Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 4.1

Bab 4 - Meski Begitu, Kami Adalah Keluarga




Sudah seminggu sejak ibu Aoi-san muncul---


"Kerja bagus, kalian berdua. Pekerjaan hari ini cukup sampai sini saja."


"Ya. Terima kasih atas kerja keras Anda."


"Terima kasih atas kerja keras Anda."


Festival sekolah kurang dari sebulan lagi, dan kami masih sibuk dengan persiapan seperti membuat kostum, mengunjungi kedai teh, dan bekerja paruh waktu untuk belajar cara melayani pelanggan.


"Setelah selesai berganti pakaian, aku akan menunggumu di pintu belakang."


"Ya. Sampai jumpa nanti."


Sejak hari itu, ibunya tidak pernah muncul.


Dan tidak ada yang aneh tentang Aoi-san juga.


Lebih tepatnya, keesokan harinya dia agak berbeda, tapi dari hari setelah itu dia adalah Aoi-san yang biasa.


Setidaknya bagi anak kelas, tidak terlihat seperti sesuatu terjadi pada Aoi-san.


Dia masih bekerja keras untuk persiapan festival sekolah, dan bahkan hari ini dia bekerja keras pada pekerjaan paruh waktunya. Malahan, dengan waktu kurang dari sebulan lagi, dia bahkan terlihat bekerja lebih keras dari sebelumnya.


Jika memikirkannya secara normal, aku akan lega mengetahui bahwa Aoi-san baik-baik saja seperti biasanya.


Tapi bagiku, justru karena sama seperti biasanya, aku merasa tidak nyaman.


Karena menjadi seperti biasanya sudah sangat tidak normal.


Dia dipertemukan kembali dengan ibunya, jadi wajar jika dia terguncang. Namun, dia menjalani kehidupan sehari-harinya seolah-olah tidak ada yang terjadi, yang, setidaknya di mataku, terlihat tidak biasa.


Apa yang sebenarnya dipikirkannya di balik senyuman itu?


"Akira-kun, maaf membuatmu menunggu."


"Haruskah kita pulang?"


"Ya."


Apakah karena itu.


Setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktu seperti ini, kami pulang ke rumah dan melihat langit di kejauhan.


Bulan yang mengapung di langit malam dan dengan lembut menerangi lanskap kota biasanya begitu indah dipandang mata sehingga membuatmu menghela napas......tapi kefanaannya seolah-olah mencerminkan pikiran Aoi-san yang rumit.


"Festival sekolah hanya tinggal sebulan lagi......rasanya waktu berlalu dalam sekejap mata ya."


"Ya. Banyak hal yang harus kita lakukan, aku khawatir apa kita bisa tepat waktu."


"Kupikir kita akan baik-baik saja, tapi kita harus meningkatkan kecepatan kita untuk memberi sedikit kelonggaran. Kita harus berlatih cara melayani pelanggan pada bulan November, dan sebelum itu, membuat camilan teh akan menyita banyak waktu."


"Berbicara tentang membuat camilan teh, Hiyori-chan akan datang untuk mengajari kita, bukan?"


"Ya. Dia akan ke sini Sabtu dan Minggu depan, karena itu kita harus menyelesaikan berkeliling ke kedai teh sebelum itu."


"Kamu benar. Aku menantikan bisa berkumpul bersama."


Saat kami sedang dalam perjalanan pulang dengan percakapan santai seperti itu.


Tiba-tiba, Aoi-san mengentikan langkahnya.


"Aoi-san?"


Senyuman di wajah Aoi-san menghilang dan dia menatap pada satu titik.


Aku melihat ke arah ujung tatapan Aoi-san, dan segera mengerti alasannya.


"Ibu......"


Orang yang ada di sana tidak lain adalah ibu Aoi-san.


Tidak seperti sebelumnya, dia jelas memiliki ekspresi tegas di wajahnya.


