Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 2.4

Bab 2 - Reuni Setelah Sembilan Tahun




Pada hari terakhir bulan Juli, sore hari sebelum kami berangkat ke vila milik keluarga Eiji---


Saat aku sedang menyedot debu di kamar di lantai dua, tiba-tiba aku merasakan interkom berdering.  


"Hmm? Imajinasiku saja?"


Aku menghentikan penyedot debu dan mengalihkan perhatianku ke lantai satu.   


Kemudian, sepertinya itu bukan imajinasiku saja, interkom berdering seolah mendesakku. Aku diserbu oleh rentetan 'ping pong' yang seolah mengatakan, cepat buka pintunya.


"Ya, ya, aku mengerti, jangan menekannya terus."


Aku menghentikan bersih-bersihnya dan menuruni tangga menuju pintu depan.


Segera setelah pintu dibuka, wajah yang tidak asing lagi terlihat.


"Lama."


Disana, ada adik perempuanku Hiyori---yang tanpa ekspresi dan tidak puas seperti biasanya.


Hiyori jarang mengekspresikan emosinya, dan dia selalu memiliki ekspresi seperti ini di wajahnya.


Sekilas, dia terlihat dingin atau membosankan, dan penampilan serta karakternya membuat mudah untuk disalah pahami, tapi dia sangat penyayang sampai-sampai dia bahkan merelakan liburan musim panasnya untuk datang ke sini demi Aoi-san seperti ini.


Dia tidak memiliki banyak teman karena kepribadiannya yang membosankan dan usia mentalnya yang anehnya tinggi, tapi dia adalah tipe gadis yang disukai secara berlebihan oleh teman-teman yang memahami Hiyori dan memiliki hubungan yang kecil dan mendalam dengan orang-orang.   


Karena usia kami hanya terpaut satu tahun, kami memiliki hubungan yang setara, seperti anak kembar.  


"Maaf. Aku sedang membersihkan kamar untuk kamu gunakan, Hiyori."


Rasanya, aku merasakan déjà vu dalam pertukaran ini.   


Benar juga. Pada hari Hiyori mengetahui bahwa aku tinggal bersama Aoi-san, kami juga melakukan pertukaran ini.   


Tiba-tiba Hiyori pulang ke rumah, dan karena aku terburu-buru menyembunyikan Aoi-san di lemari, aku terlambat menyambutnya, dan ketika aku membuka pintu depan, kata yang pertama keluar dari mulutnya dengan tanpa ekspresi adalah, 'Lama'.


Pertukaran dengan Hiyori di situasi yang persis sama ini membuatku tersenyum.


"Ada apa? Rasanya, kamu tersenyum."


"Tidak, bukan apa-apa."


"Begitu. Aku pulang."


"Ya. Selamat datang."


Mungkin karena dia telah berjalan di tengah cuaca panas, keringat keluar dari dahinya, tapi ekspresi dingin di wajahnya sama seperti biasanya.


Dengan ini, sudah sebulan sejak terakhir kali kami bertemu, tapi anehnya aku merasa lega oleh penampilan Hiyori yang tidak berubah.


Alasan aku merasa seperti itu mungkin karena aku belum bisa santai akhir-akhir ini.  


"Untuk sekarang, masuklah."


Aku mengambil koper kecil yang dipegang Hiyori di tangannya dan menuju ruang keluarga.


"Di luar panas sekali, bukan? Mau minum sesuatu yang dingin?"


"Ya. Mau."


Hiyori sedang mendinginkan diri di bawah AC, mengepakkan kerah bajunya.


Ketika aku menuangkan teh jelai dingin ke dalam gelas dan menyerahkannya padanya, dia meminum semuanya dalam satu tegukan dan dengan diam menyerahkan gelas kosong itu padaku, sepertinya dia sangat haus.


Sepertinya, dia mengungkapkan keinginannya untuk minum satu gelas lagi.   


Aku bertanya pada Hiyori sambil menerima gelas dan mengisinya kembali.


"Kupikir kamu akan pulang lebih awal."


"Begitulah niatku, tapi ada beberapa hal yang ingin kuselesaikan terlebih dulu."


"Sesuatu yang ingin kamu selesaikan?"


"Pekerjaan rumah untuk liburan musim panas. Sepertinya aku akan menghabiskan sebagian besar liburan musim panas untuk mencari rumah nenek Aoi-san, jadi kupikir lebih baik aku menyelesaikannya sebelum bulan Juli berakhir."


"......Kamu sudah menyelesaikan semuanya?"


"Ya."


Yang benar saja......aku bahkan tidak memikirkan apa-apa tentang itu.


Sebaliknya, aku benar-benar lupa kalau pekerjaan rumah itu ada.   


Ketika aku memikirkannya, Hiyori selalu menjadi tipe orang yang sistematis atau melakukan segala sesuatu tanpa hambatan.


