Wasuresasete yo, Kouhai-kun [LN] J1 Prolog
Prolog
Jika kau bertemu dengan lumba-lumba keberuntungan, [Cinta tak berbalasmu yang terhenti] akan mulai bergerak.
Kurasa aku pernah mendengar cerita seperti itu dari seseorang beberapa tahun yang lalu.
Mungkin aku mengharapkannya di sudut hatiku.
Roda-roda gigi yang telah berkarat dan berhenti---mulai bergerak lagi.
Kalau tidak, aku tidak akan melewatkan belajar untuk ujian setelah sekolah dan datang ke pantai selama musim pasang surut.
Sambil bertanya-tanya apakah lumba-lumba keberuntungan atau semacamnya akan muncul ke permukaan laut pun, aku tahu bahwa pemandangan seperti itu terlalu surealis bahkan hanya untuk dibayangkan.
Pertama-tama, apa itu lumba-lumba keberuntungan?......Kupikir di Kisarazu, tanuki keberuntungan sepertinya masih akan lebih mudah ditemukan. Meski aku juga tidak tahu.
Berjalan di sepanjang tepi laut adalah perubahan suasana dari belajar menghadapi ujian, atau pelarian dari kenyataan karena kegelisahan akan masa depan.
Tidak lebih, tidak kurang.
"Hei, anak muda yang disana."
Aku lelah melihat garis laut di Teluk Tokyo dan siluet kabur Kawasaki di sisi lain teluk.
......Mari pulang. Ini bukan waktunya bersantai dan berjalan-jalan bagi siswa yang akan mengikuti Ujian di bulan Juli.
Matahari tenggelam.
Aku berbalik dari dermaga dengan cakrawala sore yang menyilaukan dan kembali ke tempat parkir Pantai Kanada Mitate.
"Oi, anak muda yang berjalan dengan tampang bosan yang di sana."
Ada seseorang memanggil di belakangku.
Aku tidak tahu dimana anak muda itu berada, tapi cepat jawab dia.
"Itu kamu, kamu. Anak muda yang dari tadi melihat lautan dan rasanya seperti melarikan diri dari kenyataan."
Aku berbalik perlahan, berpikir itu tidak mungkin, dan......tatapan kami bertemu.
"Kupikir kamu tidak bisa melihatku karena kamu terus mengabaikanku!"
Seorang wanita mungil menghadapku. Tidak, seorang gadis polos.
Dia tersenyum nakal, mencerminkan wajah idiotku di dalam matanya yang penuh rasa ingin tahu.
"...Aku?"
"Apa ada laki-laki lain di dekat sini selain dirimu?"
Hanya ada aku dan gadis itu di dermaga, suara pantai dan suara kami menegaskan kehadiran kami.
Aku segera paham identitas dari perasaan tidak nyaman kecil ini.
Itu mungkin karena gadis yang terlihat lebih muda berseragam SMP memperlakukanku seperti anak muda dengan nada kasual.
"Jika kau orang lokal, kau mungkin bisa tahu dari seragamku, tapi aku siswa SMA."
"Jika kamu orang lokal, kamu mungkin bisa tahu dari seragamku, tapi aku adalah siswi SMP~!"
Dengan brilian mengabaikan seruanku untuk menjadi yang lebih tua darinya, si gadis SMP yang sepertinya dalam suasana hati yang baik mengungkapkan identitasnya.
Kesan pertama yang didapat dari ekspresi wajah yang cerah dan nada suara yang energik adalah bahwa dia adalah orang yang terlalu akrab dan mudah terbawa suasana.
"Hei~ Jangan lihat aku seperti kamu menjilati seluruh tubuhku~"
JC nakal ini menggodaku terlepas dari fakta bahwa kita baru saja bertemu.
Tln : JC/Joshi chuu, gadis SMP
"Sayangnya, aku lebih suka wanita yang lebih tua daripada anak-anak yang lebih muda."
"Tapi kamu menatapku dengan cara yang aneh, bukan~? Yah, anak laki-laki SMA mungkin sangat terobsesi dengan gadis-gadis manis, bukan~?"
"Yah, ya, itu benar."
"...... Kamu sangat mesum, ya?"
