Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 2.2
Bab 2 - Pekerjaan Paruh Waktu Pertama
Lalu pada akhir pekan, Sabtu terakhir di bulan September yang dijanjikan oleh Izumi---
Aku sedang berada di bagian belakang kedai kopi tempatku bekerja paruh waktu, mengenakan seragam kedaiku.
"B-Bagaimana menurutmu......?"
"Ya. Itu terlihat bagus untukmu."
Akhirnya, mulai hari ini, kami akan bekerja bersama di kedai kopi tempat Aoi-san bekerja, dan aku pergi bekerja dengan Aoi-san sebelum kedai dibuka dan mengenakan seragamku yang telah disiapkan pak manajer.
Di bagian atas kemeja putih, dasi dan rompi hitam, dan di bawahnya celana panjang hitam dengan sepatu kulit. Berbeda dengan seragam wanita yang lucu, seragam pria jauh lebih formal.
Aku merasa sangat terpaksa memakainya, dan bayangan diriku di cermin tidak cocok dengan seperti yang kubayangkan.
"Meski, aku merasa ini sama sekali tidak terlihat cocok untukku......."
"Itu tidak benar. Kamu hanya tidak terbiasa berpenampilan seperti itu, kupikir kamu terlihat bagus dengan itu."
Dia mengatakannya dengan binar di matanya, jadi kurasa itu bukan hanya sanjungan.
"Akira-kun dalam seragam, penampilan itu terasa baru......"
Aoi-san yang bergumam seperti itu terlihat lebih gelisah daripada aku.
Daripada gelisah, mungkin lebih terasa tidak bisa tenang?
"Um, kamu tahu......"
Kemudian Aoi-san bergumam.
Apa, ada apa? pikirku.
"Boleh kita foto bersama?"
Aoi-san bertanya padaku dengan menegadah sambil memegang ponselnya dengan kedua tangannya.
"Foto?"
"Ya. Kenangan untuk hari pertamamu bekerja."
Tanpa menunggu balasanku, Aoi-san berdiri di sampingku dan memegang ponselnya dengan satu tangan dan mendekatkan wajahnya padaku sehingga kami bisa muat di layar bersama-sama.
Pada saat itu, aroma harum Aoi-san menggelitik hidungku.
Kalau itu Aoi-san yang biasanya, dia mungkin akan terlalu malu untuk sedekat ini, tapi sekarang dia begitu fokus untuk mengambil foto sehingga dia tidak peduli, dan sepertinya hanya aku satu-satunya yang merasa malu.
Aku mengalihkan pandangan ke lensa sambil berusaha mati-matian menyembunyikan rasa maluku agar tidak muncul dalam foto dengan wajahku yang memerah.
Aoi-san sedang memeriksa foto itu dengan ekspresi puas, tapi tiba-tiba memiringkan kepalanya bertanya-tanya.
"Hmm? Akira-kun, wajahmu rasanya agak merah."
"B-Begitukah? Hanya imajinasimu saja, kan? Atau karena pencahayaannya?"
"Benarkah? Apa kamu demam? Kamu baik-baik saja?"
Aoi-san menatap wajahku dengan penuh kekhawatiran.
Jarak kami sudah dekat, dan aromanya luar biasa harum, itu malah akan meningkatkan suhu tubuhku lebih tinggi lagi.
"Aku benar-benar baik-baik saja, terima kasih sudah mengkhawatirkanku."
Aku melangkah menjauh dari Aoi-san sambil menahan perasaan sedikit menyesal.
Kalau aku semakin berdebar, itu akan mengganggu pekerjaanku.
"Kalau begitu, ayo pergi."
Lalu ada sosok pak manajer yang sedang bersiap-siap untuk membuka kedai di konter.
"Itu terlihat cocok untukmu."
"Aoi-san juga mengatakan demikian, tapi saya sendiri tidak merasa cocok dengan ini."
"Kamu akan segera terbiasa. Baik seragamnya maupun pekerjaannya."
Seriusan, kuharap begitu, tapi aku sedikit khawatir.
