Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 4.2
Bab 4 - Pesta Pencarian Pertengahan Musim Panas Bagian 1
Ada tiga kuil yang bisa kami kunjungi di pagi hari, yang semuanya berbeda dari apa yang Aoi-san ingat.
Saat puncak panas semakin mendekat, kami pikir sudah waktunya untuk beristirahat dan makan siang di suatu tempat, tapi kami menemukan satu masalah besar.
Tempat di mana kami berada sekarang sangat terpencil jadi tidak ada tempat sama sekali di mana kami bisa makan siang.......
Meskipun demikian, kau mungkin berpikir setidaknya akan ada toserba, tapi seriusan, tidak ada.
Aku sering mendengar bahwa mustahil untuk tinggal di pedesaan tanpa mobil, tapi kukira itu berarti sangat jauh untuk pergi ke mana pun.
Tln : jadi keinget non non biyori, butuh 2 jam renge cs ke alf*mart terdeket kalo pake sepeda
"Duh. Padahal aku bisa mengetahuinya jika aku memikirkannya......"
Kalau seperti ini seharusnya kami membeli sesuatu di toserba di dekat vila.
Dibawah matahari yang bersinar dengan teriknya, aku mengayuh sepeda dengan putus asa, kekurangan air dan tenaga, tapi aku tetap tidak bisa menemukan toserba, restoran atau supermarket.
Terlalu jauh untuk pergi ke pusat kota sekarang, itu akan melelahkan.......
"Mau bagaimana lagi. Ini akan memakan waktu cukup lama, tapi kalau kita ke jalan besar---"
Ketika aku hendak mengatakannya.
"Akira-kun, spanduk apa itu?"
"Hmm? Spanduk?"
Aku melihat ke arah di mana Aoi-san menunjuk.
Kemudian, sedikit lebih jauh, di ujung sawah, ada sebuah rumah dengan spanduk.
"Mungkinkah......"
"Ya. Mari kita coba pergi ke sana."
Dengan sedikit harapan di hati, kami berjuang untuk menggerakkan kaki yang lelah.
Saat kami perlahan-lahan mendekat, aku melihat tulisan 'Buka' tertulis pada spanduk. Aku menuju ke arah rumah itu, berharap bahwa hanya restoran yang memiliki spanduk seperti itu.
Ketika kami tiba, kami menemukan sebuah rumah tua satu lantai bernuansa.
Sebuah sungai kecil mengalir di samping rumah tua, di mana beberapa bebek berenang dengan nyaman. Di bagian belakang rumah, sesuatu tampak tumbuh secara hidroponik, meskipun jauh lebih kecil daripada sawah.
Ketika melihat pintu masuk, sebuah papan bertuliskan "Restoran Soba - Ryusui-an" menarik perhatianku.
"Akira-kun, kedai soba!"
"Akhirnya kita menemukannya......!"
"Ya. Kita berhasil!"
Aku menghentikan sepeda dan tanpa sadar memberikan tos pada Aoi-san.
Aoi-san, yang biasanya begitu tenang, sangat bersemangat pada saat ini.
Mungkin karena panas dan rasa lapar sedang memuncak, aku bahkan tidak tahu apakah harus merasa senang atau sedih lagi.
Ketika kami masuk ke dalam, kami menemukan seorang pelayan yang ceria dan beberapa pelanggan. Pelayan wanita menunjukkan jalan dan kami duduk di kursi di bagian belakang ruangan.
"Nah, apa yang harus kita makan."
Setelah meminum air dingin yang disajikan pada kami, kami berdua melihat daftar menu.
"Karena ini musim panas, jadi kupikir aku akan makan zarusoba."
Tln : Zaru Soba adalah mie soba dingin dengan saus, dan itu adalah hidangan mie musim panas di Jepang.
Aoi-san kemudian menunjuk ke salah satu sudut daftar menu.
"Akira-kun, lihat. Kedai soba ini memungkinkanmu memarut wasabi-mu sendiri."
"Wasabi?"
Di ujung jari Aoi-san terdapat gambar wasabi dan komentar yang mengatakan bahwa kau bisa memarut wasabi sendiri.
Sepertinya, yang ditanam secara hidroponik di luar adalah wasabi dan wasabi rumahan dari sana dipanen dan disajikan dengan mi soba.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Sangat menarik bahwa kau bisa memarut wasabi sendiri.