Aku segera berdiri di depan Aoi-san dan menghadapi ibunya seolah untuk melindunginya.


"Apa yang Anda inginkan?"


Aku membalas tatapannya dengan lebih tegas daripada yang diarahkan ibunya.


Setelah pertukaran pandangan singkat---


"Aku tidak menyangka kalian berdua tinggal bersama."


Seketika, aku tidak bisa berkata-kata dan pada saat yang sama, keringat mengalir di punggungku.


Aku merasa seolah jantungku diremas oleh satu kata yang tiba-tiba diucapkan ibu Aoi-san.




---Dia tahu kalau Aoi-san dan aku tinggal bersama?




Sesuatu yang tidak ada yang pernah mengetahuinya sampai sekarang, dan tidak seorang pun yang boleh mengetahuinya kedepannya.


Tapi ibu Aoi-san, dari semua orang, tahu tentang hal itu....... Apa yang harus kulakukan?


"......Apa yang Anda bicarakan?"


Tidak, aku tidak harus mengakuinya sebelum situasinya jelas.


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Aku mengelak dengan berpikir bahwa kemungkinan ibu Aoi-san sedang menggertak tidaklah nol.


"Tidak ada gunanya mengelak. Aku menghabiskan seminggu terakhir untuk mencari tahu."


Kata-kata ibunya penuh keyakinan.


"Aku mengikuti kalian pulang dan mengkonfirmasi bahwa kalian tinggal bersama. Aku tidak tahu di mana Aoi tinggal, tapi aku tidak menyangka dia tinggal dengan anak laki-laki teman sekelasnya."


Aku sudah berjaga-jaga kalau-kalau ibunya muncul sewaktu-waktu.


Tapi, aku tidak menyadari bahwa kami sedang diikuti.


"Sekarang, Aoi. Mari kita pergi."


Sang ibu mengulurkan tangan dan mencengkeram pergelangan tangan Aoi-san.


"......Apa?"


"Aku tidak akan menyerahkan Aoi-san."


Aku balik meraih pergelangan tangan sang ibu yang menengkram tangan Aoi-san.

 

Aku tidak bermaksud melindunginya, ataupun berlagak keren di depan Aoi-san, atau semacamnya.


Aku hanya tidak ingin sang ibu melakukan apapun seenaknya kecuali Aoi-san menginginkannya.

 

"Tidak akan menyerahkannya? Kau, sepertinya kau salah paham."


"Salah paham?"


Sang ibu menatapku dengan curiga.


Saat berikutnya, dia melontarkan kata-kata yang tidak pernah kubayangkan.


"Apa kau mencoba menculik Aoi?"


"......Menculik?"


Tidak mengerti apa artinya, tanpa sadar aku mengulangi kata itu.


Bahkan setelah mengitari pikiranku, aku tidak bisa memahami apa yang dikatakan sang ibu.


"Kau tidak mengerti? Kalau kau membawa anak tanpa seizin orang tua mereka, itu tidak ada bedanya dengan penculikan."


Sang ibu melanjutkan dengan sikap seolah-olah mengatakan bahwa dia tidak punya pilihan selain menjelaskan.


"Aku ibu Aoi. Dengan kata lain, aku adalah wali dan pengasuhnya. Orang asing sepertimu tidak punya hak untuk menghentikan orang tua membawa pulang anak mereka, bukan? Kalau kau masih ikut campur, kau tidak ada bedanya dengan penculik yang mencoba mengambil anak dari orang tuanya."


Apanya yang orang tua---


Aku hampir mengatakannya dengan gelombang kemarahan.


Tidak peduli betapa buruknya seorang ibu, tidak ada keraguan bahwa dia adalah satu-satunya ibu Aoi-san.


Tidak peduli seberapa besar aku bersikeras bahwa aku mencoba melindungi Aoi-san, jika pihak ketiga melihat situasi ini secara objektif, kemungkinan aku akan terlihat seperti orang jahat yang mencoba memisahkan putrinya dari ibunya tidaklah nol.