Tidak terbatas pada pekerjaan rumah liburan musim panas, dia selalu melakukan segala sesuatunya dengan efisien dan cekatan, dan sebaliknya, aku tidak bisa dikatakan sangat sistematis. Jika aku harus mengatakannya, aku cenderung melakukan sesuatu secara mendadak atau serampangan.


Kami adalah saudara kandung, tapi kami sangat bertolak belakang dalam banyak hal, tapi itu tidak berarti kami tidak seperti saudara kandung, hanya saja Hiyori lebih seperti ayah kami yang teliti dan aku lebih seperti ibu kami yang kasar.


Tln : Kasar disini bukan perilakunya atau semacamnya, tapi kaya kebalikan dari teliti.


Di satu sisi, kami tidak mirip satu sama lain, tapi kami mirip dengan orang tua kami, dalam arti tertentu, itu seperti saudara kandung sekali, bukan?


Kesampingkan cerita itu, pekerjaan rumah ya......mari berpura-pura tidak mengingatnya sekarang.


"Di mana Aoi-san?"


"Dia bekerja paruh waktu sejak pagi hari. Dia akan mengambil cuti beberapa minggu untuk mencari neneknya, jadi dia ingin banyak bekerja selagi bisa. Kupikir dia seharusnya segera pulang sekarang."


"Begitu. Terlihat kerepotan seperti biasanya ya."


"Begitulah. Dia ingin menabung untuk masa depan."


Ketika aku menjawab begitu, Hiyori menghela napas kecil.


"Ada apa?"


"Saat aku bilang terlihat kerepotan, itu ditujukan padamu, Akira."


"Aku? Kenapa?"


"Aku tahu saat aku melihat wajahmu. Kamu masih mengkhawatirkan segala sesuatunya, kan."


"......"


Sangat tepat sasaran sampai-sampai tidak ada yang bisa kukatakan untuk menjawabnya.


"Tajam seperti biasanya ya, Hiyori......"


"Menurutmu, sudah berapa tahun aku menjadi adikmu, Akira?"


Sejauh yang bisa kulihat, Hiyori, yang tidak menunjukkan banyak emosi di wajahnya, sedikit mengangkat sudut mulutnya, dia pasti berniat membuat wajah sombong. Jika dia bisa melihat menembusku dengan mudah, tidak heran dia membuat wajah sombong itu.


Seperti yang kuduga, aku merasakan dengan jelas kalau aku tidak bisa menyembunyikan apapun dari Hiyori.


"Coba ceritakan. Lagipula, itu sesuatu yang sulit kamu ceritakan kalau ada Aoi-san, bukan?"  


"Ya......"


Hiyori mendesakku untuk duduk di sofa dan aku mulai bercerita tentang apa yang terjadi tempo hari.


Tentang ayah Aoi-san muncul di depan kami dalam perjalanan pulang setelah bermain di kolam renang bersama Eiji dan Izumi.


Tentang sang ayah yang mencari Aoi-san karena sang ibu memintanya untuk mengambil Aoi-san, dan ia menyarankan agar Aoi-san tinggal bersamanya. Dan tentang sang ayah yang telah menikah lagi dan tinggal bersama keluarga barunya.


Aoi-san diminta untuk memberikan jawaban selama liburan musim panas dan jika dia ingin tinggal bersamanya, dia harus pindah dan pindah sekolah.


Aoi mengatakan bahwa dia akan memikirkannya, tapi kami belum bisa membicarakannya sejak saat itu.


"Aku tahu itu bukan cerita yang buruk bagi Aoi-san. Jika dia bisa tinggal bersama ayahnya sebagai pilihan jika kita tidak bisa menemukan neneknya, maka masalahnya sendiri sudah selesai. Tapi......"  


"Wajahmu mengatakan kamu tidak bisa menerimanya."


Hiyori menyadarinya, tanpa aku harus mengungkapkannya dengan kata-kata.


"Ya......ada bagian dari diriku yang tidak menerimanya."


"Apa alasannya?"  


"Sejujurnya, aku tidak mempercayai ayah yang meninggalkan putrinya sendirian selama sembilan tahun."


"Begitu ya."


Aku mengatakan dengan terus terang apa yang kupikirkan.   


Baca novel ini hanya di Musubi Novel


Hiyori mengangkat gelasnya ke mulutnya.  


"Tidak apa-apa, bukan?"


"Eh......?"


Tanpa diduga, dia menjawab begitu.  


"Selama kita tidak tahu orang seperti apa ayah Aoi-san, kupikir mau bagaimana lagi kalau kita tidak bisa mempercayainya. Mungkin saja sebenarnya dia orang yang jahat, kemungkinan itu tidaklah nol. Kita tidak tahu apa yang dipikirkan Aoi-san, tapi aku tidak berpikir itu salah bagi Akira untuk mewaspadai ayahnya."


