Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 7.3
Bab 7 - Perasaan Yang Telah Dikesampingkan
"Begitulah yang terjadi......."
Setelah aku menyelesaikan penjelasanku, Aoi-san bergumam dengan tenang yang tak terduga.
Kebenaran tentang perceraian.
Perasaan sang ayah dan alasan kenapa ia tidak bisa menemuinya.
Aku tahu ini harusnya bukanlah sesuatu yang bisa kukatakan padanya. Tapi aku masih merasa aku harus menceritakan semuanya padanya karena ayahnya telah mempercayakannya padaku.
"Aku memikirkannya ketika aku sedang berbicara dengannya. Aku yakin bahwa pria ini, sebagai ayah Aoi-san, akan mendukung Aoi-san mulai sekarang. Itulah kenapa kupikir akan lebih baik bagi Aoi-san untuk tinggal bersama ayahnya."
Kupikir itu akan menjadi yang terbaik untuk Aoi-san.
Sekarang aku tahu bahwa ayahnya bukan orang jahat, tidak ada alasan bagiku untuk menentangnya.
Sekarang kami tidak bisa menemukan neneknya dan tidak ada cara untuk menemukannya, tidak ada keraguan bahwa ini adalah hal terbaik yang harus dilakukannya setelah aku pindah sekolah. Jika aku bertanya pada sepuluh orang, sepuluh orang akan meyakinkanku bahwa itu adalah hal terbaik untuk dilakukan.
"Mari kita pergi dan menjawab ayahmu kalau kamu akan hidup bersamanya."
Meski begitu......kenapa perasaanku yang sebenarnya berlawanan dengan kata-kataku?
"Akira-kun, terima kasih sudah menceritakan cerita ayahku."
Meskipun Aoi-san tersenyum lembut, dadaku terasa sakit seolah-olah diremas.
Ya......jika aku bisa melihat senyum ini, perasaanku tidak penting.
Hal yang paling penting adalah masa depan Aoi-san, dibandingkan dengan itu, rasa sakit di hatiku adalah hal yang sepele.
Saat aku mengatakan itu pada diriku sendiri dan akan menelan semua emosiku.
"Tapi, kamu tahu, aku tidak berniat untuk tinggal bersama ayahku."
"...... Eh?"
Aoi-san mengatakan itu tanpa ragu-ragu.
"Kenapa?"
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya balik.
Tidak ada pilihan lain sekarang, jadi kenapa......?
Terlepas dari ketidaksabaranku, Aoi-san terus tersenyum dengan tenang.
"Karena ayahmu memiliki keluarga baru?"
Jika ada yang dikhawatirkan, itu saja.
"Itu juga tidak sepenuhnya salah. Kupikir jika aku pindah bersama mereka, itu akan menyebabkan banyak masalah bagi keluarga baruku. Tapi......terlepas dari itu, aku sudah memutuskan sejak awal."
"Dari awal katamu, apa maksudmu ketika kamu bertemu ayahmu lagi?"
Aoi-san menggelengkan kepalanya.
"Pada hari upacara penutupan. Aku memutuskan bahwa apa pun yang terjadi mulai saat itu, aku akan tetap bersama Akira-kun sampai kamu pindah sekolah."
Dengan sepatah kata itu, aku merasa seolah-olah aku sedang dipeluk dengan lembut di dalam hatiku.
Rasa sakit yang kurasakan beberapa menit yang lalu, sekarang sudah hilang seakan itu tidak pernah ada.
"Tapi, kenapa?"
"Karena hari itu, Akira-kun mengatakan padaku kalau kamu membutuhkanku."
Kata-kata Aoi-san membawa kembali ingatan pada hari itu.
Pada saat itu, kami membantu Aoi-san karena menurut kami itulah yang terbaik, tapi karena Aoi-san selalu ditolong, dan sebagai akibat dari perasaannya bahwa dia tidak bisa memberikan balasan apa pun, dia mencoba untuk diam-diam menghilang dari hadapan kami.
Kami mencari-cari Aoi-san dan akhirnya aku menemukannya di taman kanak-kanak tempat kami bersekolah.
Di sana aku menjadi sadar akan perasaanku dan mengatakan pada Aoi-san bahwa aku ingin dia tetap berada di sisiku.
"......Jadi kamu mengingatnya ya."
"Tentu saja. Itu adalah pertama kalinya ada yang mengatakan itu padaku. Aku tidak akan pernah melupakannya."
Aku sudah sering pindah sekolah sampai-sampai aku sudah menyerah saat berpisah dengan orang lain.
Tapi, ketika aku bertemu Eiji dan Izumi dan mulai hidup bersama Aoi-san, aku mulai berpikir kalau aku tidak ingin melepaskan kehidupanku saat ini.
Alasan aku bisa berpikir seperti itu adalah karena Aoi-san bersamaku, dan jika aku tidak tinggal bersama Aoi-san, aku mungkin akan berpura-pura mengerti lagi, menyerah pada segalanya dan pindah ke sekolah lain.
Aku tidak ingin menyerah pada segalanya---satu kata itu adalah perwujudan perasaanku.
"Itulah sebabnya aku akan tinggal bersama Akira-kun sampai kamu pindah sekolah. Bahkan jika aku menemukan nenekku dan memutuskan untuk bersamanya, kupikir aku akan menunggu sampai tahun kedua."