"Hari ini adalah hari pertama Akira-kun bekerja, dan sudah lama sejak Aoi-san masuk shift di pagi hari, jadi mari kita adakan rapat pagi dan menjelaskan apa saja pekerjaannya."
"Ya. Tolong lakukan itu."
Pak manajer menghentikan tangannya dan berdiri di depan kami.
"Aku dan Aoi-san akan mengajarkanmu detailnya dan memberimu instruksi. Jika kamu tidak memahami sesuatu, jangan ragu untuk bertanya, bahkan selama bekerja, tapi aku ingin kamu fokus pada pekerjaan di dalam kedai untuk sementara waktu."
"Mengerti."
"Untuk saat ini, ketika pelanggan datang, kamu menawarkan air dan handuk tangan, dan Aoi-san yang akan menerima pesanan mereka karena perlu mengingat menu sampai batas tertentu untuk menerima pesanan. Kupikir akan lebih baik kalau kalian berdua berbagi tanggung jawab untuk membawa pesanan kepada pelanggan, bagaimana?"
Untuk saat ini, aku akan membawakan air, handuk tangan, dan pesanan kepada pelanggan......ya.
"Ya. Saya pikir itu akan baik-baik saja."
Seperti yang diharapkan, bahkan jika kau tidak memiliki pengalaman dalam industri jasa, kau setidaknya bisa melakukan itu.
Kupikir begitu, meskipun sedikit gugup.
"Kalau begitu, mari kita buka kedainya."
Setelah dibuka, karena jumlah pelanggan secara bertahap meningkat, kelonggaran dihari pertama dengan cepat menghilang.
Mengingat pelayanan pelanggan yang biasa diberikan Aoi-san ketika aku selalu menjadi pelanggan, yang harus kulakukan hanyalah memberi salam pada mereka dan kemudian menawarkan air dan handuk tangan, tapi aku tidak bisa melakukan hal itu.
Karena hari libur, pelanggan datang silih berganti, jadi aku tidak tahu pelanggan mana yang kulayani dengan air dan handuk tangan, dan aku melakukan kesalahan dan harus melakukannya dua kali, dan sementara aku melakukan itu, pesanan sudah siap dan pak manajer memanggil.
Dan karena aku belum terbiasa dengan itu, aku tidak bisa langsung menentukan untuk meja yang mana itu.
Satu jam berlalu seperti ini, dan aku berada di ambang kepanikan.
"Akira-kun."
Aku kembali ke diriku ketika tiba-tiba namaku dipanggil dengan nada suara yang lembut.
Ketika aku berbalik, Aoi-san tersenyum dengan segelas air di tangannya.
"Ini, minumlah ini dan tenanglah sedikit."
Aku menerima gelas yang dia tawarkan kepadaku.
"A-Ah......terima kasih."
Setelah memuaskan tenggorokanku dengan air dingin dan menarik napas dalam-dalam, aku merasa sedikit lebih tenang.
"Aku akan mengurus pelanggan yang ada di sini sekarang, Akira-kun, istirahatlah sebentar."
Aoi-san mengatakan itu sambil tersenyum dan kembali sendirian.
Aku mengalihkan perhatianku pada cara bekerja Aoi-san sambil beristirahat agar tidak terlihat oleh para pelanggan.
Lalu ada sosok Aoi-san yang tidak kukenal.
Aku tidak memperhatikan hal ini ketika aku berkunjung sebagai pelanggan.
Berdiri di sisi ruangan ini, aku bisa melihat betapa baiknya Aoi-san menangani pekerjaannya.
Sambil menawarkan air dan handuk tangan pada pelanggan, dia langsung sadar dan tersenyum pada pelanggan yang mendongak seolah mereka ingin memesan, mengambil pesanan mereka saat dia kembali dan memberi tahu pak manajer.
Di sela-sela itu, dia sangat luwes dalam memandu para pelanggan baru ke tempat duduk mereka, dan dalam beberapa kasus, menanyakan pesanan mereka sebelumnya.
Pelayanan pelanggan yang lancar yang tidak terbayangkan dari Aoi-san yang biasanya pendiam dan pemalu.
Selain itu, dia bahkan terus mem-back-up ku......