Si gadis SMP mengeluarkan suara jijik saat dia menyipitkan matanya.
"Aku tidak menatapmu dengan mata yang mesum. Itu intinya."
"Ya, ya~, itu adalah dorongan yang tidak bisa ditolong oleh seorang anak laki-laki yang sehat."
Meskipun aku mendapatkan begitu banyak ejekan, aku senior yang lebih tua darimu.
Aku mencoba untuk tenang dan tidak marah atau kesal.
"Kesampingkan kesukaanmu pada gadis-gadis sekolah menengah yang sedang tumbuh~"
"Tipeku yang lebih tua, senior yang dewasa, dan aku ingin dirawat oleh seorang wanita yang baik, toleran, dan reseptif. Mengerti? Tumbuh sedikit lebih dewasa dan kemudian kembali lagi."
"Kurasa aku terlihat cukup dewasa untuk seorang siswa SMP, tahu~?"
Si siswi SMP, mungkin percaya diri dengan pertumbuhannya sendiri, dengan bangga membusungkan dadanya, tapi......dia masih anak-anak usia wajib belajar. Dia sedikit lebih tinggi dari siswi lain, dan aroma dewasanya menyentuh hidungku sedikit untuk seorang siswi SMP, tapi perbedaan daya tarik sek*ual terlihat jelas dibandingkan dengan "senpai tertentu" yang langsung muncul di pikiranku sebagai target perbandingan.
Maafkan aku jika aku tidak sengaja tertawa mencemoohmu.
"...... haa, itu pujian untuk masa depan, ya."
"Hei, kamu anak nakal mesum. Kamu baru saja menertawakanku, bukan~?"
"Kaulah yang anak nakal mesum! Aku Onii-san yang lebih tua darimu!"
"Haa~~, kamu Onii-san yang nakal, ya~?"
Apa yang kau keluhkan, aku lebih lelah darimu.
"...... Jadi, apa yang bisa kulakukan untukmu? Aku tidak bebas sekarang, meskipun aku terlihat seperti ini."
Mari kita kembali ke cerita yang tergelincir oleh kenakalannya itu.
Aku kurang lebih penasaran kenapa dia tiba-tiba memanggil dan menghentikanku. Itu karena aku belum pernah bertemu gadis ini sebelumnya, dan aku belum menjalin hubungan dengannya untuk bisa berbicara dengannya meskipun aku tidak punya urusan dengannya.
"Eh~? Kamu bebas tidak peduli bagaimana kamu melihatnya~"
"Aku mungkin terlihat seperti ini, tapi aku adalah siswa yang belajar setiap hari untuk ujian."
"Apa melihat Teluk Tokyo membuatmu lebih pintar? Aku tidak tahu itu~"
Aku tidak bisa membalas apapun pada siswi SMP yang mencibirku ini.......
Puas bermain-main dengan siswa SMA kelas tiga yang lebih tua darinya, si siswi SMP itu berjalan perlahan...dan duduk di jok belakang sepeda motor yang diparkir di tempat parkir di tepi pantai.
"Kursinya keras dan tidak terlalu nyaman."
"Berisik. Jangan mengeluh ketika kau seenaknya menaikinya."
"Juga, bukankah itu agak usang? Bisakah yang ini dikendarai dengan benar di jalan umum?"
"Aku yakin baik-baik saja, sudah dibawa ke pemeriksaan kendaraan. Kondisinya tidak buruk untuk sepeda motor tahun 1960-an."
Sekuter besi retro, pudar dan berkarat, adalah Rabbit S301 Super Flow. Dengan kata lain, dia menunjukkan keberaniannya dengan menaiki sepeda motor yang kumiliki dengan ekspresi tanpa malu di wajahnya.
"Ke arah mana kamu pulang~?"
"Aku? Menuju Jalan Mimachi."
"Kamu menuju ke arah yang sama denganku! Yeay!~"
Si siswi SMP itu mengayunkan kakinya, yang terentang dari roknya ke udara.
Aku mulai mendapatkan gambaran apa yang kau pikirkan lho.......
"Kita bertemu di sini karena suatu alasan, jadi tolong beri aku tumpangan pulang!"
Begitulah. Itulah satu-satunya hal yang bisa kupikirkan.
