Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 5.2
Bab 5 - Pemikiran Pada Malam Pertunjukan Kembang Api
Lokasi festival musim panas tidak jauh dari area vila.
Ini adalah festival besar, tidak hanya untuk dinikmati oleh penduduk setempat, tapi juga bagi para wisatawan yang berkumpul pada saat ini, jadi ini lebih besar daripada festival musim panas yang diadakan di kota asal kami.
Kami melewati beberapa tempat parkir dalam perjalanan ke festival, tapi hampir semuanya ditempati oleh kendaraan dengan pelat nomor dari luar prefektur. Mereka mungkin wisatawan yang datang untuk menyaksikan pertunjukan kembang api, atau sedang mengunjungi vila mereka seperti kami.
Menurut orang di kantor manajemen, banyak orang dari luar prefektur datang setiap tahun hanya untuk pertunjukan kembang api. Ini benar-benar merupakan acara wisata musim panas yang besar.
"Ada banyak orang di sini, ya."
"Ya. Jika kita terpisah, akan sulit untuk berkumpul lagi......"
Ketika kami tiba di lokasi festival, ada begitu banyak orang di sana, dan aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata seperti itu.
Area ini dipenuhi oleh orang-orang, mulai dari pasangan hingga keluarga dan kelompok-kelompok yang sepertinya adalah pelajar.
Jika ada orang sebanyak ini pada awal festival, mungkin akan ada lebih banyak lagi saat waktu untuk kembang api semakin dekat.
"Kupikir lebih baik menikmati kios-kios yang ada dan kemudian mendapatkan tempat untuk kembang api lebih awal."
"Mungkin seperti kata Hiyori."
Ketika aku berbalik sambil menjawab, Hiyori sedang menjilati permen apel.
Hei, hei, sejak kapan kau membelinya.
"Ya. Mari kita bermain-main selagi bisa."
Izumi yang mengatakan itu mengunyah crepe dengan krim menempel di ujung hidungnya.
Sudah kubilang, kapan kalian membelinya?
"Ya, aku ingin makan es serut."
Aoi-san yang mengatakan demikian, sedang makan yakitori.
Kau mengatakan kau ingin es serut, tapi bukankah yang kau makan kebalikannya?
"Semuanya dengarkan!"
Kemudian Izumi berdiri di depan kami dan mengangkat suaranya.
"Dengar, festival adalah medan perang. Kita tidak punya waktu untuk berpikir tentang makan itu nanti atau bermain nanti. Jika kalian ingin melihat, makan atau bermain, jangan memikirkannya, lakukan saja, OK?"
Aoi-san dan Hiyori mengangguk dengan wajah serius.
"Bagus. Kalau begitu, ayo kita pergi!"
Izumi meraih tangan Aoi-san dan Hiyori dan mulai berlari.
Tidak apa-apa kalau kau bersemangat, tapi itu berbahaya berlarian saat mengenakan yukata dan geta.
"Berbahaya di tempat ramai, jadi berhati-hatilah."
"Ya♪"
Kata Izumi, yang semangatnya sedang ada di titik maksimum, tidak mungkin dia mendengarkannya.
Mereka bertiga hanya meninggalkan balasan yang sesuai dan pergi ke sisi lain jalan.
Ketiganya mulai mengunjungi kios-kios dari satu sisi ke sisi lainnya.
"Pasti sulit bagimu yang selalu menemani Izumi, Eiji."
"Begitulah. Tapi aku tidak pernah bosan bersamanya."
"Kalau itu, aku setuju, tapi itu sedikit berbahaya."
"Kita seperti penjaga hari ini, bukan?"
"Ya. Nah, tidak apa-apa jika semuanya menikmatinya."
Kami mengawasi mereka bertiga saat melakukan percakapan seperti itu.
Kami lupa waktu dan menikmati festival.
Berbicara tentang festival, jenis kios ini, seperti menembak sasaran, menyendok ikan mas dan undian, tidak berubah.
Dulu aku benar-benar menikmatinya saat masih kecil, tapi seiring bertambahnya usia, aku berhenti bermain dan jarang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam festival.......sangat menyenangkan untuk mencobanya setelah sekian lama.
Aku terkejut mengetahui aku benar-benar bersenang-senang di antara anak-anak.
