Maigo ni Natteita Youjo wo Tasuketara [LN] J1 Bab 2.2
Bab 2 - Permintaan Dari Siswi Pindahan Yang Cantik
『Umm, silakan masuk......』
『Maaf mengganggu......』
『Maaf mengganggu~!』
Ketika aku membuka pintu dan masuk, Charlotte-san dengan ekspresi gugup dan Emma-chan dengan ekspresi bersemangat mengikutiku masuk.
Charlotte-san mungkin gugup karena dia akan masuk ke kamar laki-laki, tapi bagaimana dengan ekspresi Emma-chan?
Dia tidak salah mengira kamarku sebagai atraksi atau semacamnya, bukan?
『Jadi ini......kamar anak laki-laki......』
Charlotte mengamati kamarku terlihat penuh minat begitu dia masuk.
Aku mengerti kamu tidak biasa melihat kamar lawan jenismu, tapi dari sudut pandang orang yang sedang diamati kamarnya, tolong hentikan itu.
『Um, Charlotte-san? Aku malu kalau kamu melihatnya seperti itu.......』
『M-Maafkan aku.』
Ketika aku mengatakan padanya kalau aku malu, pipi Charlotte-san memerah dan dia meminta maaf.
Dia menggerakkan tubuhnya dengan gelisah dan memainkan jari-jarinya untuk menghindari tatapanku.
Kemudian, entah kenapa, dia mulai melirik ke arahku dan memalingkan muka dengan tergesa-gesa setiap kali mata kami bertemu.
Dia bahkan malu-malu karena dia khawatir tentang keringatnya, jadi mungkin dia adalah gadis yang cukup pemalu.
---Dan yah, mungkin kelihatannya aku terlihat seperti sedang mengamatinya dengan tenang di dalam pikiranku, tapi sejujurnya, jantungku berdegup begitu cepat sampai-sampai kupikir jantungku akan meledak.
Meskipun aku gugup mengundang Charlotte-san ke dalam kamarku, tapi kenapa gadis ini memiliki ekspresi wajah yang begitu manis.
Bahkan ketidakkteraturan ada batasnya.
Aku hampir tidak bisa lagi melihat langsung ke arah Charlotte-san, yang pipinya diwarnai dengan warna merah dan malu-malu.
『Onii-chan, bisa Onii-chan duduk di sini?』
Sementara pandanganku tercuri oleh Charlotte-san, Emma-chan, yang telah melewatiku sebelum aku menyadarinya dan berada di tengah ruangan, memanggilku sambil menepuk-nepuk lantai.
Perlu kukatakan, ini rumahku, tapi anak ini masih bebas seperti biasanya.
Untuk sekarang, aku duduk di tempat yang telah ditentukan Emma-chan untukku.
『Hmm......Onii-chan, tanganmu.』
Ketika aku duduk bersila, Emma-chan memintaku untuk menyingkirkan tanganku yang ada di atas kakiku.
Emma-chan menatap wajahku dengan ekspresi seolah-olah dia mengharapkan sesuatu, sambil memiringkan kepala kecilnya dengan lucu.
Aku tidak begitu mengerti, tapi aku mencoba menyingkirkan tanganku seperti yang dikatakan Emma-chan.
Kemudian---
『Mmm......ehehe.』
---Emma-chan duduk di atas kakiku.
『『Emma(-chan)!?』
Tln : Akihito manggil Emma-chan, Charlotte manggil Emma
Suara Charlotte-san dan suaraku tumpang tindih melihat tingkagnya yang tak terduga.
Siapa sangka kalau dia akan duduk di atas pangkuanku.
Emma-chan, di sisi lain, mengayunkan tubuhnya dengan gembira, tidak peduli dengan reaksi kami.
Kemudian, dia mendongak ke arahku dengan senyum manis di wajahnya, menyandarkan punggungnya di dadaku.
Reaksiku sudah tidak bisa mengejarnya lagi.
『Emma, itu tidak boleh, oke? Aoyagi-kun jadi kebingungan, lho?』
Charlotte-san yang sadar sebelum aku, mengulurkan tangan dan mencoba memindahkan Emma-chan dari pangkuanku.