"Mungkinkah...... kau hanya berbicara denganku karena kau terlalu malas untuk berjalan pulang dari sini?"
"Bukan itu saja, kok. Aku ingin mengobrol denganmu ketika kamu terlihat sangat kesepian~ kurasa?"
Mata bulatnya berenang ke segala arah.
"Sebenarnya, ban sepedaku kempes."
"Jadi?"
"Terlalu jauh untuk berjalan kaki pulang dari sini, jadi aku malas~"
"Lalu?"
"Biarkan aku ikut denganmu, plis."
Si gadis SMP dengan jujur mengaku dan membungkuk menundukkan kepalanya. Dia tiba-tiba merayuku dengan cara yang sopan, tapi satu kata kelakarnya, 'plis', mengalihkan perhatianku.
"Kamu tidak akan meninggalkan seorang gadis dalam kesulitan, kan......? kan, kan?"
Hentikan mata lembab seperti anak anjing yang ditinggalkan itu.
Sambil heran dengan kecerdikannya pun, jika aku meninggalkannya begitu saja rasanya tidak enak, itu juga menjengkelkan untuk diingatkan tentang bagaimana aku memperlakukannya dengan dingin setiap kali aku datang ke tempat ini.
"Biaya perjalanan pertama 300 yen, setelah itu 80 yen ditambahkan secara bertahap tergantung pada jaraknya. Jangan ragu-ragu, naiklah."
"Kejamnya~! Kamu akan menagih biaya pada seorang gadis SMP seperti taksi!? Aku tidak punya uang saku untuk yang seperti itu lho~, senpai yang lebih tua yang bisa diandalkan♪"
Hanya pada saat-saat seperti ini saja dia memperlakukanku sebagai senpai dan menggunakan suara lembut......!
"Kumohon, Onii-chan? Antarkan aku pulang, ya?"
"Aku lebih suka pengaturannya itu seorang junior daripada adik perempuan....... bukan itu. Mau bagaimana lagi......."
Aku mengenakan helmku sendiri dengan muak dan menarik tuas pengaman saat aku melangkah ke kursi pengemudi. Aku memutar kunci yang dimasukkan ke ON, menyentuh tombol starter sambil menginjak rem kaki dengan kaki kanaku, dan menyalakan sekuter yang sudah lumayan tua itu.
Suara mesin mulai terdengar, secara mekanis mencemari suara laut.
"Jika kamu mengizinkanku naik, kamu juga akan mendapatkan beberapa manfaat yang bagus~."
"Hee, seperti apa?"
"Terus terang saja, ...... itu adalah kenangan manis dan asam dari masa muda, berkeliling kampung halamanmu dengan seorang gadis SMP yang cantik di belakangmu! Ini adalah situasi yang didambakan oleh setiap anak laki-laki seusiamu, kan? kan?"
"Aku bodoh menanyakan hal itu."
"Kamu seharusnya mendambakannya, dasar bodoh."
Si siswi SMP yang langsung duduk tepat di belakangku menusuk helmku, sepertinya tidak menyukai reaksiku.
"Jika kamu meninggalkanku, aku akan mengutukmu sehingga kamu gagal dalam ujian."
"Jika kau melakukannya, aku akan mengembalikan kutukan gagal dalam ujian masuk SMA-mu."
"Uwah, Onii-san sampah."
"Apa yang kau bicarakan, adik perempuan sampah."
Untuk kali ini saja, mari kita berikan dia tumpangan sebagai sesama penduduk setempat. Ketika dalam kesulitan, saling membantu satu sama lain. Aku yakin 'Senpai' yang sangat kukenal akan dengan baik hati mengulurkan tangannya dalam situasi seperti ini.
Aku juga menyerahkan helm cadangan pada si siswi SMP, menyaksikan dirinya yang mencoba memakainya dengan kikuk.
"Yah, aku akan memberimu tumpangan gratis hari ini sebagai layanan khusus pertama kali."
"Yeay, bahkan seorang anak laki-laki yang suram dan membosankan pun memiliki hati yang baik. Kamu bukan hanya ronin cadangan yang tidak berguna, ya~"
"Turun sana."