Pada saat yang sama ketika aku benar-benar terkesan dengan sosok Aoi-san, tiba-tiba aku berpikir.
"Terima kasih, Aoi-san. Aku juga akan kembali bekerja."
"Ya. Kalau ada masalah, kamu bisa menceritakan apa saja padaku."
Mungkin saja aku keliru.
Kupikir aku perlu terus membantu pada Aoi-san kedepannya.
Karena aku sudah mengulurkan tanganku pada Aoi-san, jadi aku harus bertanggung jawab dan terus melindunginya sampai aku pindah sekolah---di suatu tempat di hatiku, aku memikirkan hal seperti itu.
Tapi ketika aku melihatnya bekerja dengan sangat baik seperti ini, aku berpikir.
Mungkin aku tidak perlu menjaganya lebih dari yang seharusnya.
Aku yakin aku tidak bisa tetap overprotektif terhadapnya selamanya.
"Ya. Aku mengandalkanmu, senpai."
"S-Senpai? Aku, senpai......"
Mungkin karena aku memanggilnya dengan cara yang tidak dia duga.
Aoi-san mengucapkan kata-katanya dengan samar dengan ekspresi terkejut dan malu.
"Tidak perlu merendah. Aku tertolong kalau kamu mengajariku lebih banyak."
"Ya."
Lalu aku dan Aoi-san kembali kedalam kedai.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Aku melanjutkan bekerja sambil dibantu Aoi-san, dan saat itu hampir jam makan siang.
"Selamat data---"
Aku mendengar pintu terbuka, dan secara refleks aku mulai menyambutnya, tapi kemudian aku menutup mulutku.
"......Kenapa kalian berdua ke sini?"
Itu karena di sana ada Eiji dan Izumi dalam pakaian kasual mereka.
"Akira-kun, kamu ternyata terlihat bagus dalam seragam itu! Kan, Eiji-kun."
"Ya. Ternyata itu tidak terlalu buruk."
Jangan menambahkan awalan yang tidak perlu sebelum pujian kalian.
Lagipula aku tidak terbiasa memakainya dan kalian tidak terbiasa melihatnya.
"Ada apa kalian ke sini?"
"Tentu saja kami datang untuk melihat apa Akira-kun melakukan pekerjaannya dengan benar♪"
Izumi menatap sosokku dalam seragam dengan tajam dan berkata dengan nada menggoda.
"Kalau kalian hanya ingin bersantai, pulang saja. Ini jam makan siang jadi kami sedang sibuk."
"Kami datang untuk melihat keadaanmu itu setengah benar. Setengah lainnya kami ingin mengobrol sebentar dengan kalian berdua."
"Apa yang ingin dibicarakan?"
"Tentang festival sekolah, tentu saja."
"Kalau itu kan bisa membicarakannya di sekolah saja."
"Memang bisa, tapi kalau begitu aku tidak akan punya alasan untuk melihat Akira-kun saat bekerja. Selain itu, aku sudah bilang, kan? Untuk memberiku waktu sampai hari Sabtu untuk membicarakan menunya."
Jadi begitulah adanya.
Jadi, dia datang seperti ini hari ini untuk melihat bagaimana keadaanku, atau harus kukatakan untuk menggodaku, atau memang dia dari awalnya akan melakukan ini, jadi dia meminta untuk menunggu sampai hari Sabtu untuk membicarakan tentang menunya.
"Karena itu, kami akan menunggu sampai waktu istirahat kalian, bisa antarkan ke tempat duduk kami?"
"......Silahkan, tempat duduk sebelah sini."
"Mm-hmm♪"
Aku memandu Eiji dan Izumi yang tampak puas diperlakukan sebagai pelanggan ke tempat duduk mereka.
Aku menawari mereka air dan handuk tangan seperti pelanggan lainnya, menanyakan pesanan mereka dan kembali ke konter, tapi.......tidak kusangka mereka yang menjadi orang pertama yang kuterima pesanannya.
Perasaanku campur aduk, tapi aku akan mengatakan aku senang itu adalah seseorang yang kukenal.
"Jadi, kita akan membicarakan tentang menunya, bukan?"