『Tidak......!』
Namun, Emma-chan menolak Charlotte-san dengan menepis tangannya.
Sebaliknya, dia memelukku seolah-olah menunjukkan bahwa dia tidak akan pernah menyingkir.
『Astaga, dengarkan apa yang kukatakan......! Jangan merepotkannya lebih dari ini......!』
『Tidak! Lottie jahat!』
『Aku tidak jahat......! Aku tidak ingin merepotkan Aoyagi-kun......!』
『Onii-chan tidak membencinya! Kan, Onii-chan?』
Bennett bersaudara menyerang dan bertahan di atas kakiku.
Aku hanya memperhatikan mereka, tidak tahu bagaimana harus bereaksi, sampai Emma-chan, yang menatapku dengan tatapan mata memohon, mengatakan itu.
Emma-chan yang mendongak ke arahku dengan pipi yang menggembung, dan Charlotte-san yang menggerakkan mulutnya berkata, "Tolong katakan tidak boleh,".
Di sisi mana aku sebaiknya memihak......
Emma-chan adalah seorang anak kecil dan aku ingin mendengarkan keegoisannya, tapi Charlotte-san tidak menginginkannya.
Ini adalah pilihan untuk mengkhianati salah satu pihak, situasi di mana kau tidak bisa membela kedua belah pihak.
Tidak mungkin aku bisa memilih.......
Pihak ketiga mungkin akan berkata, "Apa yang kau katakan?" Tapi bagiku, itu adalah masalah yang cukup serius.
Aku tidak bisa mengkhianati salah satu dari mereka.......
『Onii-chan......』
Ketika aku tidak bisa memberikan jawaban, Emma-chan menatapku dengan mata berkaca-kaca.
Matanya itu, rasanya seolah-olah dia berniat untuk mengatakan, "Tidak boleh......?".
......Maaf, Charlotte-san.
『Ya, aku tidak membencinya. Kamu boleh duduk dimanapun yang kamu sukai, Emma-chan.』
Aku dikalahkan oleh mata Emma-chan dan akhirnya memihaknya.
Itu membuat ekspresi Emma-chan menjadi cerah, dan sebaliknya, Charlotte-san membuat ekspresi yang bermasalah.
Dia mungkin khawatir dengan keegoisan adik perempuannya.
『Aoyagi-kun, kamu benar-benar orang yang baik hati, ya.......』
『Um, maaf......』
『Tidak, akulah yang harus meminta maaf. Aku sungguh minta maaf adikku telah menyebabkan masalah bagimu.』
Charlotte-san membungkuk dalam-dalam dan meminta maaf atas perilaku Emma-chan.
Itu sama sekali bukan kesalahan Charlotte-san, tapi dia masih serius dan tegas seperti biasanya.
『Tidak, tidak apa-apa. Aku benar-benar tidak keberatan, kuharap kamu tidak terlalu mengkhawatirkannya.』
『Terima kasih........Boleh aku duduk juga?』
『Eh!? Di pangkuanku!』
『B-Bukan! Di lantai!』
Aku berpikir, "apa yang tiba-tiba Charlotte-san katakan", tapi sebenarnya aku juga heran dengan apa yang kukatakan.
Dari aliran percakapannya, entah kenapa aku salah paham, dan itu membuat wajah kami berdua memerah.
『M-Maaf.......kamu bisa duduk di mana pun yang kamu suka.』
『K-Kalau begitu di sini---』
Charlotte-san duduk menghadap ke arahku.
Nah, kupikir itu adalah posisi yang wajar untuk duduk.
Jika dia duduk di sampingku sekarang, hatiku tidak akan mampu menahannya.
『Onii-chan, Emma ingin bermain.』
Saat aku sedang melihat Charlotte-san, Emma-chan yang berada dalam pelukanku, menarik-narik pakaianku.
Seolah mengatakan, "Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi,".
『Maaf membuatmu menunggu, mau main apa, Emma-chan?』
『Hmm, Emma ingin bermain dengan Onii-chan.』
『Umm......』
『Aku pikir dia mencoba mengatakan kalau selama dengan Aoyagi-kun, bermain apapun tidak masalah.
