Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 4.2

Bab 4 - Meski Begitu, Kami Adalah Keluarga




Setelah meninggalkan ibunya, kami pulang ke rumah tanpa bertukar sepatah kata pun.


Udara di antara kami terasa berat dan tidak hilang meski setelah kami tiba di rumah, dan waktu yang dihabiskan di ruang keluarga berlalu dengan lambat dan tanpa suara.


Biasanya, segera setelah kami tiba di rumah, aku mulai menyiapkan makan malam dan Aoi-san mandi menunggu makan malam siap. Setelah kami makan malam bersama, Aoi-san mencuci piring sementara aku mandi, yang merupakan rutinitas kami.


Tapi sekarang ini, kami bahkan tidak merasa ingin melakukan itu, dan masih duduk di sofa.


Seolah-olah kami berdua sedang mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi.


Entah berapa lama waktu yang telah berlalu sejak saat itu.


Aoi-san yang memecah keheningan.


"Maaf ibuku mengatakan hal-hal yang mengerikan."


"Tidak......Aoi-san tidak perlu meminta maaf."


"Tidak peduli apa kata ibuku, aku berterima kasih padamu karena telah menyelamatkanku, jadi jangan khawatir tentang itu, Akira-kun. Dia mengatakan sesuatu seperti ancaman bahwa dia akan mengambil tindakan yang sesuai, tapi aku tidak berpikir dia akan benar-benar melakukan apa pun, jadi jangan khawatir. Dia selalu seperti itu ketika dia marah......."


"Begitu ya......"


Dia selalu seperti itu ketika dia marah---Dari kata-katanya dan kesan yang kudapatkan dari benar-benar menghadapi ibunya, sepertinya ibu Aoi-san mungkin tipe orang yang akan menyelidiki kelemahan dan kesalahan orang lain secara menyeluruh.


Sangat mudah untuk membayangkan bahwa Aoi-san mungkin sampai saat ini dimarahi dengan cara itu.


"Kupikir aku akan pergi ke rumah ibu."


Jantungku melonjak mendengar kata-kata itu.


Aku merasakan dorongan refleksif untuk menghentikannya.


"......Begitu ya."


Tapi aku menelan emosi dan kata-kata yang akan meluap.


Ini karena aku tahu bahwa Aoi-san akan membuat keputusan untuk kembali ke ibunya.


Aoi-san mengatakan pada ibunya, 'Beri aku waktu satu hari'.


Dengan kata lain, itu berarti bahwa setelah satu hari itu dia akan menuruti keinginan ibunya.


Sang ibu juga memahami hal itu dan itulah sebabnya dia mundur dengan mudah.


Aku tahu itu, karena itu aku telah mempersiapkan diri sejak saat itu, sampai sekarang.......Tapi aku masih tidak bisa menghentikan diriku dari rasa gelisah.


"Kupikir aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengan ibuku lagi. Tapi sekarang dia sudah kembali, kupikir kami perlu membicarakan tentang kedepanya."


Kata-kata Aoi-san menunjukkan kehendaknya yang lebih jelas dari biasanya.


Aku mungkin tidak akan pernah bertemu dengan ibuku lagi---


Sambil berkata demikian, dia kelihatannya telah mempersiapkan hatinya, mengetahui bahwa suatu hari hari ini akan datang......dan dia tampak tenang, kalem dan sudah bulat.


"Dari sudut pandang orang lain, dia mungkin seorang ibu yang buruk. Bagi orang lain, kami mungkin adalah keluarga yang hancur. Aku akan bohong jika aku mengatakan bahwa aku sendiri tidak berpikir demikian. Tapi......kami masihlah keluarga, dan jika aku bisa, kupikir aku ingin memulai kembali sebagai sebuah keluarga."


Aku terkejut dengan satu kalimat itu.


Memang seperti yang dikatakan Aoi-san, ibu Aoi-san adalah yang terburuk dari sudut pandang kami.


Aku hanya bisa berpikir kalau dia orang yang terburuk yang mengkhianati suaminya, meninggalkan putrinya dan memutuskan hubungan dengan orang tuanya.


Tapi itulah ibunya di mata kami, dan bagi Aoi-san, dia adalah satu-satunya ibunya.


Tidak peduli seberapa buruknya dia telah diperlakukan, dia tidak bisa mengabaikannya, dia tidak bisa menyerah untuk menjadi keluarga, dan ada alasan kenapa Aoi-san ingin kembali menjadi keluarga yang rukun.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Tidak semua dari 15 tahun yang mereka habiskan bersama sebagai sebuah keluarga, terasa begitu menyakitkan.


Pasti ada saat-saat bahagia dan kenangan ibunya yang baik padanya.


Sebelumnya, Aoi-san juga pernag berbicara tentang kenangan indahnya bersama keluarganya.


Tentu saja, satu bagian yang kami lihat bukanlah semuanya.


"Tentu saja, aku tahu itu mungkin mustahil. Tapi, bahkan jika itu tidak mungkin, aku ingin menyelesaikan segala sesuatunya dengan caraku sendiri. Untuk itu, aku ingin menghadapi ibuku sekali lagi."


