendirian, aku tidak akan bisa makan semua yang kupesan, dan seperti yang dikatakan Izumi, mungkin akan lebih baik untuk meningkatkan jenisnya dalam porsi kecil.
Tapi, masalahnya adalah---
"Berapa harga yang sesuai menurutmu?"
Bisakah kita mempertahankannya dalam anggaran yang telah diberikan?
"Aku berpikir 500 yen untuk satu set teh dan sepiring menu."
"Lima ratus yen untuk teh dan satu set sepertinya terlalu murah......tapi apa itu menguntungkan?"
"Kalau kita tidak mencoba untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang diperlukan, kupikir kita bisa mendapatkan keuntungan bahkan pada 500 yen tanpa ada masalah. Tergantung pada harga bahan dan kualitas rasa saat dibuat, tapi harga secangkir matcha sekitar 70 yen."
"Eh? Apa matcha semurah itu?"
Bukannya aku meragukan Izumi, tapi aku meminta konfirmasi dari Hiyori.
"Yang lebih murah lagi juga ada. Kalau kelasnya tidak terlalu tinggi, sekitar segitu."
"Ketika aku minum di kedai teh, secangkir matcha saja seharga lima sampai enam ratus yen lho."
"Kalau yang disajikan di kedai, selain mengambil keuntungan, itu sudah termasuk untuk biaya lokasi dan tenaga kerja, jadi itu wajar."
Kalau itu memang benar.
Tiba-tiba aku jadi penasaran dengan harga kopi yang disajikan di kedai kopi tempatku bekerja paruh waktu.
"Aku berpikir untuk menyajikan tidak hanya matcha biasa, tapi matcha latte dan matcha float juga, jadi harga rata-rata akan sedikit lebih tinggi, tapi kalau kita tidak terpaku pada matcha yang mahal dan memilih sesuatu yang masuk akal, seharusnya tidak sulit untuk membuat lima jenis yang berbeda dengan sisa anggaran yang ada."
"Begitu ya......"
Aku juga ingin menggunakan produk berkualitas bagus jika memang harus, tapi Izumi mungkin benar.
Ini adalah festival sekolah SMA, jadi pasti ada sesuatu yang lebih penting daripada terlalu mementingkan kualitas.
Dalam hal menikmati festival sekolah, akan sangat tepat untuk memprioritaskan kepuasan pelanggan dengan tidak berusaha mengejar keuntungan lebih dari yang diperlukan dan dengan mengalokasikan sebagian besar anggaran untuk camilan teh dan memperkaya menu.
"Oke. Mari kita bahas ke arah sana."
Dengan ini, berdasarkan kesanku tentang makanan yang sebenarnya dan pendapat Izumi dan Hiyori, kami mulai menentukan pilihan.
Dari sekian banyak pilihan menu yang ada, beberapa di antaranya adalah set yokan matcha dan set yokan kastanye, manju dengan pasta kacang matcha dan tiramisu matcha, serta set es krim matcha dan es krim vanila.
Mempertimbangkan bahwa kafe ini menyajikan menu minuman termasuk matcha latte dan matcha biasa, dan mengingat bahwa mayoritas pelanggan adalah pelajar, kafe ini menawarkan tiramisu dan es krim serta kudapan manis khas Jepang.
Kami sempat berpikir untuk menambahkan satu hidangan lagi, anmitsu, namun setelah mendiskusikannya dengan semua orang, kami memutuskan untuk tidak melakukannya.
Anmitsu adalah menu standar di kedai teh, dan merupakan hidangan populer yang cocok dipadukan dengan matcha, tapi kami memutuskan untuk tidak menyajikannya karena memiliki lebih banyak bahan dibandingkan menu lainnya, membutuhkan lebih banyak pekerjaan, dan akan meningkatkan biaya bahan.
Kami ingin membuat camilan teh yang harganya lebih murah, tapi tidak mudah menemukannya.
"Karena sudah sampai sini, aku ingin memasukkan hidangan favorit Aoi-san ke dalam menu."
Kata Izumi tiba-tiba.
"Aoi-san, apa dia mengatakan camilan teh yang mana yang menjadi favoritnya?"
"Hmm......entahlah. Semuanya terasa enak, tapi kurasa dia tidak mengatakan secara khusus yang ini enak. Kupikir Aoi-san juga berencana untuk membahas hal itu setelahnya."
"Begitu ya."
Kemudian Hiyori bangkit dari sofa.
"Waktunya terbatas, jadi kita harus mulai berlatih membuat camilan teh dari resep yang sudah kalian pilih. Yang terakhir tidak harus diputuskan sekarang, tapi kalau kalian sudah memutuskannya, beritahu aku dan aku akan kembali untuk mengajari kalian."
Sambil mengatakan itu, dia mengambil tasnya dan mulai bersiap-siap untuk keluar.
"Seperti yang dikatakan Hiyori-chan!"
"Kalau sudah diputuskan seperti itu, ayo kita belanja bahan-bahannya."
Dengan begitu, kami meninggalkan rumah dan pergi berbelanja.
Kami akan memutuskan yang terakhir bersama-sama ketika Aoi-san sudah kembali.
Memikirkan hal ini membuatku semakin cemas akan kembalinya Aoi-san.
*
Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 5.1"