Tidak buruk juga bermain dengan teman yang mengenalku dengan baik dan yang bersenang-senang seperti anak kecil.
Di atas semuanya, melihat Aoi-san menikmati festival membuatku merasa lega, dan melihatnya bersenang-senang dengan Izumi dan Hiyori membuatku bersukur kami datang kesini.
Sementara aku memikirkan hal seperti itu sambil mengawasi ketiga gadis yang bermain dengan polosnya dengan perasaan seperti seorang penjaga mereka, waktu berlalu dalam sekejap mata---awal pertunjukan kembang api, yang akan menjadi pertunjukan utama festival, akan dimulai dalam satu jam.
"Ini masih awal, tapi kita harus segera pindah."
"Ya. Kita perlu menemukan tempat."
"Boleh aku membeli makanan dan minuman lebih dulu?"
Izumi ingin membeli makanan dan minuman sambil makan pancake besar.
Tidak, tidak, kau sudah makan cukup banyak dan kau juga sedang makan sekarang.......
Aku ingin mengatakan seperti itu, tapi perut Izumi selalu berada pada level yang berbeda.
Semuanya berpencar dan berbaris di kios-kios, membeli yakisoba, panekuk cumi-cumi, okonomiyaki, dan hal-hal lain yang bisa dijadikan pengganti makan malam.
Ketika kami mengumpulkan apa yang kami beli masing-masing di tangan kami, jumlahnya cukup banyak.
......Jika ada yang tersisa, kita bisa membawanya pulang.
"Sekarang yang kita perlukan adalah minuman. Bagaimana denganmu, Aoi-san?"
"Kupikir aku ingin jus jeruk."
"Kalau begitu, aku akan sekalian membelinya untukmu."
"Apa tidak apa-apa?"
"Ya."
Akhirnya, semuanya membeli minuman dan belanjanya pun selesai.
Kami mulai berjalan untuk mendapatkan tempat yang bagus di dekat lokasi peluncuran kembang api.
Dalam perjalanan ke sana, Aoi-san berjalan-jalan sambil mengobrol dengan Izumi dan Hiyori, terlihat dia bersenang-senang.
"Rasanya, tiba-tiba ada lebih banyak orang."
"Kau benar. Kupikir banyak orang yang mencoba mendapatkan tempat lebih awal seperti kita."
Seperti yang dikatakan Eiji, orang-orang mulai mengalir ke arah lokasi peluncuran kembang api.
Mungkin karena banyaknya arus orang yang mencoba bergerak, sulit untuk bergerak maju. Ada banyak orang yang berlalu lalang, dan kupikir jika kita tidak berhati-hati, kita mungkin akan menabrak seseorang.
"Kyaaa---"
Pada saat yang sama ketika jeritan kecil terdengar, Aoi-san, yang berjalan di depanku, kehilangan keseimbangannya.
Dia sepertinya menabrak seseorang yang lewat, lalu aku dengan cepat meraih bahu Aoi-san saat dia akan terjatuh.
Untungnya, dia tidak terjatuh, tapi Aoi-san menjatuhkan minuman yang dia pegang di tangannya dan jus tumpah dari cangkir yang berguling di tanah.
"Aoi-san, kamu baik-baik saja?"
"Ya.......aku baik-baik saja."
"Itu tidak membasahi yukata-mu?"
Kami meninggalkan arus orang dan memeriksa yukata-nya di bawah naungan pohon di luar jalan.
Sepertinya tidak ada yang basah atau kotor.
"Kelihatannya baik-baik saja, ya."
"Ya. Tapi aku menjatuhkan minumanku......."
"Jangan khawatir tentang hal itu. Sukurlah kamu tidak terluka."
"Tapi, Akira-kun sudah repot-repot membelikannya......"
Bahu Aoi-san merosot dengan menyesal.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
"......Eiji, bawa Izumi dan Hiyori dan pergilah lebih dulu."
Sambil mengatakan ini, aku menyerahkan makanan yang ada di tanganku pada Eiji.
"Aku akan pergi dan membeli minuman lagi dengan Aoi-san. Kirimkan pesan jika sudah menemukan tempat."
"Baiklah. Ada banyak orang, jadi berhati-hatilah."