"Aku tidak bermaksud seperti itu......."


Aku tidak bisa memutuskan apakah yang kulakukan adalah hal yang benar.


Jika apa yang dikatakan sang ibu benar, maka......apa yang telah kulakukan selama ini?


"Dan itu bukan situasi yang dapat diterima bagi dua anak laki-laki dan perempuan SMA untuk hidup bersama. Apa orang tuamu tahu tentang hal ini? Jangan-jangan kau membawa seorang gadis tanpa memberitahu orang tuamu?"


"Itu......"


Ibuku tahu dan mau mengerti.


Tapi......aku merahasiakannya dari ayahku karena kupikir akan gawat kalau ia tahu.


Selama rasa bersalah itu ada di dalam diriku, aku tidak bisa membalasnya.


"Yah, entah orang tuamu tahu ataupun tidak, itu masih menjadi masalah."


"......"


"Ini mungkin bukan kejahatan karena kalian berdua masih di bawah umur. Tapi jika kau orang dewasa, hidup bersama anak di bawah umur akan menjadi kejahatan, bahkan jika orang yang bersangkutan setuju. Kau mengerti itu?"


"......"


"Mungkin kau berpikir bahwa kau adalah pahlawan karena menyelamatkan Aoi, tapi pikirkanlah arti dari apa yang kau lakukan. Meski begitu, jika kau masih ingin ikut campur, aku akan mengambil tindakan yang sesuai, kau tidak keberatan dengan itu?"


Itu mungkin berarti menghubungi orang tuanya, polisi, sekolah, dengan kata lain, siapa pun yang dia tidak ingin situasi ini bocor pada mereka.


Kemudian, ketika aku memikirkannya dengan tenang, jelas bahwa sang ibu berbicara sesuatu yang menggelikan.


Tapi pada saat itu, aku tidak bisa memikirkan tentang kebencian dan kata 'kejahatan' yang secara sepihak diarahkan padaku dari orang dewasa, dan aku tidak bisa memutuskan apakah yang telah kulakukan itu benar atau tidak.


Ketika aku hampir tidak bisa memahaminya lagi.


"Ibu, jangan mengatakan hal-hal buruk tentang Akira-kun."


"Aoi-san......"


Aoi-san berdiri di depanku dan berhadapan dengan ibunya.


"Akira-kun memberiku bantuan ketika aku tidak punya tempat untuk pergi. Aku yang menginginkan dirawat di rumah Akira-kun. Aku tidak benar-benar mengerti apakah itu kejahatan atau bukan, tapi setidaknya Akira-kun bukan orang jahat seperti yang dipikirkan ibu. Karena itu, tolong jangan katakan sesuatu yang buruk tentang ia."


"Begitu. Tapi jika ia mengganggu kita setelah mengatakan semua ini, maka ia adalah orang jahat, bukan?"


Mata Aoi-san tertunduk sejenak.


Saat berikutnya, dia mengangkat wajahnya dan pada saat yang sama mengucapkan kata-kata yang tidak terduga.


"Beri aku waktu satu hari."


Hanya satu hari......?


"Aku akan menghubungi ibu lagi besok......kumohon."


"Baiklah. Hanya satu hari, dan pastikan kamu menghubungiku."


Sang ibu mengatakan itu, bertukar kontak dengan Aoi-san dan meninggalkan tempat kejadian.


Saat aku mengikuti punggung sang ibu saat dia pergi, aku berpikir.


Bagaimana bisa jadi seperti ini?


Dengan kepalaku yang masih dalam keadaan kebingungan, aku hampir tidak bisa mengejar pemahamanku dan tidak menemukan jawaban.


Aku membencinya.......pada saat ini, aku bahkan tidak menyadari bahwa Aoi-san melindungiku.

*

Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 4.1"