"Bercanda, bercanda, kamu adalah pria yang keren. Aku sudah jatuh cinta padamu. Hei hei."
Ketika benar-benar terhanyut oleh antisipasi anak SMP yang mudah terbawa suasana itu, aku menyadari bahwa pikiran lemah yang berputar-putar di kepalaku sambil menatap ke laut sebelumnya, untuk sementara waktu telah menghilang.
Ini mungkin merupakan perubahan suasana yang bagus.
Tidak seperti beberapa menit sebelumnya ketika aku datang ke tempat ini, suasana hatiku agak lebih cerah sekarang.
"Berpeganglah agar tidak jatuh."
Aku merasakan sensasi si siswi SMP yang meringkuk mencengkeram sisiku sebagai isyarat untukku melepas standar, dan melepaskan rem sambil memutar gas dengan lembut.
Aku menjalankan sekuter tuaku, angin laut melelehkan asap knalpot yang tidak menyenangkan.
Dari satu tepi laut ke tepi laut lainnya.
Si siswi SMP yang suaranya cukup keras untuk memantulkan suara angin saat kami sedang berkendara memanduku jalan pulangnya lalu aku memarkirkan sekuterku di tempat parkir yang berdekatan dengan area taman bermain 'Magokoro Hiroba' di taman tepi pantai Toriisaki.
"Dari sini, aku bisa pulang ke rumah berjalan kaki! Jumpa lagi~!"
Si siswi SMP melepas helm dan turun, tersenyum penuh terimakasih.
"Hm~, ada apa dengan wajah enggan itu? Kamu merasakan musim semi biru karena dekat dengan seorang gadis SMP yang manis dan berboncengan dengannya, kan? Jika itu yang terjadi, kamu benar-benar mudah dimengerti ya~"
Aku tidak bisa menyembunyikan senyum kering dan pahitku. Dia mengangkat bahunya dengan nada yang tidak jauh berbeda dengan nada seorang anak yang ditegur, dan memberiku kesan bahwa aku belum cukup dewasa.
"Terima kasih, anak muda♪"
---Tiba-tiba kepalaku diusap, dan tanpa sadar detak jantungku meningkat.
Beraninya kau menggunakan tingkah nakal dan serangan kejutan manis itu padaku......!
Meskipun aku mengerti kalau dia hanya menggodaku, aku masih sedikit senang, anak laki-laki adalah makhluk seperti itu.
Lalu, si siswi SMP yang berjalan dengan santai, perlahan-lahan meninggalkan taman.
Masih menaiki sekuterku, aku menatap punggungg si gadis,
"Untukmu yang sudah melakukan hal baik padaku, semoga hal baik juga terjadi padamu!"
Gadis itu yang disinari oleh matahari terbenam di awal musim panas yang cerah, menatap ke arahku dan mengatakan itu padaku dengan mengembangkan senyum lebar di wajahnya.
Tiba-tiba, pandanganku tertarik ke satu titik tertentu.
Jepit rambut yang dimiliki si siswi SMP di rambutnya memiliki desain seperti lumba-lumba.
Bukannya itu sesuatu yang istimewa, tapi aku merasa itu sangat cocok untuknya, dan entah kenapa terlihat cantik.
Saat aku menatapnya dengan mulut tersimpul, si siswi SMP itu terlihat menggerakan bibirnya tanpa terdengar suaranya.
--- juga, maaf ya.
Itu sepenuhnya spekulatif.
Tapi jika dia meminta maaf, aku tidak yakin kenapa.
Setelah si siswi SMP menghilang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, akupun bersiap untuk pergi juga.
Tapi naluriku menarikku. Gendang telingaku menangkap suara dribble yang tidak cocok di taman tepi laut, dan membuatku ingin turun dari Rabbit dan mematikan mesin.
Aku menarik tubuhku ke sudut taman, di ujung jalan setapak yang familiar di ingatanku......ada sebuah lapangan basket luar ruangan yang dibangun saat aku SMP yang selalu terbuka untuk umum.
Meskipun dibilang lapangan basket, namun ukurannya hanya setengah lapangan untuk 3-on-3 saja, dengan ring di satu sisi.
Aku mengingat jantungku berdetak kencang ketika aku datang ke sini dan aku merasa lebih ringan ketika orang itu berada di dekatku.