Kemudian, sekitar pukul 13:30, setelah puncak waktu makan siang---
Pak manajer menyuruh aku dan Aoi-san untuk beristirahat, dan kami bergabung dengan Izumi dan Eiji di meja mereka dengan hidangan Neapolitan yang telah disiapkan pak manajer untuk kami.
Sambil makan siang, aku mengkonfirmasi topik pembicaraan dengan Izumi.
"Ya. Aku ingin mendiskusikan camilan yang akan disajikan bersama teh."
"Camilan? Bukankah kita harus memutuskan tehnya juga?"
"Aku sudah memutuskan tehnya, jadi tidak apa-apa. Aku akan menggunakan matcha sebagai bahan utama, dan kemudian aku akan memikirkan beberapa minuman yang disukai anak muda. Aku juga bisa mengajari yang lainnya cara membuat teh, jadi jangan khawatir urusan yang itu. Karena itu, aku sedang memikirkan apa yang harus dilakukan dengan menu makanan."
Memang benar, kami harus memiliki beberapa makanan ringan untuk dinikmati bersama teh.
"Camilan ya......aku tidak tahu banyak tentang itu, tapi kenapa tidak membeli semuanya di toko manisan Jepang?"
"Kalau seperti itu memang akan lebih mudah, tapi aku ingin kita membuatnya sendiri jika bisa."
"Buatan tangan?"
Tanpa sadar aku mengulangi kata-kata Izumi.
Aku tidak pernah memikirkan itu.
"Kalau ingin membuat kedai makanan seperti ini, seperti yang dikatakan Akira-kun, biasanya cukup dengan makanan siap saji. Bukan berarti itu tidak bagus, tapi kalau kita sudah sejauh ini, kupikir, aku ingin merasakan kesenangan membuat sesuatu dari awal, bahkan jika itu membutuhkan banyak usaha."
"Begitu ya......"
Mamang seperti kata Izumi, itu akan lebih berkesan bagi semuanya.
Bahkan jika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik, kenangan tentang upaya dan kesulitan yang kita lalui bersama, mungkin akan menjadi sesuatu yang bisa ditertawakan ketika kita bertemu lagi sebagai orang dewasa di sebuah reuni atau semacamnya.
Eiji yang di sampingku saat aku memikirkan itu melanjutkan.
"Sekolah kita memiliki ruang praktek memasak, jadi lingkungan untuk membuat camilan teh bisa dipersiapkan dengan baik, dan selama kita memutuskan apa yang ingin kita buat, tidak sulit untuk menyiapkan bahan-bahannya. Kupikir ini realistis karena tidak akan ada kekurangan orang. Bahkan, ketika kami bertanya kepada beberapa orang di kelas sebelumnya, membuat camilan sendiri umumnya diterima dengan baik."
"Kalau semua orang di kelas mendukungnya, ayo kita lakukan itu."
"Benarkah!?"
Izumi meninggikan suaranya sambil membungkukkan badannya kedepan seolah-olah akan memanjat mejanya.
"Hanya saja, sebagai anggota komite, aku punya dua pertanyaan yang ingin kuajukan pada kalian."
"Tanyakan apa saja padaku!"
"Yang pertama adalah apa kita bisa mendapatkan angka sesuai anggaran kita atau tidak. Berapa banyak jenis yang kalian pikirkan untuk dibuat?"
"Aku berpikir untuk membuat satu set menu dengan berbagai item, bukan sejumlah item. Misalnya, kue matcha, daifuku, dan yokan. Kupikir akan menyenangkan memiliki beberapa variasi untuk dinikmati."
Izumi menampilkan situs web kedai teh tertentu pada ponselnya.
Di sana, di atas satu piring, beberapa manisan Jepang disusun dengan cara yang menarik.
Aku mengerti. Penampilannya juga cantik dan artistik, dan para gadis pasti menyukai hal semacam itu.
Membuat makanan sendiri daripada membeli makanan siap saji mungkin tidak menjadi masalah bagi anggaran, karena total biaya akan lebih rendah karena biaya bahan saja.
Kita akan melakukan penghitungan rinci nanti, tapi ada satu masalah lagi.