Ketika aku bingung dengan jawaban Emma-chan, Charlotte-san yang terbiasa menemaninya sepanjang waktu, memberitahuku apa yang sebenarnya dia maksudkan.
『Begitukah?』
『Ya!'』
Untuk jaga-jaga, aku juga memastikan pada Emma-chan, dan dia menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat.
Sepertinya, seperti yang dikatakan Charlotte-san, tapi kita harus bermain apa?
AKu tidak punya game apa pun, dan aku juga tidak punya mainan apa pun.
Dan jika itu adalah sesuatu yang bisa dimainkan oleh anak kecil, itu.......
『Charlotte-san, Emma-chan sering bermain dengan apa?』
Kupikir akan lebih menghibur bagi Emma-chan jika dia memberitahuku, jadi aku bertanya pada Charlotte-san.
『Benar juga ya, dia anak yang cukup bergantung dengan mood-nya, tapi......akhir-akhir ini dia sepertinya menyukai domino.
『Domino ......!』
Saat mendengar domino, mata Emma berbinar-binar.
Kalau begini, sepertinya dia ingin bermain domino.
Itu mengingatkanku, kalau di Jepang, domino sering mengacu pada permainan yang menjatuhkan domino, tapi aku pernah melihat di TV bahwa cara bermain domino yang sebenarnya berbeda.
Seingatku, kartu domino memiliki angka yang mirip dengan yang ada pada dadu, dan pertama-tama menaruh satu kartu dimeja---lalu pemain menaruh kartu di tangan mereka yang memiliki angka yang sama dengan angka kartu yang sudah ada di meja, menghubungkan kartu-kartu itu untuk mendapatkan poin, begitulah cara memainkannya.
Ketika angka-angka itu dihubungkan, angka-angka di sudut-sudutnya dijumlahkan dan jika angka-angka itu habis dibagi lima, maka angka yang habis dibagi itulah yang menjadi poinnya.
Tln : aku ga paham sama sekali ama permainan ini
Sebaliknya, jika angka tersebut tidak habis dibagi lima, maka tidak dihitung sebagai poin.
Ada berbagai aturan lain, tapi sepertinya ini adalah permainan yang populer di luar negeri yang dimainkan seperti bermain trump.
Karena itu, mungkin Emma-chan menyukainya.
Mereka orang Inggris, dan domino yang kita bicarakan di sini kurasa adalah domino yang dimainkan seperti trump.
『Um, aku tidak punya kartu domino.......』
『Jangan khawatir, aku akan segera mengambilnya dari kamarku.』
Charlotte-san hanya mengatakan itu dan bangkit, dan kembali ke kamarnya.
『Charlotte-san, dia baik sekali ya.』
『Ya, Lottie sangat baik.』
『Emma-chan menyukai Charlotte-san?』
『Ya, Emma sangat menyukainya.』
Ketika aku berbicara padanya sambil menepuk kepalanya, Emma-chan menganggukkan kepalanya sambil menyipitkan matanya dengan bahagia.
Sampai-sampai adik perempuannya sebegitunya menyayanginya, dan dengan itu saja sudah memberiku gambaran sekilas tentang kepribadiannya.
Paling tidak, dia pasti menjadi seorang kakak yang baik hati dalam ingatan adik perempuannya.
『---Maaf membuatmu menunggu.』
Beberapa menit kemudian, ketika aku sedang mengobrol dengan Emma-chan, Charlotte-san kembali.
Karena itu, aku mencoba menurunkan Emma-chan dari pangkuanku untuk bermain domino.
Tapi---
『Muu......』
Entah kenapa, Emma-chan menatapku dengan pipinya yang menggembung.
Domino tidak bisa dimainkan dengan Emma-chan duduk di pangkuanku, karena kau harus memastikan bahwa lawanmu tidak melihat kartu di tanganmu.
Karena itulah aku menurunkannya, tapi apa Emma-chan mengerti itu?
『Um, kita akan bermain domino, kan......?』
『Gendong.』
Ketika aku mencoba mengkonfirmasi itu, Emma-chan membuka lengannya dan memintaku untuk menggendongnya.