'Senpai' yang seperti kakak perempuan bagi si anak laki-laki itu, tersenyum padanya dan memberinya pujian lembut dengan nada suara yang lembut---yang membuatnya semakin menyukainya.
Saat aku berjalan tanpa tujuan ke lapangan basket, bola oranye kusam bergulir ke arah kakiku saat aku berdiri di sana sendirian. Tidak salah lagi, ini adalah bola basket.
"Tidak adil jika tiba-tiba seperti ini. Hatiku belum siap untuk ini......."
Sebuah gumaman yang bercampur aduk antara keterkejutan dan kebahagiaan secara spontan tumpah keluar.
Tidak bagus. Aku sama sekali tidak menyangkanya, dan hatiku yang tak berdaya yang terkejut, dipenuhi dengan cinta yang manis.
Karena, hal itu perlahan mengingatkanku pada perasaan gembira yang dulu kumiliki, pada hari-hari ketika aku dulu jatuh cinta.
Tolong berhentilah muncul di depan mataku secara tiba-tiba seperti ini.
"Hei, anak SMA yang disana, aku akan senang jika kamu bisa mengambilkan bola itu untukku."
Suara seorang wanita yang seakan-akan memutihkan pikiran suramku hingga bersih terdengar pada saat aku mengambil bola.
Rasa nostalgia yang menyenangkan menyebar melalui gendang telingaku.
Sambil memegang bola dengan kedua tangan, aku berjalan maju.
Yang menungguku dengan manis di bawah ring, adalah seorang wanita yang terlihat lebih dewasa daripada yang pernah kukenal sebelumnya.
Rambut hitamnya yang dulunya bob pendek, telah berubah sepenuhnya menjadi rambut medium berwarna coklat. Riasan wajahnya yang tidak terlalu mencolok, semakin menambah kecantikannya. Setiap kali rok rendanya bergoyang tertiup angin lembut musim panas, sedikit rasa panas muncul di pipiku saat detak jantungku melonjak.
Kakiku terhenti saat mataku bertemu dengan milik wanita itu, dan aku terpesona olehnya sampai kehilangan kata-kata.
"Haru-senpai......"
Aku---memanggil nama dari si wanita yang lebih tua dariku yang sangat kukenal.
"Lama tidak bertemu ya, Natsume-kun. Kira-kira sudah sekitar setengah tahun, ya?"
Hirose Haru. Dia adalah seorang mahasiswa yang satu tahun lebih tua dariku.
"Tidak,...... baru sekitar empat bulan sejak Haru-senpai lulus."
"Kalau begitu masuk akal kalau Natsume-kun tidak banyak berubah ya..."
"Haru-senpai sudah banyak berubah, lho. Rambutmu lebih panjang dan kamu mengecatnya dengan warna coklat, jadi ...... dari kejauhan aku tidak bisa mengenalimu."
"Karena sekarang aku mahasiswi di Tokyo, aku mencoba yang terbaik untuk berdandan jadi aku tidak diremehkan karena menjadi orang desa, tapi apa itu tidak cocok untukku......?"
Tenanglah, diriku. Jangan gelisah.
"K-Kupikir itu cocok untukmu......! Meski aku juga menyukai senpai saat di tahun terakhirmu di SMA!"
"Eh, kamu menyukaiku? Apa kamu mengaku padaku?"
"Ah, tidak, b-bukan begitu......! Maksudku, aku menyukai rambut hitam menyegarkanmu di SMA dan penampilanmu dalam seragam basket perempuan yang terasa seperti seorang senior sekali......!"
Aku gelagapan karena gugup. Bibir dan lidahku yang mengering tidak bisa berfungsi dengan baik.
Sialan, kembalilah......rasa jarak yang kumiliki empat bulan yang lalu! Padahal sedikit lagi aku bisa berbicara lebih normal!
"Begitu, Natsume-kun lebih memilih aku ketika aku masih seorang gadis remaja di Kisarazu daripada seorang mahasiswi yang tinggal di Tokyo? Perasaanku sebagai seorang gadis campur aduk~"
Senpai yang mencibirkan bibirnya seolah tidak puas juga imut.