"Ya. Aoi-san, ayo pergi."
"Ya......."
Kami berpisah dengan Eiji dan yang lainnya untuk sementara waktu, dan Aoi-san dan aku kembali ke arah kami datang.
"Akira-kun, maaf ya. Aku......kurasa aku sedikit terlalu terbawa suasana dan tidak melihat sekelilingku."
Bahu Aoi-san tetap merosot sejak tadi.
Melihatnya murung seperti ini mengingatkanku pada masa-masa awal ketika kami tinggal bersama.
Aoi-san yang terlihat menyesal dan menunduk setiap kali sesuatu terjadi. Akhir-akhir ini Aoi-san cukup ceria dibandingkan ketika aku bertemu dengannya, jadi kelihatannya jadi seperti itu setelah sekian lama tidak melihat sosoknya yang murung.
Ketika aku sedang berpikir apa yang harus kukatakan.
Tidak, tidak perlu sampai memikirkannya, katakan saja apa yang ada di pikiranku.
Tidak ada gunanya menghiburnya dengan setengah matang. Yang penting adalah mengatakan apa yang kupikirkan dengan kata-kata.
"Tidak apa-apa, kupikir tidak apa-apa kan kalau terlalu bersemangat?"
"Eh......?"
Aoi-san terkejut dan melihat kearahku.
"Mungkinkah, sudah lama sejak Aoi-san datang ke festival?"
"Ya. Sejak sebelum aku masuk SD, saat ayahku membawaku ke festival."
Sebelum masuk SD ya......mungkin, rasanya begitu.
Tanpa perlu memastikannya sekarang, alasannya mudah dibayangkan, mengingat situasi keluarga Aoi-san.
"Kalau sudah selama itu, siapapun juga akan terbawa suasana."
Aku berusaha sebaik mungkin untuk terlihat ceria, dan berkata dengan nada yang menenangkan.
"Aku juga sudah lama tidak ke festival, jadi aku menikmatinya sekarang, dan Izumi, seperti yang kamu lihat, dia bersenang-senang dengan seluruh tenaganya. Kalau Hiyori dia tipe orang yang seperti itu jadi dia tidak menunjukkannya di wajahnya, tapi dia bersemangat di dalam hatinya. Ini festival, jadi tidak mungkin untuk tidak terbawa suasana, dan tentu saja ada kemungkinan menjatuhkan satu atau dua minuman."
"Tapi......"
Namun wajah Aoi-san tidak berubah.
Karena itu, aku memutuskan untuk menceritakan kisah kegagalanku.
"Dan tidak masalah jika kamu menjatuhkan jus. Jika dibandingkan denganku."
"Jika dibandingkan dengan Akira-kun?"
"Ketika aku masih di sekolah dasar, ibuku membelikanku es krim saat liburan keluarga. Aku sangat senang saat pelayan tokonya memberikan es krim itu dan ketika kami kembali ke mobil, aku melompat-lompat kegirangan dan semua es krimnya jatuh."
"Eh......"
Tentu saja akan jatuh jika melompat-lompat.
Pelayan toko dan aku terkejut sampai-sampai kami membeku di tempat.
"Pelayan toko yang tidak tega melihatku sangat perhatian jadi dia membuatkan yang baru untukku, tapi......."
"Tapi?"
"Aku sangat senang, dan menjatuhkan es krim sekali lagi."
"Ehh......."
Memang menyedihkan. Ibuku pada waktu itu juga membuat wajah seperti Aoi-san sekarang.
Kupikir itu adalah akhir dari masa kecilku.
"Kupikir dia tidak akan memberiku es krim lagi, dan tentu saja dia tidak memberikannya, dan jika dipikir-pikir, itu adalah kenangan yang bagus. Dan sekarang itu adalah kisah lucu dalam keluarga."
Bahkan sekarang, setiap kali ada yang melihat es krim, pasti ada yang menceritakan kisah itu.
Kita semua pernah melakukan satu atau dua kesalahan seperti itu, bukan?
"Karena itu jangan khawatir tentang hal itu, Aoi-san. Tiga atau empat tahun dari sekarang, setiap kali kita semua datang ke festival, kupikir kita akan tertawa dan berbicara tentang bagaimana kamu menjatuhkan jus saat itu. Bahkan kisah lucu pun merupakan salah satu kenangan yang berharga, bukan? Jadi, tidak perlu terlalu murung."