Rasanya, dia terlihat sangat marah akan sesuatu.
『Apa mungkin, kamu tidak ingin bermain domino lagi?』
『Tidak, kupikir bukan begitu.』
『Charlotte-san? Maksudnya?』
Charlotte-san kelihatannya seperti mengetahui sesuatu.
Ekspresinya terlihat sangat menyesal.
『Baiklah...... Emma, bagaimana kalau membariskan mereka sendiri hari ini?』
Charlotte-san membungkuk dan berbicara pada Emma-chan dengan suara lembut.
Kemudian Emma-chan juga melihat ke arah Charlotte-san, tapi dia menggelengkan kepalanya terlihat tidak puas.
Melihat pertukaran itu, aku memahami apa yang dikatakan Charlotte-san sebelumnya.
『Mungkinkah domino yang dimaksud bukan yang dimainkan seperti trump, tapi yang dijatuhkan? Juga, dari kelihatannya, Emma-chan biasanya tidak membariskan mereka sendiri?』
『Benar juga, di Inggris, lebih umum yang dimainkan seperti kartu trump, seperti yang dikatakan Aoyagi-kun, tapi sayangnya Emma tidak bermain yang seperti itu. Begitu dia melihat domino di TV, dia mulai suka menjatuhkan dan bermain dengan itu. Dia hanya suka......menjatuhkannya dan melihatnya jatuh, tapi dia tidak suka membariskannya sendiri.』
Begitu ya, sepertinya aku melompat ke kesimpulan yang tergesa-gesa
Kupikir aku setengah tidak sadar memberikan pertimbangan khusus karena mereka orang Inggris.
Baca novel ini hanya di Musubi Novel
Hal semacam itu tidak baik, jadi aku harus mengubahnya di masa mendatang.
Meski begitu, bukankah hal-hal ini biasanya menyenangkan karena kau menyusun dan menjatuhkannya sendiri?
Mungkin Emma-chan berpikir itu merepotkan karena dia masih anak kecil.
『Begitu ya......jadi sepertinya dia ingin aku membariskannya sambil menggendongnya?』
『Tidak, dalam kasus ini...... kupikir dia mungkin bermaksud agar aku yang membariskannya.』
『Hn.』
Emma-chan mengangguk kuat seolah-olah membenarkan.
Raut wajahnya yang puas juga lucu, tapi menurutku, ini adalah sekilas kekuatan dari anak kecil.
『Kamu sepertinya sangat memanjakan Emma-chan ya.......』
『Dia sangat manis, aku tidak bisa menahannya.......』
『Kamu benar. Ya, aku bisa mengerti.』
Jika Emma-chan memberiku ekspresi manja atau memohon, aku sepertinya akan mendengarkan apa pun yang dia katakan.
Atau mungkin harus kukatakan, aku mungkin akan mendengarkan semuanya kecuali jika itu benar-benar mustahil.
Tidak hanya masih muda, tapi dia juga adik perempuan Charlotte-san dan memiliki wajah yang tertata, jadi dia sangat manis.
『Untuk saat ini, bisakah Charlotte-san menggendong Emma-chan? Aku yang akan membariskan dominonya.』
Seperti yang diharapkan, rasanya tidak nyaman untuk menonton dalam diam sedangkan dia membariskannya sendiri, dan aku berpikir bahwa jika Emma-chan ingin digendong, aku akan menyerahkannya pada Charlotte-san.
Namun---
『Muuu......』
Lagi-lagi, Emma menatapku dengan ekspresi tidak puas.
『Hm......?』
『Emma ingin Aoyagi-kun menggendongnya, jadi ......』
『Ya!』
Bukan karena dia hanya suka digendong, tapi dia ingin aku yang menggendongnya, ya.......
Sepertinya, dia sangat menempel padaku.
Nah, jika itu yang terjadi---
『Emma-chan, lalu bagaimana kalau kita membariskannya bersama?』
『Hmm?』
『Kupikir akan lebih menyenangkan untuk membariskan mereka dan kemudian menjatuhkannya sendiri daripada hanya menjatuhkannya, lho.』
Karena dia menempel padaku, sekalian aku mencoba membujuk Emma-chan untuk melakukannya sendiri.