Aku tidak akan pernah bosan melihatkan ekspresi wajahnya yang luwes dan terus berubah-ubah.
"Bertemu Haru-senpai seperti ini terlalu mendadak...... jadi aku cukup terkejut. Tolong setidaknya kirimi aku pesan meskipun hanya satu."
"Aku penasaran apa aku bisa bertemu Natsume-kun jika aku di sini. Ini adalah kejutan dengan caraku sendiri!"
Aku mendorong bola dengan kedua tanganku dan mengirim operan untuk menyembunyikan rasa maluku. Sebenarnya, pikiranku yang gelisah masih belum reda, dan detak jantungku yang melonjak dengan jelas juga tidak ada tanda-tanda akan turun.
Seriusan, ini terlalu mendadak. Aku ingin dia setidaknya membiarkanku mempersiapkan diri. Aku hanya bisa menutupi pipiku yang mengendur dengan menundukkan kepalaku.
"Hei hei, sebegitu senangnya kah kamu bisa bertemu Haru Onee-san? Natsume-kun imut seperti biasanya, ya. Sampai-sampai aku ingin menjadikanmu adik laki-lakiku."
Sambil mengucapkan kalimat candaan, senpai berjalan mendekat lalu menepuk pundakku.
Aku tidak ingin memperlihatkan ekspersiku yang berantakan padanya, tapi Haru-senpai yang dipenuhi rasa penasaran mencoba mengintip kearahku jadi aku langsung memalingkan wajah.
"Aku sedikit kesepian karena aku belum terbiasa hidup sendiri dalam kehidupan baruku, jadi berbicara dengan Natsume-kun dalam seragam sekolahnya seperti ini terasa nostalgia dan menenangkan."
Kurasa aku benar-benar lapar, akan waktu dimana aku bisa berbicara dengan orang ini. Meskipun waktu berlalu dengan cepat, hari-hari yang kuhabiskan setelah orang ini lulus tidaklah memuaskan, dan empat bulan itu terasa setara dengan beberapa tahun.
"Hm? Natsume-kun, bukankah tinggi badanmu tumbuh sedikit lebih tinggi?"
"......tidak akan banyak berubah hanya dalam waktu empat bulan."
"Eh~? Sudah jelas bertambah! Beda berapa sentimeter denganku, ya?"
"Tunggu, Haru-senpai ......"
Dekat, terlalu dekat.......mungkin dia ingin membandingkan tinggi badan kami, Haru-senpai berjalan mendekat.
Wanginya yang harum mewarnai pikiran seorang anak laki-laki yang sedang jatuh cinta, dan setiap bulu matanya terlihat jelas. Wanginya lebih dewasa daripada ketika berada di Kisarazu.
Dengan cepat, aku mundur satu langkah.
Aku tidak ingin dia menyadari panas tubuhku yang perlahan-lahan meningkat, atau pandanganku yang bergerak tak menentu.
"Karena kamu berada di sini, bisa kamu melihatku sebentar?"
Haru-senpai yang tiba-tiba berjalan kearahku, membalikan badannya ke arah ring, menarik kedua tangannya ke badannya dan menembakkan bola ke langit berwarna matahari terbenam. Merentangkan separuh bagian atas tubuhnya. Bola yang dilepaskan dari tembakan yang sempurna, ditarik oleh gravitasi, menggambarkan garis parabola yang indah dan tersedot ke dalam ring yang berkarat.
"Yosh! Tanganku masih belum melemah."
Bola menyentuh tanah dan memantul sekali, dua kali.
Suara bola yang memantul mengenai lapangan secara bertahap menjadi semakin senyap, dan suara knalpot kendaraan di sekitar area tampak semakin berisik.
Yosh! Ucapan lucu dan pose kemenangannya itu membuat kelima indraku terpenuhi oleh kebahagiaan.
Shirahama Natsume saat ini --- secara emosional dikendalikan oleh Hirose Haru dan hanya bisa memikirkan orang ini.
"Natsume-kun."
"......eh?"
Tiba-tiba namaku dipanggil dan aku tersadar.
"Kamu terlalu banyak menatapku. Itu memalukan, kamu tahu?"