"Kisah lucu......ya. Itu juga kenangan."
"Ya, itu adalah kenangan."
"Apa kita masih bisa datang ke festival bersama lagi, ya?"
"Tentu saja. Aku mungkin tidak bisa bersama kalian setiap tahun setelah aku pindah sekolah, tapi aku yakin Izumi akan mengundangku bahkan jika aku tidak mau. Anak itu sangat suka hal yang menyenangkan dan berisik."
Kemudian Aoi-san sedikit menunduk dan bergumam.
"Setiap tahun......bisa datang......."
"Hm? Apa?"
Aku tidak bisa mendengar dengan baik karena kebisingan di sekitar kami.
Ketika aku melihat ke wajah Aoi-san, pipinya sedikit memerah.
"Bahkan jika tidak mungkin setiap tahun, bisakah aku datang ke festival dengan Akira-kun lagi......?
"Eh.......?"
Apa artinya ini?
Tidak, tidak perlu mencari apa artinya, cukup terima kata-katanya apa adanya.
Bahkan jika perpisahan yang tak terelakkan datang cepat atau lambat, tidak ada yang akan berubah dalam hubungan kami. Ini adalah perwujudan keinginan Aoi-san untuk berkumpul denganku, Eiji, Izumi dan Hiyori seperti ini lagi.
Aku senang dia mengungkapkannya dengan jelas dalam kata-kata.
"Tentu saja. Ayo kita datang bersama lagi."
"......Ya. Janji."
"Ya. Janji."
Aoi-san mendongak dan akhirnya tersenyum, meskipun dengan canggung.
"Meski begitu......."
Aku tahu aku sudah mengatakannya berkali-kali, tapi ada begitu banyak orang dan sangat sulit untuk berjalan.
Dengan waktu kurang dari satu jam sebelum kembang api dimulai, semakin banyak orang yang datang. Dan karena kami melawan arus orang yang menuju ke pertunjukan kembang api, sulit untuk bergerak maju.
Kalau begini terus, aku tidak tahu kapan kami bisa berkumpul dengan Eiji dan yang lainnya.......
"Aoi-san, aku akan pergi dan membelinya sendiri, jadi menepilah dari sisi jalan dan tunggu aku."
"Eh? Tapi......"
"Karena lebih cepat seperti itu. Apa tidak apa-apa jika aku membeli yang sama?"
"Ya. Tidak apa-apa."
"Oke. Kalau begitu, aku akan segera kembali."
Aku meninggalkan Aoi-san dan pergi sendirian, melintasi kerumunan.
Pergi ke suatu kios, membeli jus jeruk seperti yang tadi, dan kemudian kembali ke arah aku datang.
Saat akhirnya aku sampai ke tempat Aoi-san yang tadi, setelah berjalan menembus kerumunan.
"......Aoi-san?"
Aoi-san didekati oleh dua orang laki-laki, sepertinya mereka mahasiswa.
Kedua laki-laki itu mendekati Aoi-san, yang jelas-jelas memiliki ekspresi kebingungan di wajahnya, dan kedua laki-laki itu mendekatinya pada jarak yang sangat dekat.
Dalam sekejap, aku mengerti apa yang sedang terjadi.
"Kau sendirian, bukan? Ayo nonton kembang api bareng kami."
"Aku tidak sendirian......."
"Tapi kau sendirian sejak tadi, kan?"
"Aku menunggu seseorang."
"Daripada dengan orang yang tidak akan datang meski kau menunggunya, lebih menyenangkan bermain bersama kami."
Aku ingin mengeluh, tapi ada banyak orang di sekitar.
Kupikir itu akan jadi ribut dan merepotkan jika aku menyelanya dengan buruk, dan saat aku memutuskan akan membicarangannya dan menyelesaikannya dengan damai---ketenanganku mengilang saat aku melihat salah satu laki-laki itu meraih tangan Aoi-san dan menariknya dengan paksa.
"Hei, apa yang kalian lakukan......"
Tidak masalah jika mereka itu berdua.