Mungkin saja, dia mau membariskannya jika kami melakukannya bersama-sama.
Aku berpikir seperti itu dan mencoba mengajaknya, tapi---
『Tidak mau.』
---Ternyata tidak sesederhana itu.
『Di masa lalu, Emma juga pernah membariskannya mereka sendiri. Tapi dia menjatuhkannya ketika dia hampir selesai menyusun semuanya.......sejak saat itu, Emma tidak menyusunnya sendiri lagi.』
『Begitu ya........memang benar akan sangat mengejutkan jika itu runtuh ketika itu hampir selesai.』
Karena itu Emma-chan jadi begini ya.
Kalau begitu, akan sulit untuk membuat Emma-chan melakukannya, ya.
『Pada waktu itu dia menangis keras dan kalut. Tapi dia masih suka ketika domino jatuh, jadi aku akan membariskannya untuknya hari ini.』
『Maaf, Charlotte-san.』
Seperti yang diharapkan, aku tidak bisa melakukannya sambil menggendong Emma-chan, jadi aku memutuskan untuk menyerahkan pada Charlotte-san untuk membariskan mereka.
Normalnya, aku tidak akan terkejut jika dia tidak menyukainya, tapi alih-alih terlihat tidak puas, Charlotte-san mulai menyusun domino sambil tersenyum.
Aku bahkan tidak bisa membayangkan lingkungan keluarga seperti apa yang membuatnya tumbuh menjadi begitu baik dan ramah.
『......♪』
Charlotte-san meletakkan kartu domino satu demi satu dengan cara seperti dia sudah terbiasa.
Malaikat kecil dalam gendonganku menatap kakaknya dengan suasana hati yang baik.
Malaikat kecil itu, Emma-chan yang manja, menyenandungkan lagu yang tidak pernah kudengar sambil mengayunkan tubuhnya ke kiri dan kanan.
Apa itu lagu Inggris?
Senandung itu, dengan nada tinggi yang khas bagi anak-anak kecil, entah bagaimana terasa nyaman untuk didengarkan.
Ketika aku melihat Charlotte-san, aku kesulitan menemukan tempat untuk memfokuskan mataku karena posisi tubuhnyanya, jadi untuk saat ini aku akan menikmati senandungnya sambil melihat malaikat kecil ini.
---Aku dan Emma-chan sedang menunggu dominonya selesai disusun seperti ini, tapi di tengah jalan, Emma-chan bosan bersenandung dan mulai bersandar padaku, menggosok-gosokkan kepalanya padaku dan bermanja-manja.
Sesekali dia akan mengubah posisi tubuhnya dan berbalik ke arahku dan menatapku dalam diam.
Kemudian, ketika aku menatap balik ke arahnya, dia tersenyum dan kembali menghadap Charlotte-san lagi.
Bagi Emma, ini tampaknya semacam permainan, dan dia mengulanginya lagi dan lagi sampai Charlotte-san memanggil kami.
『Hmmm, kalian benar-benar rukun ya. Sudah lama aku tidak melihat Emma terlihat begitu senang seperti ini.』
『Begitu ya. Emma-chan sangat lucu jadi aku ingin memanjakannya.』
Aku membalas senyum Charlotte-san sambil mengelus lembut kepala Emma-chan.
Mungkin suka saat dielus, Emma-chan duduk tenang dipangkuanku, tersenyum lebar seolah dia merasa nyaman.
Dia juga mengenakan tudung telinga kucing dan terlihat lucu seperti kucing.
『Emma, kamu beruntung bertemu Onii-chan yang memanjakanmu.』
『Ya!』
Emma-chan mengangguk dengan penuh semangat.
Melihatnya membuatku tanpa sadar mengendurkan pipiku.
『Emma, aku sudah selesai membariskan dominonya, ayo kita jatuhkan mereka.』
『Emma yang akan menjatuhkannya......!』
『Ya, Emma yang akan menjatuhkan mereka.』
Sepertinya Emma-chan sangat suka menjatuhkan domino, dan begitu dia tahu bahwa dominonya sudah siap untuk dijatuhkan, dia langsung turun dari pangkuanku dan mulai mendekat pada Charlotte-san.