"Apa kita bisa membuat camilan teh sendiri?"
"Kalau itu jangan khawatir. Ketika Hiyori dan aku minum teh di rumah, kami biasa membuatnya bersama-sama."
Kalau dipikir-pikir, ada suatu waktu ketika mereka berdua sedang melakukan sesuatu di dapur ketika kami masih di SMP.
Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan sampai sekarang, tapi ternyata mereka membuat camilan teh ya.
Memiliki minat khusus pada teh dan camilan Jepang itu khas mereka sekali.
"Tentu saja, kalau kamu meminta untuk membuatnya dengan sempurna, kurasa aku tidak bisa......"
"Tidak harus sempurna. Seperti yang kamu katakan sebelumnya, ada baiknya melakukan hal-hal ini sendiri. Selama kita bisa menjamin tingkat cita rasa yang bisa kita sajikan kepada pelanggan, kita tidak perlu kesempurnaan."
"Kalau begitu serius kita boleh melakukannya!?"
"Aku tidak menentangnya. Sebagai anggota komite, jika itu adalah persetujuan kelas, aku tidak punya masalah dengan itu. Kita akan membicarakannya di kelas berikutnya, dan jika tidak ada keberatan, kita akan membuatnya sendiri."
"Ya!"
Izumi menggoyangkan badannya dengan gembira, bergandengan tangan dengan Aoi-san, suaranya memantul.
Melihat interaksi mereka, dia pasti sudah berkonsultasi dengan Aoi-san.
"Dan juga, aku ingin meminta bantuan kalian, Akira-kun dan Aoi-san."
"Kali ini apa?"
"Aku ingin kalian berdua memutuskan jenis camilan teh apa yang akan kita buat."
"Aku dan Aoi-san? Tidak, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak tahu banyak tentang hal itu."
Aku melihat ke arah Aoi-san untuk melihat apa yang dipikirkannya.
Aoi-san kemudian tampak tidak yakin.
"Aku ingin kalian berdua pergi ke berbagai kedai teh dan memutuskannya. Kalian bisa mencoba pergi ke sana pada hari ketika kalian tidak memiliki pekerjaan paruh waktu, atau pada hari libur, dan kemudian, yah---"
Izumi berbisik padaku.
"Bagaimana kalau menggunakan berkeliling kedai teh sebagai alasan untuk mengajak Aoi-san berkencan?"
"Hei, kau---"
Aku hampir men-tsukkomi apa yang dia katakan.
Tapi, kalau aku terlalu banyak bersuara, Aoi-san mungkin akan bertanya apa yang sedang kami bicarakan.
"Kupikir itu bagus berkeliling untuk melihat-lihat, tapi kalau seperti itu bukankah kau lebih cocok untuk itu?"
"Aku ingin sekali, tapi aku harus membuat kostum jadi tanganku penuh. Aku bermaksud menyelesaikannya sebelum kita mulai membuat camilan teh, tapi itu akan memakan waktu cukup lama, jadi aku ingin meminta kalian berdua untuk membantuku♪"
"Sejujurnya, aku tidak yakin aku sanggup melakukannya."
"Aku juga......."
Mungkin ada suasana canggung antara aku dan Aoi-san sekarang.
"Jangan khawatir. Pada akhirnya, Hiyori-chan dan aku akan memberikan pendapat kami juga. Untuk saat ini, kalian berdua berkelilinglah dan mengambil beberapa kue dan teh yang menurut kalian enak."
"Yah......kalau memang seperti itu. Aoi-san, apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku tidak yakin jika aku sendirian, tapi kalau bersama Akira-kun, aku akan mencobanya."
"Terima kasih, kalian berdua!"
Dengan begini, aku tidak hanya menghabiskan hari-hariku bekerja sebagai anggota komite dan bekerja paruh waktu di kedai kopi, Aoi-san dan aku juga bertanggung jawab memilih camilan dan teh untuk dimasukkan ke dalam menu.
Terlepas dari apa yang kukatakan, aku terkejut menemukan diriku mulai menikmatinya dalam hatiku.
*
Post a Comment for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J3 Bab 2.2"