"Begitukah?"


"Meskipun ia adalah ayah kandungnya, jika Aoi-san tidak bertemu dengannya selama sembilan tahun, pastinya ada lebih banyak hal yang bahkan Aoi-san tidak tahu. Aoi-san-lah yang memutuskan apa yang harus dilakukan, tapi penting bagi Akira untuk mengawasinya dengan baik."


Ketika aku diberitahu hal ini, aku merasa agak lega.


Kupikir itu tidak sopan untuk mewaspadai ayah Aoi-san sejak awal, atau bahwa itu salah sebagai manusia untuk memiliki rasa tidak suka pada seseorang ketika aku bahkan tidak mengenalnya dengan baik.


Tapi, benar juga ya......selama kau tidak tahu orang seperti apa mereka, wajar jika kau tidak bisa mempercayai mereka dengan mudah.  


"Hanya saja, tidak apa-apa untuk berpikir bahwa mereka mungkin orang jahat, tapi jangan menolak mereka secara membabi buta karena kamu menganggap mereka jahat. Jika kamu mengenal mereka lebih baik, selalu ada kemungkinan bahwa ia sebenarnya adalah orang yang baik."


"Benar juga......terima kasih. Aku akan berhati-hati."


Aku merasa sedikit lebih baik berkat Hiyori.


Sungguh, inilah yang membuatku terkejut karena anak ini masih kelas 3 SMP.


"Itu saja?"


"Eh? Itu saja?"


"Ada alasan lain kenapa Akira tidak bisa menerimanya, kan?"


"Tidak. Hanya itu......kupikir."


Ketika aku menjawab begitu, Hiyori menghembuskan nafas seperti sedikit terperanjat.


"Akira selalu memprioritaskan Aoi-san, bukan? Itu adalah hal yang baik dan hebat, tapi kamu harus berhenti hanya memikirkan orang lain dan melihat perasaanmu sendiri juga."


"Perasaanku sendiri, ya......"


Apa ada alasan lain di dalam diriku kenapa aku tidak bisa menerimanya?


Aku memikirkannya, tapi hal yang paling tidak kumengerti adalah selalu perasaanku sendiri.


"Masalah ini, apa Izumi dan Eiji-kun tahu?"


"Tidak, aku belum memberitahu mereka, dan kurasa Aoi-san juga belum."


"Kalau begitu, mungkin akan lebih baik bagi kita untuk membicarakan dengan mereka berdua setelah kita melihat bagaimana keadaannya. Kupikir juga Aoi-san memiliki sesuatu di pikirannya dan tetap diam, jadi kupikir lebih baik meninggalkannya sendirian untuk sementara waktu."


"Kamu benar."


Saat percakapan baru saja berakhir.


"Aku pulang."


Tiba-tiba, suara Aoi-san bergema dari pintu masuk.


Begitu Aoi-san pulang ke rumah, dia datang ke ruang keluarga dengan langkah kaki yang berderap.


"Hiyori-chan. Selamat datang."   


Dia mungkin melihat sepatu Hiyori di pintu masuk dan menyadari bahwa dia sudah pulang.   


Aoi-san menyambut Hiyori dengan senyuman di wajahnya saat bertemu lagi dengannya setelah sekian lama.


"Aku pulang. Aoi-san juga, selamat datang."


"Ya. Aku pulang."


Melihat kembali ke belakang sekarang, pertemuan mereka berdua sebelumnya adalah yang terburuk.


Aku ketahuan tinggal bersama Aoi-san, dan Aoi-san menghabiskan waktu tanpa henti dijejali oleh pertanyaan Hiyori yang seperti interogasi tentang hubungannya denganku yang terasa seperti selamanya dan seperti penyiksaan bagi Aoi-san yang pemalu.


Sejak saat itu, mereka berdua bertukar kontak dan sepertinya sering melakukan kontak satu sama lain, dan baru-baru ini Aoi-san memberitahuku bahwa mereka bertiga, bersama  dengan Izumi, telah membuat grup pesan dan berteman dengan baik satu sama lain.


Terlepas dari pembicaraan apa yang mereka lakukan, itu bagus bahwa mereka bisa bergaul dengan baik.


Begitulah yang kupikirkan.


"Langsung saja, bagaimana hubungan kalian berdua setelah itu?"


""Eh?""


Pertanyaan Hiyori yang tiba-tiba tanpa sengaja membuatku dan Aoi-san mengerang.


Aku tidak menyangka bahwa itu adalah percakapan pertama yang dia lemparkan setelah kami bertiga berkumpul.


"Maksudku, apa yang kamu maksud dengan 'hubungan'."


Aku tidak perlu sampai menanyakan itu, tapi aku mencobanya, berharap bisa mengalihkan pembicaraan.