Dan pada adik perempuannya yang seperti itu, Charlotte-san menanggapinya dengan senyum lembut.
Mereka saudara perempuan yang benar-benar rukun, meskipun usia mereka terpaut jauh.
Hatiku jadi hangat melihat mereka dan aku ingin melihat mereka selamanya.
Ketika Emma dibawa oleh Charlotte-san ke domino yang telah dibariskannya, dia menatap Charlotte dengan penuh semangat.
『Kapan saja Emma mau.』
Dan kemudian, dengan izin Charlotte-san---
『Ei~!』
Dengan riang, dia menjatuhkan domino pertama.
Domino-domino itu jatuh berturut-turut saat yang pertama jatuh.
Emma-chan sangat senang melihat domino berjatuhan dengan suara berdenting yang menyenangkan ditelinga sambil bertepuk tangan.
Namun, karena berada di dalam ruangan, skala domino yang disusun kali ini kecil, jadi permainan segera berakhir.
Kali ini, Emma-chan memiliki ekspresi sedih di wajahnya dan menatap Charlotte-san dengan mata yang tampak melekat padanya.
『Lottie.......』
『Sekali lagi, kan?』
『Ya!』
Menangkap pikiran Emma-chan, Charlotte-san mulai menyusun domino lagi.
Emma-chan kemudian berjalan kembali ke arahku dan duduk di pangkuanku lagi.
『Emma-chan akan menunggu Charlotte-san untuk membariskan mereka?』
『Ya! Lottie sudah terbiasa.』
Kukira dia mencoba untuk mengatakan bahwa dia akan menyerahkannya pada Charlotte-san karena dia sudah terbiasa, tapi perasaanku agak rumit ketika aku memikirkan bagaimana dia terbiasa dengan hal itu.
Charlotte-san, kamu harus bekerja keras setiap harinya ya......
---Meski begitu, menjatuhkan domino ya......
Akan menarik untuk membuat beberapa kata atau gambar setelah itu dijatuhkan.
Emma mungkin akan lebih senang jika itu yang terjadi, dan aku hanya ingin mencobanya sendiri.
Aku akan memikirkan apa aku bisa membuat sesuatu yang menarik lain kali.
『Hei, hei, Onii-chan.』
『Ya? Ada apa?』
『Ehehe, hanya memanggil~』
Ketika aku menoleh untuk menatapnya setelah dipanggil, Emma-chan tertawa seperti sedang dalam suasana hati yang baik dan membenamkan wajahnya di dadaku.
Apa-apaan anak ini!?
Malaikat!?
Apa dia seorang malaikat!?
Memiliki makhluk yang begitu polos dan suci dalam pelukanku, seperti malaikat, membuatku hampir lupa diri.
『Fufuu, bermanjaan sesukanya ya.』
Mungkin memperhatikan kami sambil menyusun kartu domino, Charlotte-san melihat adik perempuannya yang begitu polos dan tersenyum lembut.
Dengan senyuman lembut yang agak keibuan, dan dikombinasikan dengan fakta bahwa Charlotte-san adalah gadis yang luar biasa cantik, memberikan pesona tidak karuan
Apa ini.......aku tidak merasakannya sebelumnya, tapi aku sangat bahagia pada saat ini.
『Aku orang yang beruntung ya.』
『Kupikir yang beruntung adalah Emma, yang bertemu dengan seorang Onii-chan yang menerimanya dengan baik. Kan, Emma?』
『Ya! Emma sangat menyukai Onii-chan!』
Gawat, sepertinya air mataku akan keluar.
Aku tidak menyangka akan mendapatkan kata-kata lembut seperti itu, meskipun kami baru saja bertemu hari ini.
『Onii-chan, ada apa? Apa ada yang sakit?』
Emma-chan menatapku dengan ekspresi cemas saat dia menyadari bahwa aku sedikit menangis.
『Tidak, itu bukan apa-apa. Daripada itu, sepertinya dominonya hampir selesai disusun, kan.』
『Ya, hampir selesai, kok.』
Charlotte-san juga terlihat sedikit terkejut melihat ekspresiku, tapi begitu aku mengalihkan topik ke domino, dia menanggapinya dengan senyuman.