Haru-senpai yang mengerutkan alisnya menyodok dahiku, tapi dia segera tersenyum padaku.
"Aku sedang mengamati dengan cermat untuk melihat apa kamu menjadi tumpul karena sudah tidak lama bermain. Itu tembakan yang bagus, sama seperti saat di basket perempuan."
"Hei! Kamu bermaksud meneriakiku kalau tembakanku meleset, kan? Kamu sangat sombong untuk seorang kouhai!"
Meskipun sambil berpura-pura tidak menyukainya saat rambutnya yang kusut diusap, namun si kouhai laki-laki tidak bisa menepis tangannya.
Sejak kamu lulus, aku selalu merindukan saat-saat seperti ini.
"Itu mengingatkanku, kamu juga sedang bersiap untuk ujian, kan. Bagaimana? Apa kamu belajar dengan baik?
"Studiku berjalan dengan sangat baik, jadi tolong ajak aku bermain kapan pun kamu pulang ke rumah."
"Terima kasih! Yang harus kau miliki adalah kouhai-kun yang imut yang akan datang padamu kapanpun itu, kan."
Karena aku ingin berbagi waktu dengan Haru-senpai, dan karena aku ingin terus menjadi kouhaimu yang imut, tolong maafkan aku kalau aku sedikit berpura-pura melakukan dengan baik dalam studi ujianku.
Jika aku tidak bisa menjadi pacarmu, tolong biarkan aku menjadi kouhai nomor satu untukmu.
"Berjuanglah untuk masuk ke universitas yang sama denganku. Aku akan menunggumu, kouhai-kun."
Ketika melihat senyuman polos dan disertai dengan dorongan semangat, kesepianku yang stagnan tergantikan harapan yang tidak berdasar. Begitulah struktur manusiaku yang sederhana dan jelas.
Aku tidak memiliki mimpi yang jelas, tapi aku memiliki keinginan untuk pergi ke universitas yang sama dengan Haru-senpai.
Tapi itu bukanlah aku yang diharapkan oleh Haru-senpai.
Lumba-lumba keberuntungan...ya.
Entah kenapa, pada saat ini, rumor yang sumbernya tidak diketahui menghantui pikiranku.
Haru-senpai, yang begitu sibuk dengan kehidupan kampus dan pekerjaan paruh waktu di Tokyo sehingga dia bahkan hampir tidak bisa pulang ke Kisarazu, datang menunjukkan wajahnya dengan tiba-tiba pada awal musim panas.
Pada hari yang sama aku mengunjungi tempat ini untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dan pada waktu yang sama juga.
Jika kau bertemu dengan lumba-lumba keberuntungan, [cinta tak berbalasmu yang terhenti] akan mulai bergerak.
Belum ada penampakan lumba-lumba sungguhan yang berenang di perairan Kisarazu, tapi gadis SMP yang kutemui di dermaga sepertinya telah mengarahkanku ke sini meskipun secara kebetulan.
...... Idiot. Mana ada yang seperti itu.
Itu bodoh untuk menganggap serius cerita klise yang dibuat-buat yang tidak diketahui asalnya.
Pandanganku tentang cinta belum memburuk sampai-sampai menganggap hubungan bisa berubah hanya karena jepit rambut yang menyerupai lumba-lumba.
Cinta tak berbalasku sudah sama dengan permafrost.
Tln : Permafrost/ibun abadi atau tanah beku abadi adalah lapisan tanah beku yang berada di bawah suhu 0 °C selama beberapa tahun.
Aku hanya menggigit sedikit keberuntungan dengan mengobrol dengan Haru-senpai --- lalu membawa perasaanku yang sedang bermimpi kembali ke kenyataan.
Mulai besok lagi, aku akan belajar untuk ujian dan melarikan diri dari kenyataan. Sudah jelas akan seperti itu.
Meskipun sudah sore, matahari yang bersinar terang di cakrawala tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbenam, terus membakar kulit siswa yang tenggelam dalam hubungan stagnan di mana tidak ada yang terluka, dan keringat yang muncul, perlahan membasahi kemeja.
Berlawanan dengan cinta pertamaku yang telah lama membeku.
Aku punya firasat kalau musim panas tahun ini juga akan panas.
Semangat min
ReplyDelete