Aku tidak bisa berkata lagi.
Aku tidak mengira Aoi-san memikirkanku.
Begitu ya......alasan Aoi-san tidak mengatakan apapun tentang ayahnya bukan karena dia ragu-ragu. Itu karena dia tidak perlu ragu-ragu dan telah memutuskan untuk bersamaku sejak awal.
Seperti yang dikatakan Eiji, itu adalah sesuatu yang sudah dijawab oleh Aoi-san sejak lama dalam pikirannya.
"Jika aku tetap tidak bisa menemukan nenekku, aku harus memikirkan apa yang akan kulakukan kedepannya....... Namun, sampai Akira-kun pindah sekolah, aku akan bersamamu apapun yang terjadi."
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Tidak peduli apa yang terjadi, dia akan bersamaku......
Ketika aku mendengar kata-kata itu dari mulut Aoi-san lagi.
Pada saat yang sama, aku benar-benar bahagia bahwa kami akan terus bersama, dan alasan kenapa aku mempunyai perasaan yang tidak nyaman pada ayahnya......pada saat itu aku menyadarinya.
Begitu ya......aku ingin ayah Aoi-san menjadi orang jahat.
Jika dia bergantung pada neneknya, dia harus pindah, tapi dia tidak akan pindah sekolah.
Meskipun kami tidak akan bisa tinggal bersama lagi, aku tidak perlu khawatir tidak bisa bertemu dengannya sampai aku pindah sekolah.
Tapi, jika Aoi-san memilih untuk tinggal bersama ayahnya, dia akan pindah ke prefektur tempat ayahnya tinggal segera setelah liburan musim panas berakhir. Tentu saja, dia harus pindah sekolah......dan aku tidak akan bisa menemuinya lagi.
Aku tidak menginginkannya.
Aku tidak ingin berpisah dengan Aoi-san.
Karena itu, aku ingin menjadikan ayah Aoi-san sebagai orang jahat dan ingin Aoi-san tidak menyukai ayahnya. Karena dengan begitu Aoi-san tidak akan pernah meninggalkanku.
Semua karena aku ingin bersama Aoi-san, aku memutuskan ayahnya adalah orang jahat sejak awal.
"Aku yang terburuk......"
Rasa mual muncul bersamaan dengan kata-kata itu.
Aku merasa pusing melihat keburukan hatiku sendiri.
"Akira-kun......?"
Aoi-san menatap wajahku dengan ekspresi khawatir.
Aku tidak tahu seperti apa wajahku sekarang, tapi aku yakin aku terlihat mengerikan.
"Aoi-san......."
Aku merasa aku harus memberitahu Aoi-san bagaimana perasaanku sekarang.
Mungkin dia akan membenciku.
Mungkin saja ini hanya kepuasan diri untuk berani berbicara tentang sesuatu yang lebih baik tidak dikatakan.
Meskipun begitu, aku tidak ingin berbohong atau menipu Aoi-san, yang mengatakan bahwa dia akan tinggal bersamaku untuk seterusnya. Jika aku melakukan itu, aku mungkin tidak akan pernah bisa menghadapi Aoi-san lagi.
Bahkan jika dia membenciku, aku berpikir kalau aku tidak bisa bersamanya tanpa memberitahunya.
"Aku punya sesuatu yang aku ingin Aoi-san dengar......."
"Ya."
Itu adalah pengakuan seperti sebuah pengakuan bersalah.
Aku berpikir Aoi-san bergarga bagiku, tapi aku tidak mencoba melakukan yang terbaik untuknya. Aku sangat menginginkan Aoi-san bersamaku, jadi aku berusaha membuat ayahnya menjadi orang jahat dan menjauhkannya dari Aoi-san.
Aku menunjukkan semua bagian buruk dari hatiku.
Sementara itu, Aoi-san dengan diam mendengarkanku.
"Aku benar-benar minta maaf......aku yang terburuk."
Aku mengucapkannya dengan kesiapan bahwa dia mungkin akan membenciku.
Kemudian Aoi-san dengan lembut meraih tanganku.
"Itu tidak benar. Sebaliknya, aku senang kamu berpikir demikian, Akira-kun."
Dia menggenggamnya di depan dadanya seolah untuk memeluknya.
"Selain itu, aku juga sama."
"Sama?"
"Aku tahu bahwa tinggal bersama ayahku akan menyelesaikan segalanya, tapi alasan aku tidak melakukannya bukan hanya karena Akira-kun mengatakan bahwa kamu membutuhkanku. Hanya saja, aku tidak ingin berpisah denganmu, Akira-kun. Aku juga, hanya mengutamakan perasaanku sendiri."
"Aoi-san......"
"Karena itu, jangan membuat wajah bersalah seperti itu."
Aoi-san berkata dengan senyum penuh kasih sayang.
Aku benar-benar berpikir......kalau aku yang selalu diselamatkan.
Tapi aku yakin bahwa Aoi-san mungkin memikirkan hal yang serupa.
Aku teringat kata-kata yang diucapkan Aoi-san di kamar mandi di vila.
"Aku sangat bahagia sekarang---"
Aku juga begitu.
Aku memiliki seseorang yang dengannya aku bisa berbicara dari hati ke hati.
Aku tidak tahu kalau itu adalah hal yang begitu membuatku bahagia.
*
Dan mereka pun *** tamat wkwke
ReplyDelete