Jika aku tidak berhati-hati, aku mungkin memberi mereka kesalahpahaman yang aneh.
Aku harus mencoba tersenyum sebanyak mungkin ketika mereka ada di sekitarku.
『Domino♪ Domino♪'』
Ketika Emma-chan mendengar domino-nya hampir selesai, dia mulai menggoyangkan tubuhnya dengan gembira.
Dia tersenyum dengan gembira, dan hanya dengan melihatnya saja sudah membuatku bahagia.
Dan ketika domino selesai dijajarkan---
『Yeay!』
Emma-chan segera menuju ke domino dan menjatuhkannya dengan semangat yang sama seperti sebelumnya.
Kemudian, ketika jatuh lagi, dia memasang ekspresi sedih dan mulai memohon Charlotte-san untuk menyusun ulang domino.
Berkat hal ini, perulangan Charlotte-san membariskan domino dan Emma-chan menjatuhkannya diulang beberapa kali.
Namun, seperti yang diduga, Emma-chan menjadi bosan setelah mengulanginya berkali-kali, dan setelah sekitar lima kali Emma-chan kembali padaku.
Dan kemudian dia mulai mengobrol denganku dalam suasana hati yang baik.
Karena itu, aku berbicara dengannya sambil tersenyum, tapi Charlotte-san, yang telah selesai membereskan domino-nya, memperhatikan pertukaran kami dalam diam.
Seperti yang diharapkan, kupikir tidak baik bagi kami berdua untuk terus berbicara sendirian, jadi aku berpikir untuk berbicara dengan Charlotte-san juga, tapi aku menutup mulutku ketika aku melihat ekspresinya.
Kemudian Emma-chan membawaku untuk membicarakan hal berikutnya, jadi aku memutuskan untuk menemani Emma-chan.
---Alasan kenapa aku ragu-ragu untuk berbicara dengan Charlotte-san.
Itu karena Charlotte-san melihat Emma-chan yang duduk di pangkuanku dengan ekspresi seolah-olah dia cemburu padanya.
---Setelah itu pun, aku terus menjadi teman bicara Emma-chan
Dari tengah-tengah percakapan, Charlotte-san kadang-kadang ikut bergabung, tapi dia tampak berhati-hati untuk tidak mengganggu percakapan adiknya.
Dan aku juga menjadi pendengar jadi Emma-chan bisa berbicara tentang apa yang ingin dia bicarakan.
Emma-chan menceritakan banyak hal padaku, seperti tentang pertama kali dia terbang dengan pesawat dan tentang video kucing yang dilihatnya hari ini.
Sementara dia berbicara pun, dia menekan kepalanya sendiri ke dadaku dan bermanjaan, atau mengambil tanganku dan mulai bermain dengannya, yang membuatku merasa sangat senang melihatnya.
Sementara kami melakukan ini, Emma-chan mulai mengantuk.
Ini sudah larut dan dia mungkin lelah setelah semua yang terjadi hari ini.
Mari biarkan dia tidur perlahan-lahan seperti ini.
Aku dan Charlotte-san memutuskan untuk mengawasi Emma-chan dalam diam sampai dia tertidur.
Setelah beberapa saat, kami mendengar napas Emma yang lucu saat tidur.
Sepertinya dia sudah benar-benar tertidur.
"---Terima kasih, Aoyagi-kun."
Charlotte-san berterima kasih padaku untuk kesekian kalinya hari ini.
Saat melihatnya, dia menatap Emma-chan dengan ekspresi yang sangat lembut.
Sekarang Charlotte-san bagaikan seorang kakak perempuan yang menjaga adik perempuannya dengan penuh kelembutan.
Aku bisa memahami betapa berharganya anak ini bagi Charlotte-san.
"Aku tidak melakukan apa pun yang harus membuatmu berterima kasih."
"Tidak ada yang seperti itu. Aku sangat senang kamu menemani Emma."
"Haha, senang mendengarnya. Aku juga bersenang-senang hari ini."