Aku mencengkeram kembali lengan pria yang memegang lengan Aoi-san, secara paksa menyingkirkannya dan berdiri di depan Aoi-san.
"...Apa-apaan kau!"
"Hei, hei. Untuk apa kau mengganggu kami?"
Mereka mungkin hanya beberapa playboy yang memanfaatkan festival untuk mencari gadis-gadis.
Dua orang itu menatapku dengan sikap permusuhan yang jelas.
"Aku yang harusnya bilang begitu. Apa kalian tidak melihat dia tidak menyukainya?"
"Itu tidak ada hubungannya denganmu. Jika kau tidak ingin terluka, jangan mengganggu kami."
Mereka mendekatiku dengan mengancam, tapi aku tidak takut sedikit pun karena amarahku yang mendidih.
Para pengunjung di sekitar kami yang telah menebak apa yang sedang terjadi, mulai gaduh ketika kami saling memelototi satu sama lain.
Kalau sudah begini, lebih baik membuat keributan besar sekalian. Orang-orang ini juga pasti ingin menghindari masalah dan hal yang akan membuat polisi campur tangan, jadi mereka tidak akan bisa menyentuhku dengan mudah. Mereka mungkin akan pergi sebelum menjadi masalah besar.
Tepat setelah aku berpikir begitu---
"---!?"
Aku dipukul di wajah dengan sekuat tenaga.
"Sudah kubilang, kau sialan......."
"Akira-kun!"
Suara Aoi-san yang meneriakkan namaku terasa jauh, mungkin karena kesadaranku hampir hilang.
Aku tidak mengira mereka tidak ragu-ragu untuk memukulku dalam situasi ini.......aku tidak bisa memikirkannya sama sekali.
"Sudah kubilang padamu kan, jangan mengganggu jika kau tidak ingin terluka."
"Sekarang, ayo kita pergi."
Saat salah satu laki-laki itu berdiri di depanku, tepat saat laki-laki yang satunya hendak menyentuh Aoi-san.
"Jangan sentuh dia!"
Aku merasakan ledakan emosi dan mendorong jatuh laki-laki di depanku.
Aku mencengkeram leher pria yang memegang Aoi-san dan menyeretnya ke bawah.
"Aoi itu wanitaku! Jangan coba-coba menyentuhnya begitu saja!"
Tln : akira nyebut nama aoi tanpa ada honorifik apapun disini
"Akira-kun......."
"Kau......bersiaplah menerima akibatnya."
Sebelum mereka bisa bangun, aku menggenggam tangan Aoi-san dan mulai berlari.
"Aoi-san, lari!"
"Ya!"
Kami berlari untuk menjauh dari tempat itu sejauh mungkin.
Entah berapa lama kami terus berlari menembus kerumunan orang untuk menghindari mereka.
Ketika aku menyadari kalau aku telah menjatuhkan minuman yang kubeli lagi di suatu tempat dan tidak ada lagi orang di sekitar, dan kami pergi jauh dari area pertunjukan kembang api---
Kami akhirnya kelelahan dan berhenti.
Aku menatap Aoi-san sambil mengatur napas.
"Kurasa sudah aman kalau sudah sampai sejauh ini.......Aoi-san, kamu baik-baik saja?"
"Ya......aku baik-baik saja."
"Maaf aku membuatmu takut. Itu karena aku meninggalkanku sendirian......."
"Tidak. Aku percaya Akira-kun pasti akan datang untuk menyelamatkanku."
"Aoi-san......"
Aoi-san menghembuskan nafas dan tersenyum dengan lembut.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku---"
Saat Aoi-san mengucapkan terima kasihnya.
Kembang api melesat ke langit yang gelap, suaranya yang keras menenggelamkan suaranya.
""......""
Aku dan Aoi-san tanpa sadar terpesona pada kembang api.
"Luar biasa, itu indah sekali, ya.......'
"Ya......indah sekali."
Saat Aoi-san berseru kagum, kembang api yang mewarnai langit malam memang indah.
Tapi aku lebih terpesona oleh wajah Aoi-san yang menatap langit malam daripada kembang api.
*
Anjay MCnya keren
ReplyDeleteSeharusnya di hajar dulu baru lari (aelah kesel gw njir😤)
ReplyDelete