"Aku ingin mencoba memarut wasabi sendiri."
"Kalau begitu, ayo kita pesan zarusoba."
"Ya."
Ketika kami memesan dua zarusoba, mereka membawakan wasabi dan papan parut terlebih dahulu.
Pelayan memberitahu kami bagaimana cara melakukannya, dengan mengatakan, 'Silahkan memarut wasabinya sambil menunggu sampai soba tiba', tapi kami.......bukan hanya sedikit, tapi sangat gugup.
"Aku akan mencobanya untuk saat ini."
"Ya. Kalau begitu aku akan merekam video di ponselku."
"Merekam? Kenapa?"
"Izumi-san dan Hiyori-chan kelihatannya menyukai wasabi, jadi kupikir mereka akan senang jika aku menunjukkannya pada mereka."
Memang. Ini bukan sesuatu yang sering kau lihat, jadi ini menarik.
"Selain itu, kupikir ini akan menjadi cara yang baik untuk mengingat tentang ini."
"......Oke. Mari kita mencobanya."
Aku mengambil wasabi dan meletakkannya dengan takut-takut di atas papan parutan.
Seperti yang diajarkan, jangan terlalu menekannya dan parut halus dengan gerakan melingkar.......
""......""
Aku yang terlalu serius dan terus memarut wasabi tanpa suara, dan Aoi-san yang mengawasiku.
Tanganku berhenti ketika telah memarut sekitar sepertiga wasabi.
"Seperti ini kira-kira, ya?"
"Ya. Kupikir kamu melakukannya dengan baik."
Aku menatap parutan wasabi.
Aku tidak tahu apakah itu dilakukan dengan benar, tapi jelas berbeda dari wasabi yang biasanya kulihat. Berbutir halus, sedikit lengket dan, yang terpenting, aromanya lebih kuat daripada wasabi yang kukenal.
Aku tidak sabar menunggu sobanya tiba dan mencoba sedikit.
"Ugh---!"
Pada saat yang sama ketika aku ditelan oleh kepedasannya, aroma yang khas keluar dari hidungku.
"Akira-kun, kamu baik-baik saja?"
Aku mengangkat tanganku ke Aoi-san, yang menatap wajahku dengan cemas, mengisyaratkan aku baik-baik saja.
Setelah menunggu rasa pedasnya mereda, aku minum air dan beristirahat sejenak.
"Bagaimana?"
"Itu mengejutkan, lebih pedas dari yang kukira. Tapi bukan pedas yang tidak menyenangkan, seperti...... ini benar-benar berbeda dari wasabi yang pernah kumakan sampai sekarang. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik, jadi kamu harus mencobanya juga, Aoi-san."
"Ya. Aku akan mencobanya juga."
Aoi-san dengan gugup mengambil wasabi dengan sumpitnya dan membawanya ke mulutnya.
"Hn---!?"
Saat dia memasukkannya ke dalam mulutnya, dia tampak terkejut dan bahunya sedikit bergetar.
Sementara rasa pedasnya mereda, dia menatapku.
"Sungguh......ini bukan wasabi yang kuketahui."
"Kan?"
Mata Aoi-san bersinar dengan rasa senang.
"Luar biasa ya......sangat berbeda ketika baru diparut."
"Sepertinya mereka juga menjual wasabinya, jadi ayo beli beberapa sebagai oleh-oleh untuk Izumi dan Hiyori. Mereka bilang kalau daging yang enak di barbekyu rasanya enak hanya dengan wasabi, dan kupikir mereka akan terkesan jika mereka memakannya dengan wasabi ini."
"Ya. Aku yakin mereka akan senang."
Kami menikmati istirahat makan siang kami, menikmati soba kami dengan wasabi yang baru diparut.
Aku berpikir bahwa pengalaman memarut wasabi bersama-sama dan terkesan dengan rasa wasabi ini juga suatu hari nanti akan menjadi kenangan berharga yang akan kami kenang kembali dengan penuh nostalgia.
Kami kemudian menghabiskan waktu bersantai sampai panasnya udara di luar mereda sebelum melanjutkan pencarian kami.
Pada hari pertama, kami tidak bisa menemukan pemandangan yang cocok dengan ingatan Aoi-san, tapi pencarian baru saja dimulai. Tidak perlu begitu berkecil hati, kataku pada diriku sendiri.
*
Lanjut min
ReplyDelete