Aku merasa seperti diombang-ambingkan, tapi aku benar-benar menikmati berbicara dengan Emma.
Aku iri pada Charlotte-san, yang memiliki adik perempuan seperti Emma-chan.
Karena sungguh, anak ini benar-benar sangat imut.
"Aku yakin bahwa Aoyagi-kun adalah pahlawan bagi anak ini. Ketika tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya karena kendala bahasanya, Aoyagi-kun memanggilnya. Dan kamu memperlakukannya dengan baik dan dengan senyuman. Aku bisa mengerti kenapa anak ini sangat menempel Aoyagi-kun."
Apa yang harus kulakukan?
AKu tidak melakukan hal yang sebesar itu, tapi aku mendapatkan beberapa pujian yang sangat tinggi.
Aku terlalu malu untuk melihat wajah Charlotte-san.......
Aku merasa malu dan tanpa sadar memalingkan wajahku dari Charlotte-san.
Namun, sementara aku memalingkan wajah, cerita Charlotte-san berlanjut.
"Di negeri yang asing, dengan orang-orang yang tidak berbicara bahasanya. Kupikir Jepang mungkin adalah tempat yang sangat menakutkan baginya. Karena itu---jika kamu bersedia, bisakah kamu menjadi teman bermainnya sampai dia menyesuaikan diri di Jepang?"
"Teman bermain.....?"
Permintaan yang tak terduga itu membuatku mengalihkan pandanganku ke Emma-chan, yang sedang tidur nyenyak dalam pelukanku.
Aku tahu apa yang dikatakan Charlotte-san.
Tidak bisa berkomunikasi dalam bahasanya sendiri bisa sangat meresahkan, dan terlebih lagi, tempat yang tidak dikenal bisa menakutkan.
Bagi gadis kecil ini, perasaan ini mungkin lebih besar daripada orang lain.
Namun, aku juga punya keadaanku sendiri.
Biasanya ketika aku pulang ke rumah, aku mempersiapkan atau meninjau kembali pelajaranku.
Itu karena aku memiliki tujuan tertentu dan aku tidak terlalu senang mengurangi waktu untuk mencapai itu.
Tapi---
Aku melirik wajah Charlotte-san.
Charlotte-san menatap wajahku dengan ekspresi serius.
Meskipun aku baru bertemu dengannya untuk pertama kalinya hari ini, kupikir aku mengerti sedikit tentang gadis seperti apa dia.
Dia adalah seorang gadis baik hati yang peduli dengan orang lain dan mengesampingkan dirinya sendiri.
Gadis seperti itu meminta bantuanku demi adiknya, meskipun dia tahu hal itu akan merepotkanku.
Mempertimbangkan apa artinya itu, itu bukan sesuatu yang bisa kutolak dengan mudah.
Di atas segalanya, aku tidak ingin membuat Emma-chan merasa tidak nyaman.
Jika aku bisa menghilangkan ketidaknyamanan itu dengan menjadi temannya, maka bukankah jawabannya sudah jelas sejak awal.
"Ya, aku tidak keberatan. Kupikir itu sulit untuk melakukannya setiap hari, tapi aku akan mencoba untuk menjaga jadwalku tetap ada."
"Terima kasih banyak!"
Ketika aku memikirkan apa yang harus kulakukan dan menganggukkan kepala, Charlotte-san berterima kasih dengan terlihat sangat bahagia.
Hanya dengan melihat senyuman ini, mungkin merupakan keputusan yang benar untuk menerimanya.
Aku juga senang bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka.
Dan sejauh menyangkut belajar, tidak akan menjadi masalah jika aku mengurangi waktu tidur.
Manusia tidak akan mati jika mereka mengurangi sedikit waktu tidurnya.
Akhir Bab 2
Lanjut min
ReplyDeleteSemangat
Semangat min TLnya, lanjut min
ReplyDeletesemangat min
ReplyDeleteLo pernah main gaplek nggak min?
ReplyDeleteLah itu yang dimaksud main kartu domino
Gada konflikya kek gimai seikatsu😑
ReplyDeleteNah, aku yang terjemahin juga agak bosen jadinya:)
Delete