Namun, tidak mungkin langkah seperti itu akan berhasil melawan Hiyori.


"Sudah sebulan sejak saat itu, kamu tidak akan mengatakan kalau tidak ada perkembangan apapun meskipun laki-laki dan perempuan muda tinggal bersama, kan?"


Ya. Sudah kuduga yang itu......


Aku merasa seperti diminta untuk melanjutkan apa yang kutinggalkan sebulan yang lalu.  


"Tidak, seperti yang kubilang sebelumnya, hubunganku dengan Aoi-san bukanlah yang seperti itu---"


Hiyori mengabaikan penjelasanku dan mendekat ke arah Aoi-san.


"Aoi-san, boleh minta waktu sebentar......?"


"U-Umm......"


Aoi-san terdorong mundur oleh tekanan Hiyori dan mundur selangkah.


Kemudian, seolah mengatakan tidak akan melepaskannya, Hiyori juga mengambil selangkah mendekati Aoi-san, dan mendorong Aoi-san yang menarik diri ke arah tembok. Hiyori meletakkan kedua tangannya di dinding dan benar-benar mengunci Aoi-san.


"Padahal kami membantumu, tapi tidak terjadi apapun, apa maksudnya ini?"


"Uuh......M-Maafkan aku."


Tidak, tunggu sebentar.


Ada percakapan yang tidak bisa kubiarkan berlalu.  


"Apa maksudmu 'kami membantumu'? Aoi-san juga meminta maaf, apa yang kalian bicarakan?"


Ketika aku bertanya dengan tidak tahu apapun, Aoi-san mulai melihat ke arah kejauhan dengan ekspresi canggung di wajahnya.


Hiyori mengalihkan tekanan yang telah diarahkan pada Aoi-san ke arahku dan berkata, mengabaikan pertanyaan itu.


"Akira juga, padahal kamu hidup bersama dengan orang yang begitu cantik ini dan kamu tidak meletakan tanganmu padanya, tidakkah kamu berpikir kalau itu kasar padanya? Karena itulah kamu masih perjaka. Kalau tetap seperti ini, kamu akan selamanya perjaka, kamu tidak apa-apa dengan itu?"


"Itu bukan urusanmu!"


Aku sangat tidak ingin adik perempuanku mengkhawatirkan keperjakaan kakak laki-lakinya dengan wajah serius.


Maksudku, aku bermasalah kalau diperlakukan seperti itu oleh adik perempuan yang toleran terhadap hal-hal erotis atau semacamnya, ampuni aku.


"Pokoknya, ini adalah sesuatu yang perlu kita diskusikan dengan Izumi."


"......Ya."


Aoi-san terlihat pasrah dan menyerah.


Pada akhirnya, mereka tidak memberi tahuku apa yang mereka kerjasamakan dan apa yang akan mereka diskusikan dengan Izumi......


Paling-paling, Hiyori dan Izumi berencana untuk membuatku dan Aoi-san berduaan, dan Aoi-san kebingungan karena dia tidak bisa menolak. Aku merasa kasihan pada Aoi-san, jadi tolong hentikan itu.


Keinginan seperti itu sia-sia, dan pengejaran Hiyori terus berlanjut sampai selesai makan malam.     


Malam itu, aku dan Aoi-san mulai bersiap-siap untuk besok dengan bantuan Hiyori.   


Kami berencana untuk tinggal di vila Eiji selama dua minggu sampai akhir festival Bon.   


Sebenarnya, aku benar-benar ingin tinggal sampai kami menemukan rumah neneknya, tapi aku tidak bisa mengatakannya karena kami memiliki beberapa hari pekerjaan sukarelawan yang disponsori sekolah yang dijadwalkan untuk paruh kedua liburan musim panas.


Namun demikian, aku memikirkan ini saat aku melihat mereka dengan riang mengobrol di sampingku dan memasukkan pakaian mereka ke dalam tas mereka, sambil memastikan bahwa mereka siap menghadapi apa pun.


---Tergantung pada hasil musim panas ini, masa depan Aoi-san akan diputuskan.     


Ayahnya memang membuatku tidak nyaman, tapi selama kami bisa menemukan rumah neneknya, tidak akan ada masalah.


Aku merasa bahwa tidak hanya masalah dan kecemasan Aoi-san tentang masa depannya, tapi juga perasaan yang tak bisa dijelaskan yang bergejolak di hatiku, semuanya akan terpecahkan jika kami bisa menemukan rumah neneknya.   


Pokoknya, aku akan melakukan segala yang kubisa.   


Dengan tekad seperti itu, sambil mempersiapkan untuk besok, malam perlahan semakin larut.


Akhir Bab 2

3 comments for "Class no Bocchi Gal wo Omochikaeri Shite Seisokei Bijin ni Shite Yatta Hanashi [LN] J2 Bab 2.4"