Aku mencoba berpikir jika aku berada di posisi Aoi-san.


Itu sudah cukup bagiku untuk memahami perasaan Aoi-san.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


"Aku mengerti. Jika Aoi-san ingin melakukan itu, aku akan mendukungnya."


Tentu saja aku sedih.


Aku ingin terus bersamanya untuk waktu yang lama.


Tapi......kupikir aku harus menghormati perasaan Aoi-san.


Aku harus mendorong punggung Aoi-san yang melihat ke depan


"Terima kasih, aku tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi---"


Aoi-san dengan lembut memegang tanganku dengan kedua tangannya.


"Aku pasti akan kembali, apa pun hasilnya, jadi maukah kamu menungguku?"


"Eh---?"


Kata-kata yang tak terduga diucapkan dan sebuah pertanyaan tanpa sadar keluar.


"Kamu akan kembali?"


"Ya."


"Sungguh?"


"Ya. Tentu saja."


"Bahkan jika kamu dan ibumu bisa berdamai?"


Suaraku melonjak dalam campuran keterkejutan, kebingungan, kebahagiaan, dan berbagai emosi lainnya.


Melihatku mengajukan pertanyaan seperti anak kecil, Aoi-san tersenyum penuh kelembutan.


"Akira-kun, apa kamu sudah lupa?"


"Eh......?"


"Aku sudah bilang, bukan? Kalau apapun yang terjadi aku akan bersama Akira-kun sampai kamu pindah."


Saat aku mendengar kata-kata itu, dadaku sesak dan aku merasa sulit bernapas.


Bagian belakang hidungku berkedut, bagian belakang mataku sedikit panas dan ujung-ujung jariku gemetar. Aku akhirnya menyadari bagaimana perasaanku ketika aku mencoba mengatakan sesuatu tapi kata-kata itu tidak mau mengikuti.


Begitu ya.......Padahal aku tidak sedih sekarang, tapi aku ingin menangis.


"Akira-kun, apa kamu tidak percaya dengan kata-kataku?"


Aku tidak berbicara dan sebagai gantinya aku menggelengkan kepala.


Bukan seperti itu.


Aku tidak pernah sekalipun meragukan kata-kata Aoi-san.


Meskipun begitu, jika Aoi-san memilih untuk tinggal bersama ibunya, kupikir aku harus menghormati perasaannya, dan kupikir aku harus menutup perasaanku sendiri.


Bahkan jika dia berjanji padaku, kupikir keinginan Aoi-san lebih penting daripada yang lainnya.


Meskipun begitu, Aoi-san tidak melupakan janjinya padaku, meskipun dia kebingungan tentang ibunya.


Sebaliknya, aku senang bahwa dia memikirkan itu dengan mengingat janjiku.


"Ini seperti ketika ayahku memintaku untuk tinggal bersamanya. Aku paling bahagia sekarang, jadi apa pun yang terjadi dengan ibuku, aku pasti akan kembali. Jadi, maukah kamu menungguku?"


Alih-alih membalas, aku dengan erat menggenggam tangan Aoi-san kembali.


"Aku akan menunggu Aoi-san dan membuat steak hamburger favoritmu."


"Benarkah? Kita melewatkannya tempo hari, jadi aku menantikannya."


Senyuman di wajah Aoi-san ketika dia mengatakan itu bahkan lebih lembut dari biasanya.




Keesokan harinya, Sabtu sore---


"Kalau begitu, aku pergi dulu ya."


Aku mengantar Aoi-san di depan pintu saat dia akan pulang ke rumah ibunya.


"Ya. Hubungi aku jika terjadi sesuatu."


"Aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Kurasa aku akan absen dari sekolah untuk sementara waktu dan karena aku bersama ibu, jadi kurasa aku tidak akan bisa banyak menghubungimu. Kurasa dia tidak akan merasa senang jika dia tahu aku menghubungi Akira-kun. Tapi, aku akan menghubungimu kalau aku bisa, jadi tolong tunggu aku."


"Ya. Aku mengerti."


"Dan......."


Mata Aoi-san tertunduk meminta maaf.


"Maaf aku tidak bisa mempersiapkan festival sekolah."


"Jangan khawatir. Aku akan melakukan yang terbaik dan ada Eiji, Izumi dan semua orang di kelas juga. Tidak perlu mengkhawatirkan kami, pikirkan saja tentang ibumu sekarang."


"Ya. Terima kasih."


Aoi-san meninggalkan rumah dengan barang-barangnya di tangannya.


"Aku akan pergi sekarang."


"Ya. Hati-hati di jalan."


Perlahan-lahan, sosok punggung Aoi-san menjadi semakin kecil.


Aoi-san berbalik berkali-kali dan melambaikan tangan ke arahku sambil tersenyum.


Sambil melihat sosoknya itu, aku terus berpikir tentang apa yang bisa kulakukan sekarang.

*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 4.2"